FilmReview

The Witness ; Tentang Cinta Yang Mematikan

The Witness
The Witness

Pesan penting dari The Witness buat saya adalah bahwa cinta itu tidak selalu datang di waktu dan tempat yang tepat, cinta bisa indah tapi juga bisa mematikan.

Angel sedang menikmati mandi malamnya. Berendam di bathtub dengan headset di kuping, alunan musik mengisolasinya dengan dunia luar, dia asyik dengan dunianya. Tanpa dia sadari, di lantai satu rumahnya sebuah tragedi sedang bergulir.

Seorang lelaki paruh baya berbadan tegap masuk ke dalam rumah besar itu dan menembaki satu per satu penghuni rumah, kecuali Angel yang tidak sadar apa yang sedang terjadi. Angel menjadi satu-satunya yang selamat dari tragedi malam itu, dia saksi mata. Apalagi dia sempat melihat jelas wajah sang pembunuh.

Angel, seorang wanita cantik asal Philipina yang baru saja dipindahkan dari Manila ke Jakarta. Tragedi itu membuatnya kehilangan orang tua dan adik satu-satunya, Safara. Pembunuhan sadis itu juga mengantar Angel pada mimpi-mimpi aneh yang selama ini rajin menyambanginya. Tentang seorang lelaki muda yang frustasi dan menembak kepalanya sendiri.

Mimpi aneh itu bersanding dengan fakta tentang pembunuhan terhadap keluarganya yang berbayang jelas dalam ingatannya. Perlahan-lahan Angel mulai menemukan satu demi satu fakta yang membawanya menemukan si pembunuh keluarganya, sekaligus menemukan sebuah rahasia yang menghubungkan mimpi anehnya dengan kehilangan ayah, ibu dan adik perempuannya.

Mencekam dalam alur yang lambat.

The Witness adalah sebuah film karya sutradara Muhammad Yusuf dan diproduksi oleh Skylar Pictures. Gwen Zamora, artis cantik asal Philipina berperan sebagai Angel yang menjadi tokoh sentral film ini. Latar cerita film ini sebenarnya sederhana, dari awal kita sudah disuguhkan fakta tentang siapa yang melakukan pembunuhan yang menewaskan seisi rumah kecuali Angel itu. Pertanyaan besarnya hanyalah, kenapa si pembunuh melakukannya? Apa latar belakangnya?

Pencarian latar belakang pembunuhan itulah yang kemudian berjalan pelan dengan beberapa adegan mencekam. Angel menemukan banyak fakta yang menuntunnya ke pembunuh yang tak pernah dia temui sebelumnya. Mimpi anehnya juga menjadi satu jawaban atas pertanyaan besar itu.

The Witness berjalan dengan alur yang lambat, beberapa scene kadang malah terasa membosankan. Tapi kebosanan itu kadang tertutupi oleh potongan adegan yang lumayan memacu adrenalin yang dilengkapi dengan music score yang pas. Film ini lebih banyak menampakkan potongan gambar yang gelap dan slow motion yang cukup berhasil membawakan ketegangan ke tengah-tengah pemirsa.

Ada satu scene yang menurut saya tidak perlu karena tidak ada hubungannya dengan keseluruhan cerita yaitu adegan ditemukannya mayat seorang komisaris Honda di dalam salah satu kamar hotel tempat Angel bekerja. Sampai akhir film saya menduga-duga apa hubungan scene itu dengan cerita secara keseluruhan tapi tidak berhasil menemukannya.

Gwen Zamora bermain cukup bagus meski di beberapa adegan dia masih terlihat kaku dan kurang mampu mengantarkan pesan lewat matanya yang indah itu. Pierre Gruno yang berperan sebagai Satria Datta sang pembunuh juga bermain dalam level yang lebih tinggi dari penampilannya di sinetron-sinetron televisi.? Dia mampu memainkan peran seorang pembunuh yang dikuasai amarah, kikuk dan kadang melakukan kesalahan kecil akibat keamatirannya.

The Witness bergenre drama thriller, cocok untuk anda yang suka dengan film yang penuh adegan menegangkan. Produksinya cukup rapih dengan plot hole yang minim. Satu lagi karya memuaskan dari sineas Indonesia yang cukup berhasil dilempar di pasar internasional. The Witness sudah dilempar duluan di Philipina dan baru akan masuk ke bioskop Indonesia tanggal 26 April nanti.

Pesan penting dari The Witness buat saya adalah bahwa cinta itu tidak selalu datang di waktu dan tempat yang tepat, cinta bisa indah tapi juga bisa mematikan.

Untuk anda yang senang film thriller, bolehlah The Witness ini jadi pilihan. Saya memberinya poin 3,5 dari total 5 point.

[dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (1)

  1. Film bergenre thriller kalau alurnya lambat kadang suka bikin gregetan. Saya setuju 3,5 poin itu.. 🙂

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.