Sepakbola

Diaspora Les Blues

Pemain Perancis Yang Sukses Di Luar Negeri
Pemain Perancis Yang Sukses Di Luar Negeri

Di daratan Eropa, Perancis termasuk salah satu negara penghasil pesepakbola terbaik. Talenta Perancis bertebaran di liga papan atas Eropa, sebagian malah menjadi pemain kunci untuk timnya.

Pendukung Juventus pasti tidak akan pernah lupa dengan pemain Perancis yang satu ini. Rambut ikal dan permainan indah di lapangan membawa Juventus ke peringkat atas Serie A. Namanya Michel Platini, seorang Perancis berdarah Italia. Platini terbang dari Saint-Etienne ke kota Turin untuk mengenakan kaos putih-hitam Juventus. Musim pertamanya tidak berjalan mulus, dia sulit menyesuaikan diri dengan sepakbola Italia dan bahkan hampir saja menyerah di tahun pertamanya. Beruntung Platini bersabar dan bahkan berhasil menjadi salah satu legenda dalam sejarah Juventus.

Satu dasawarsa kemudian, Juventus kembali mendapat layanan dari seorang Perancis lagi. Kali ini Perancis berdarah Aljazair, Zinedine Zidane. Selama 5 tahun, Zizou meraih hampir semua yang bisa diraih oleh sebuah klub. Menjadikannya salah satu pemain yang paling dihargai di Juventus sampai waktu kepindahannya di akhir musim 2001/2002.

Dua Perancis di Juventus itu hanya sebagian kecil dari beberapa nama Perancis yang berjaya di tanah Italia. Tahun 1990an, atau masa keemasan sepakbola Perancis ada beberapa nama lain yang juga punya peran penting buat klubnya. Didier Deschamps, David Trezequet dan Lilian Thuram (lagi-lagi dari Juventus), Youri Djorkaeff (Inter Milan) serta Marcell Desailly (AC Milan) adalah sedikit tambahan di belakang nama ZIdane yang sukses di Italia.

Di periode yang sama Perancis juga punya talenta luar biasa di tanah Inggris, namanya Eric Cantona. Datang dari Leeds United tahun 1992, Eric pelan-pelan meraih kesuksesan di kota Manchester dengan kaos Manchester United. Eric bahkan diberi gelar King sebagai penghormatan untuk jasa-jasanya selama melayani klub Setan Merah.

Di ujung periode yang sama satu lagi orang Perancis menyeruak ke puncak, namanya Thierry Henry. Di Arsenal, Henry yang pernah mencoba peruntungan di Italia pelan-pelan menjadi striker yang menakutkan. Fans Arsenal seperti mengikuti fans MU, menyematkan gelar King di depan namanya. Di masa yang sama ada orang Perancis yang juga menangguk popularitas di tanah Spanyol, Christian Karembeu namanya. Sementara itu di Jerman ada Bixente Lizarazu yang jadi andalan tim langganan juara Bayern Muenchen.

Singkatnya, periode 1990an adalah masa keemasan pemain-pemain Perancis di hampir semua liga top Eropa. Buktinya ketika Perancis berhasil menjadi juara dunia tahun 1998 dan menyusul juara Eropa 2 tahun berikutnya.

Kemampuan Adaptasi Yang Tinggi

Masuk ke dekade 2000an perlahan sinar pemain Perancis mulai meredup hingga tersisa sedikit dari mereka yang bisa bersinar. Zidane yang pindah ke Real Madrid masih bisa bersinar sampai tahun 2006, bahkan masuk ke jajaran pemain legenda klub ibu kota Spanyol itu. Thierry Henry juga masih bersinar di Arsenal sebelum akhirnya pindah ke Barcelona dan meredup. Italia masih punya Trezequet yang perlahan-lahan juga mulai meredup hingga tidak ada lagi pemain Perancis yang bisa bersinar di Italia. Di Jerman, pemain Perancis juga mulai hilang sampai akhirnya datang Riberry yang melanjutkan sinar pemain Perancis di Jerman.

Dari deretan nama-nama di atas kelihatan kalau pemain Perancis ternyata bisa bermain dan bisa berjaya nyaris di mana saja. Sedikit berbeda dengan pemain dari negara papan atas Eropa lainnya. Italia misalnya, mereka lebih banyak memproduksi pemain dari dalam negeri. Hanya sedikit (sekali) pemain Italia yang bisa sukses di negeri lain. Tahun 1990an Ruud Gullit yang pindah dari Sampdoria ke Chelsea mencoba menarik beberapa pemain Italia ke negeri Ratu Elizabeth. Maka berturut-turut datanglah Gianluca Vialli, Gianfranco Zola dan Di Matteo. Ketiganya bermain untuk Chelsea dan tergolong sukses. Belakangan satu Italiano sempat meraih popularitas di Inggris, namanya Balotelli.

Kedatangan Gullit yang diikuti pemain-pemain Italia itu seperti membuka pintu untuk pemain-pemain Italia lainnya seperti Paulo Di Canio dan Vincenzo Montella. Tapi sayang, tidak ada lagi yang bisa sesukses Vialli, Zola dan Di Matteo. Di negara lain, pemain-pemain Italia juga tidak sempat mencicipi puncak kesuksesan seperti yang dicicipi pemain Perancis.

Akhir dekade 2000an Spanyol jadi raja Eropa dan dunia. Tapi seperti Italia, sebagian besar pemain mereka lebih banyak sukses di tanah sendiri. Dulu ada Fabregas dan Xabi Alonso yang main di Inggris dan tergolong sukses, tapi tidak bertahan lama sebelum akhirnya mereka berdua kembali ke tanah Spanyol. Pep Guardiola yang sukses sebagai pemain di Barcelona juga pernah mencoba peruntungan jadi pemain di Brescia dan Roma, tapi berakhir tanpa kesuksesan berarti.

Bagaimana dengan Inggris? Negara ini tergolong negara yang pemainnya jarang sukses di luar negeri. Tahun 1990an ada David Platt yang bisa dibilang sukses di Bari, Juventus dan Sampdoria. Kesuksesannya tidak bisa diikuti oleh Paul Gascoigne yang malah menderita batin di Lazio. Di Spanyol pernah ada pemain Inggris bernama Steve McManaman yang sukses bersama Real Madrid. Setelah era McManaman Madrid punya dua pemain berdarah Inggris lagi, Michael Owen dan David Beckham. Sayang, antara keduanya hanya Beckham yang bisa dibilang sukses meski tidak sesukses saat dia masih di Manchester United.

Klub papan atas Jerman, Bayern Muenchen juga pernah punya talenta luar biasa dari Inggris bernama Owen Hargreaves. Khusus untuk Owen, situasinya kurang lazim karena lelaki ini memulai karirnya justru di Kanada sebelum hijrah ke Jerman. Setelah pindah ke Inggris, karir Owen malah redup dan perlahan mati.

Satu-satunya negara yang bisa menyamai Perancis dalam hal memproduksi dan menyebarkan pemain terbaik adalah Belanda. Sejak dulu Belanda dikenal sebagai pabrik pemain sepakbola terbaik yang bisa cocok bermain di liga mana saja. Italia tentu tidak bisa melupakan nama seperti Ruud Gullit, Van Basten dan Frank Rijkaard. Kemudian Inggris lekat dengan mana Dennis Bergkamp, Ruud Van Nistelrooy dan sekarang Robin Van Persie. Spanyol mengenal nama Marc Overmars, Giovanni van Bronckhost dan beberapa nama lainnya. Di Jerman Rafael Van Der Vaart meraih kesuksesan bersama Bremen.

Kenapa Perancis (dan Belanda) bisa sukses menyebarkan pemainnya ke banyak liga top Eropa? Sampai sekarang saya masih mencari jawaban ilmiahnya, tapi ada sebuah alasan yang saya kira bisa menjadi satu alasan. Perancis dan Belanda adalah dua negara dengan banyak imigran dari berbagai negara Asia dan Afrika. Para imigran itu punya karakter masing-masing yang membuat mereka cocok dengan negara tempat mereka bermain. Berbeda dengan Italia atau Inggris yang sebagian besar pemain (dan warganya) adalah penduduk asli atau imigran yang sudah datang selama beberapa generasi sehingga karakter mereka sudah melebur dengan karakter khas orang setempat. Karakter khas ini yang membuat mereka sulit untuk mengikuti karakter permainan dari negara-negara lain.

Negara multi ras seperti Perancis dan Belanda membuat penduduknya relatif lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkugan sekitar. Termasuk para pemainnya. Apalagi jika mereka menemukan karakter yang sebenarnya sangat pas dengan karakter asli nenek moyang mereka. Mungkin ini yang membuat pemain Perancis dan Belanda relatif lebih mudah sukses di negara mana saja tempat mereka bermain. Mungkin [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.