FilmReview

El Sexe De Los Angeles; Tentang Cinta Segitiga Yang Rumit

Tiga pemain utama El Sexe De Los Angeles
Tiga pemain utama El Sexe De Los Angeles

Sebuah film yang rumit, tentang cinta segitiga yang tidak biasa. Tidak biasa karena melibatkan cinta sesama jenis dan cinta berlainan jenis.

Saya pernah membaca sebuah artikel psikologi yang bilang bahwasanya kita semua punya bakat untuk menjadi homosexual atau mencintai sesama jenis. Buktinya, hampir semua dari kita pasti secara sadar atau tidak sadar terpesona pada sesama jenis. Pria-pria terpesona pada sesama pria karena kecakapan, postur tubuh atau raut wajah. Tidak percaya? Coba tanya pada para fans sepak bola. Berapa banyak dari mereka yang punya kekaguman pada para pesepakbola yang gendernya sama dengan mereka.

Hal yang sama juga terjadi pada perempuan. Sadar atau tidak kaum perempuan juga kadang terpesona pada sesamanya yang berpenampilan menarik, anggun dan cantik. Intinya, kita semua punya bakat menjadi homoseksual. Bedanya hanya pada seberapa besar lingkungan atau genetik memengaruhi bakat itu.

*****

Teori itu berlaku pada Bruno (Llorent Gonzalez), seorang pria tampan yang tinggal di Barcelona, Spanyol. Bruno awalnya adalah seorang pria straight yang berpacaran dengan Carla (Astrid Bergas-Frisbey) seorang fotografer di sebuah majalah independent. Sampai kemudian sebuah kejadian mempertemukan Bruno dengan seorang seniman jalanan sekaligus pelatih karate bernama Rai (lvaro Cervantes).

Rai seorang biseksual, menyukai perempuan dan sekaligus sesama pria. Sejak pertama bertemu Bruno, Rai langsung terpikat dan pelan-pelan berusaha menarik pria itu ke dalam pelukannya. Brunopun menurut saja, seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Pesona Rai yang begitu besar ternyata tidak hanya berlaku buat para wanita, tapi sekaligus membuat pria seperti Bruno yang awalnya straight perlahan-lahan mulai membelok. Mereka terlibat dalam hubungan cinta sejenis yang panas dan membara.

Masalah baru muncul ketika secara tidak sengaja Carla memergoki kekasihnya sedang bergumul dengan laki-laki di ruang ganti kolam renang. Betapa hancur hati wanita itu, tapi rasa cintanya terlalu besar. Bruno yang memohon-mohon akhirnya diterimanya kembali dengan satu syarat: Bruno harus menjauhi Rai.

Tapi syarat tinggallah syarat. Bruno tidak bisa melakukan itu. Tanpa disadarinya cintanya pada Rai sama besarnya dengan cinta pada Carla. Mereka sempat berpisah, tapi keduanya ternyata sudah disatukan oleh cinta yang begitu besar dan membara. Cinta yang membuat Carla akhirnya menerima Bruno kembali meski dia tahu kekasihnya itu juga punya kekasih lain dengan jenis kelamin yang sama.

Konflik lain muncul ketika dengan terpaksa Carla menerima Rai yang bersikeras masuk dalam kehidupan mereka. Pesona Rai terlalu besar dan perlahan menyeret Carla dalam sebuah hubungan yang rumit. Carla tidak bisa menolak, bahkan jatuh dalam pelukan Rai yang sebenarnya adalah kekasih dari kekasihnya.

Raipun sebenarnya tak hendak merusak hubungan Bruno dan Carla, tapi diapun tak bisa meninggalkan Bruno. Bahkan Rai mulai mencintai Carla yang adalah kekasih dari kekasihnya. Benar-benar sebuah hubungan yang rumit.

*****

Saya lupa darimana film ini saya dapat, tapi setelah menontonnya ada rasa yang aneh menohok perut. Konflik film ini terlalu rumit dan diselesaikan dengan cara yang sederhana tapi tidak masuk akal. Setidaknya tidak masuk akal buat orang seperti saya.

Film ini sebenarnya menyajikan cerita yang menarik, sayang karena eksekusinya seperti kurang bertenaga. Di IMDb, film Spanyol produksi tahun 2012 ini hanya mendapat rating 6.5/10. Penonton mungkin hanya mengingat film ini dari ?jalan cerita dan konfliknya yang rumit, bukan akting atau sinematografinya.

Oh lupa, penonton mungkin akan sulit melupakan adegan hubungan seks yang eksplisit di banyak bagian film ini. Hubungan seks yang bukan hanya dengan lawan jenis, tapi juga antar pria dan pria.

Sebuah film yang berada di antara bagus dan tidak. Bagus karena konfliknya tidak umum, tapi beresiko membuat tidak nyaman karena adegan-adegannya. Buat Anda yang punya nyali lebih, bolehlah mencoba menonton film ini. Setelahnya silakan membayangkan, bagaimana kalau Anda jadi salah satu dari mereka? [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (1)

  1. Wow skali filmnya ..
    kalau beredar dibioskop indonesia
    atau televisi indonesia
    pasti dikecam duluan sama FPI
    yang bakalan membuat Lembaga sensor film indonesia kewalahan ngedit mungkin hehehe…

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.