FilmMusikReview

Kurt Cobain: Montage of Heck

Kurt Cobain

Sehari sebelum peringatan meninggalnya Kurt Cobain, saya justru tanpa sengaja memutar film dokumenter tentang Kurt Cobain.

Usianya baru saja melewati angka 27 tahun ketika dia memutuskan untuk menembak kepalanya, tepat di tanggal 5 April 1994 di loteng rumahnya. Jasadnya ditemukan tiga hari kemudian oleh seorang tukang listrik. Penemuan jasad yang menghebohkan dunia musik. Tentu karena dia bukan sembarang orang, tapi dia adalah Kurt Donald Cobain.

Di tahun 1990an, pria berambut pirang ini adalah ikon. Salah satu orang yang dianggap sebagai panutan, dianggap juru bicara generasinya. Anggapan yang justru membuatnya tertekan, depresi tanpa banyak yang tahu.

Kurt Cobain dan Nirvana adalah fenomena 90an. Celana belel, kaos oblong, kemeja flanel kotak-kotak tiba-tiba jadi penanda generasi. Diduplikasi, diperbanyak, ditiru dan bahkan dijadikan komoditas industri fesyen. Kurt Cobain dan Nirvana jadi salah satu lokomotifnya.

Musiknya didengar jutaan orang, diputar ribuan kali, dinyanyikan bersama-sama. Meski menurut Kurt Cobain: they don’t know what it mean.

*****

Sebuah kebetulan bahwa malam tadi saya memutar film dokumenter berjudul: Kurt Cobain: Montage of Heck. Film dokumenter produksi 2015 yang disutradarai oleh Brett Morgen. Ini adalah film dokumenter tentang Kurt Cobain pertama yang dikerjakan bekerjasama dengan keluarganya. Idenya dimulai tahun 2007 ketika Courtney Love – istri Kurt Cobain – mendekati Brett Morgen dengan ide ini. Perlu waktu panjang sampai akhirnya film berdurasi 2 jam 12 menit ini resmi ditayangkan. 24 April 2015 dipilih sebagai waktu penayangan perdananya.

Kekuatan terbesar film ini ada pada beberapa rekaman, coretan, tulisan, maupun catatan pribadi Kurt Cobain yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Termasuk beberapa rekaman pribadi Kurt dan Courtney.

Diawali dengan kisah Kurt kecil yang hiperaktif dan tidak bisa diam, cerita kemudian bergulir pada kisah perpisahan orang tuanya yang kemudian mengubah Kurt secara drastis. Ayahnya menikah lagi dan Kurt remaja mulai merasa tidak diacuhkan, disisihkan dan mulai antisosial. Keceriaannya menghilang, berganti dengan kemurungan, depresi dan bahkan keinginan untuk bunuh diri. Dia hidup di jalan, berteman dengan minuman dan mulai berkenalan dengan obat-obatan terlarang.

Belakangan dia menemukan pelarian pada musik. Seharian penuh dia bisa mengurung diri di rumah, hanya dengan gitar dan alat perekam. Mencoba mencipta lagu, menyanyikannya dan merekamnya. Obsesinya pada musik untuk sementara waktu menjadi penyelamatnya, tapi ironisnya justru menjadi penjerumusnya di waktu lain.

Bandnya bersama Krist Novoselic dan (belakangan) Dave Grohl tiba-tiba menjejaki puncak kesuksesan dalam waktu yang relatif singkat. Momentum mereka sangat tepat, ketika musik rock mulai memasuki masa kebosanan pada glam rock yang penuh dengan dandanan dan celana kulit. Musik yang lebih sederhana, berdengung dan penuh kemarahan tiba-tiba jadi alternatif yang menarik perhatian jutaan pecinta musik rock.

Nirvana menapaki tangga popularitas, Kurt Cobain justru menuruni tangga kehancuran.

Masuk ke pertengahan durasi film, cerita keterpurukan mental Kurt yang tidak tahan popularitas mulai dimunculkan. Termasuk ketika dia memilih heroin sebagai karibnya. Pertemuannya dengan Courtney Love menumbuhkan cinta dalam hatinya. Kurt jatuh cinta pada energi Courtney yang besar, dan tentu saja pada kesukaan mereka yang sama: heroin.

β€œSaya pemakai, tapi saya punya aturan yang ketat. Saya tidak punya fantasi seperti Kurt. Dia punya fantasi. Dia pernah bilang begini β€˜saya akan punya tiga juta dollar, dan saya akan jadi pecandu’. Itu benar-benar dia katakan,” kata Courtney Love.

Kelahiran Frances Bean – putri mereka – sempat mengubah banyak hal dalam diri Kurt. Dia mulai menjauhi heroin, apalagi setelah negara sempat mengancam akan mencabut hak asuh pasangan Kurt dan Courtney kalau mereka masih jadi pecandu. Kurt yang super sensitif selalu merasa ketakutan suatu hari nanti dia akan berpisah dari Frances.

Dunia sempat melihat harapan pada Kurt. Apalagi ketika dia terlihat semakin baik-baik saja selepas penampilannya di MTV Unplugged 18 November 1993. Tapi itu hanya sebentar. Kurt berulah dengan menelan puluhan butir obat penghilang rasa sakit yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit di Roma, 3 Maret 1994. Media merilis bahwa penyebabnya adalah karena Kurt tidak tahan pada sakit di perutnya.

Namun, Courtney bilang Kurt melakukannya karena dia merasa Courtney berselingkuh.

β€œDia sangat sensitif. Bahkan ketika saya baru berpikir akan selingkuh, dia sudah tahu. Padahal saya hanya memikirkannya, tidak pernah benar-benar melakukannya,” kata Courtney.

Sebulan setelah kejadian itu, kita tahu bagaimana akhir kisah seorang Kurt Cobain.

*****

Kurt dan Frances, putrinya

Kurt Cobain: Montage of Heck adalah sebuah film yang sangat menyentuh. Menyaksikannya justru membuat saya sedih. Melihat ekspresi seorang Kurt Cobain yang begitu depresi, menyimak catatan tangannya yang penuh teriakan dan bahkan melihat bagaimana dia begitu ceria bersama di kecil Frances.

Begitu menyedihkan.

Film ini sangat layak ditonton, bukan hanya oleh para penggemar Kurt atau generasi 90an. Film ini layak ditonton siapa saja yang ingin tahu bagaimana pergulatan seorang anak manusia melawan dirinya sendiri, melawan dunia, melawan popularitas.

Sampai kemudian dia menyerah. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Review Overview

4.5
Review Summary Title Film yang menarik karena mengisahkan kehidupan seorang Kurt Cobain, termasuk kehidupan pribadinya yang selama ini mungkin tidak atau belum pernah terekspos.

Comments (1)

  1. Peradaban Barat memang dikenal kering dengan nuansa-nuansa religius dalam kehidupan mereka. Padahal jika nilai-nilai religius itu, jika diintegrasikan dalam kehidupan, itulah sebenarnya yang menyelamatkan. Kurt Cobain, Michael Jackson, dll adalah contoh nyata.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.