FilmReview

The Revenant

Akting Leonardo di film ini memang luar biasa
Akting Leonardo di film ini memang luar biasa

“The revenge is on God’s hand. Not mine”

Sekelompok pemburu dan pengumpul bulu diserang oleh segerombolan suku Indian Arikara. Sebagian besar dari mereka tidak bisa selamat, meregang nyawa dan hanya menyisakan sedikit anggota rombongan. Mereka yang tersisa lalu menyingkir, membawa sisa bulu yang masih bisa diselamatkan sambil terus membawa ketakutan akan serangan lanjutan dari suku Indian itu.

Kelompok pemburu itu dipimpin oleh Kapten Andrew Henry (Domhall Gleeson) dan dipandu oleh Hugh Glass (Leonardo Di Caprio). Glass pernah menikah dengan seorang wanita Indian dan dikarunia seorang anak separuh Indian separuh kulit putih yang diberi nama Hawk (Forrest Goodluck). Glass sangat menyayangi sang anak, satu-satunya yang tersisa dari cinta masa lalunya yang perih.

Pejalanan mereka mencari jalan pulang sempat tertahan pada tragedi yang menimpa Glass. Dia diserang beruang grizzly yang membuatnya menderita luka parah. Tak ada pilihan lain, rombongan harus berpencar. Rombongan utama tetap berusaha mencari jalan pulang sementara Glass harus ditinggal. Lebih baik melepaskan satu orang daripada mengorbankan semuanya.

John Fitzgerald (Tom Hardy) maju menawarkan diri untuk menemani Glass sampai dia menjemput ajal. Fitzgerald pun bersedia menguburkan jasad Glass dengan layak sesuai permintaan Kapten Andrew Henry. Jim Bridger (Will Poulter) yang tulus dan naif juga menawarkan diri, bertiga mereka bersama Hawk tinggal menjaga Glass, menunggu malaikat maut menjemputnya.

Tikungan cerita dimulai dari sini. Fitzgerald yang licik dan culas berusaha membunuh Glass yang memang dibencinya. Tapi dia gagal, malah Hawk anak kesayangan Glass yang harus mati di tangan Fitzgerald. Kejadian itu berlangsung di depan mata Glass, menumbuhkan rasa benci yang mengakar. Sampai akhirnya Glass ditinggal sendirian, karena toh tak lama lagi dia akan mati. Entah oleh rasa sakitnya, entah oleh alam, entah oleh suku Indian yang mengejar mereka.

Tapi itu perhitungan manusia, tak selamanya benar. Glass ternyata bisa bertahan di alam yang liar dan berat, bertahan dari luka parahnya, bertahan dari rasa laparnya dan bahkan bertahan dari kejaran orang Indian.

Sampai akhirnya dia kembali bertemu Fitzgerald. Bersiap menuntaskan dendam yang berkarat di dalam hatinya, dendam yang entah bagaimana bisa membuatnya tetap kuat bertahan di jurang kematian. Tapi ternyata tidak semudah itu, karena pembalasan dendam memang seharusnya ada di tangan Tuhan. Bukan di tangan manusia.

*****

The Revenant adalah film ke-39 dari Leonardo DiCaprio sekaligus menempatkannya sebagai aktor yang empat kali dinominasikan untuk meraih Academy Award (Oscar). Selama ini kita sudah tahu bagaimana akhir ceritanya, dia hanya berakhir sebagai nominator saja tanpa sekalipun mengangkat piala pria berkepala gundul itu. Meme tentang Leonardo sampai ramai menghiasi jagad maya setiap kali Academy Award menunggu untuk digelar.

Tahun ini kembali Leonardo jadi perbincangan. The Revenant dianggap sukses menjadi panggungnya untuk tampil luar biasa sebagai seorang pria malang yang bertahan karena rasa cinta dan dendam. Tapi, akankah dia kembali ke cerita asal sebagai nominator saja atau kali ini dia akhirnya berhasil? Entahlah.

Apapun hasilnya nanti, Leonardo sudah berhasil memperlihatkan totalitas dan kemampuannya dalam berakting. Sejak melihatnya di film Romeo and Juliet serta Titanic saya berpikir dia akan berakhir di peran-peran cheesy dan biasa saja. Tapi ternyata tidak, pelan-pelan dia berevolusi dari peran-peran remaja yang ringan ke peran-peran yang lebih dewasa dan berat. Dari seorang pujangga, menjadi seorang polisi yang menyamar, agen rahasia di Timur Tengah, pencari berlian di Afrika, sampai akhirnya menjadi pemburu yang terluka.

Jangan-jangan nanti beruangnya yang dapat Oscar
Jangan-jangan nanti beruangnya yang dapat Oscar

Leonardo DiCaprio melengkapi kejeniusan Alejandro Inarritu di The Revenant. Sekali lagi Alejandro berhasil mengemas sebuah cerita dan gambar dengan sangat memukau. Alejandro seperti tidak pernah kehabisan ide untuk mencari sesuatu yang baru dari setiap karyanya. Dulu dia rajin membuat beberapa cerita linear yang dijalin dalam sebuah cerita besar seperti di Babel dan 21 Grams. Sekarang, dia banyak bercerita lewat sudut pengambilan gambar yang tak lazim.

The Revenant banyak menggunakan lensa lebar yang memberi distorsi berbeda pada gambar yang dihasilkan. Bahkan gambar-gambar yang seharusnya portrait dan menampilkan detail pun diambil dengan lensa lebar. Buat saya ini sesuatu yang baru dan sangat berhasil membangun cerita di The Revenant. Lanskap Louisiana di tahun 1823 jadi terlihat sangat menarik meski sebagian besar gambar ditampakkan lewat permainan warna yang nyaris monokrom. Sudut pengampilan gambar dan pilihan warna seperti mendukung keseluruhan cerita yang sebenarnya memang terasa suram.

The Revenant adalah perpaduan manis dari kejeniusan seorang Alejandro Inarritu dan totalitas akting seorang Leonardo DiCaprio. Salah satunya pasti akan meraih Academy Award tahun ini, atau mungkin dua-duanya?

Kalau akhirnya Leonardo DiCaprio bisa meraih Academy Award, maka ini akan jadi balas dendam yang manis dari pria kelahiran 1974 ini. Kasihan, dia sudah terlalu lama jadi bulan-bulanan pembuat meme. Mudah-mudahan waktunya sudah tiba. Mudah-mudahan.

Oh ya, film ini tidak cocok buat Anda yang tidak suka melihat darah dan adegan kekerasan yang eksplisit. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.