Random Post

Sepenggal Kisah Tentang Nawala

Kopdar bersama PiwinG dari Nawala , credit title by : Bisot182 dan Eko Ikhyar

Suatu hari hampir setahun yang lalu, saya dapat SMS malam-malam dari seorang teman. Isinya : Pul, tolong dong, saya mau akses situs tapi kenapa yang mucul selalu tulisan Nawala ? Kontan saya tergelak membaca sms si teman, saya tahu dia hendak mengakses situs porno dan ternyata provider internetnya sudah menggunakan Nawala.

Nawala, nama ini jadi satu nama yang dibenci orang-orang yang doyan mengakses situs porno di internet. Hampir semua internet provider di Indonesia menggunakan Nawala sebagai filter untuk beberapa situs yang dianggap masuk pada kategori pornografi, pishing dan gambling (judi).

Beberapa hari belakangan ini keberadaan Nawala makin menjadi bahan cerita menyusul keputusan RIM untuk mematuhi perintah pemerintah Indonesia memblokir situs-situs porno di browser BlackBerry. RIM menguji coba pemblokiran tersebut dengan menggunakan Nawala sebagai filter. Banyak yang mengeluh karena katanya pemblokiran tersebut membuat akses BB jadi makin lambat, banyak juga beredar berita tentang berapa besar bayaran yang diterima Nawala dari RIM yang menggunakan jasa mereka.

Menjelang akhir pekan lalu, Blogger Makassar mendapatkan undangan tidak resmi untuk bertemu dengan salah satu penggerak Nawala, Irwin Day. Irwin yang juga adalah salah satu member Anging Mammiri kebetulan mendapat undangan untuk tampil pada sebuah acara di Karebosi Link dan dia menyempatkan waktu untuk bertemu dan kopi darat bersama anak-anak Anging Mammiri selepas acara tersebut. Kami tentu menyambut gembira tawaran Irwin yang di Anging Mammiri lebih akrab disapa PiwinG. Banyak hal yang ingin kami tanyakan sekaligus kami korek seputar kehadiran Nawala. Maka, jadilah minggu sore kemarin kami berkumpul di area Eat @ Out Karebosi Link.

Ternyata banyak hal menarik tentang Nawala yang siang itu diceritakan oleh PiwinG. Nawala adalah sebuah proyek non profit yang didirikin PiwinG bersama teman-temannya sebagai bentuk tanggung jawab mental menyikapi perkembangan internet yang makin marak dan mengundang berbagai macam pengguna dari berbagai macam usia. Target utama mereka adalah menyelamatkan anak-anak yang notabene masih pengguna labil dan gampang terpengaruh. Salah satu jawaban mereka ketika ada yang protes karena Nawala dianggap melanggar hak asasi manusia adalah : kami menjaga hak asasi anak-anak.

Saat ini PiwinG mengaku kalau Nawala mempunya database sekitar 1 juta link yang dianggap sebagai situs berisi pornografi, phising dan gambling. Link-link itulah yang mereka blokir dan jauhkan dari jangkauan pemakai internet, utamanya anak-anak. Saat ini sistem pemblokiran situs masih bersifat manual, berdasarkan laporan pengguna sambil tentu saja mendata sendiri beberapa situs yang dianggap berisi konten-konten terlarang itu. Untuk situs yang dilaporkan, Nawala punya 3 orang yang meneliti apakah situs tersebut layak diblokir atau tidak. Kalau approval sudah terbit dari ketiga orang tersebut maka administrator bertindak sebagai eksekutor untuk memasukkan situs tersebut dalam kategori terfilter.

Ada yang bilang kalau sistem Nawala masih bisa ditembus dan menurut PiwinG ini adalah hal biasa. ” Sistem mana sih yang tidak bisa ditembus ? “, PiwinG balik bertanya. Tapi logikanya masuk akal, ibarat sebuah rumah yang telah dilengkapi kunci pagar dan pintu yang terkunci tapi masih bisa ditembus orang awam tentu sistem keamanannya dipertanyakan. Tapi, kalau yang menembus adalah para pencuri profesional atau yang ahli dalam hal kunci-mengunci tentu tidak perlu dipertanyakan. Anggaplah itu sebuah musibah. Analogi ini juga yang diceritakan PiwinG terkait klaim beberapa orang yang mengaku bisa mengakali sistem yang digunakan Nawala. Sistem Nawala bisa dibobol, tapi yang bisa membobol pastilah orang tertentu yang memang punya kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tak bisa dilakukan orang awam, dan jumlah mereka pasti jauh lebih sedikit dari mereka yang awam.

Nah, terkait dengan keluhan beberapa pengguna BB yang mengatakan kalau browser BB menjadi lebih lambat setelah menggunakan Nawala sebagai filtering, maka berikut penjelasan dari PiwinG yang saya salin dari milis Anging Mammiri :

Jika anda merasakan kelambatan dari beberapa situs itu karena jalur data anda sekarang seperti ini:

BBmu–>Jalur Operator (XL,Tsel,iSat,Axis,3)–>Canada—DNS Nawala

Setelah sampai di DNS Nawala, dijawab/resolve, baru balik lagi. ?Jadi sudah kebayang muternya kemana aja itu data.

Penyebab keleletan berikutnya adalah: ?DNS Nawala di set untuk jaringan lokal diIndonesia, artiya jika anda network location-nya di Indonesia, anda akan merasakan manfaatnya di arahkan ke server server lokal Indonesia (facebook, google dst). Tapi ketika anda di Canada, semestinya yang anda akses adalah server yang network locationnya di luar negeri (contoh:?us.detik.com), tapi karena diresolve menggunakan DNS Nawala maka “kita yang walau diINdonesia tapi network location di Canada” akan mengakses server lokal di Indonesia dari Canada. kesimpulannya: muter muter…

Disinilah kita bisa melihat, bahwa keinginan agar RIM menarik titik data center-nya ke Indonesia menjadi logis, agar jalurnya menjadi:

BBmu–>jalur operator–DNS Nawala

Sampai saat ini Nawala masih berstatus sebagai sebuah organisasi nirlaba yang betul-betul bekerja tanpa mengharap imbalan apalagi sampai bersifat komersil. ” Kami bahkan belum punya rekening sendiri “, begitu kata PiwinG. Ini sekaligus sebagai bantahan berita yang beredar bahwa Nawala telah menerima kompensasi dari RIM yang menggunakan servis mereka untuk memfilter akses ke situs terlarang.

Meski masih bersifat independen dan nirlaba, PiwinG juga mengakui kalau mereka mendapat dukungan dari seluruh CEO provider di Indonesia. Para CEO itu duduk sebagai penasehat dan berada di belakang Nawala. Untuk menjalankan Nawala segala hal yang bersifat kebutuhan teknis memang masih disediakan oleh provider yang bersangkutan, tentu saja karena menyangkut biaya yang besar sementara untuk admin maupun sumber daya manusia, semua masih datang dari Nawala.

Siang itu banyak hal baru yang berhasil kami korek dari seorang PiwinG, termasuk tentu saja beberapa penjelasan teknis tentang tata cara memfilter dan memblokir situs. Cerita tidak hanya berputar di sekitar itu saja, banyak hal lain yang juga kami bagi termasuk tentang bagaimana mengelola sebuah komunitas.

Siang itu kami jadi banyak tahu bagaimana repotnya mengelola sebuah usaha yang murni merupakan inisiatif pribadi tanpa memikirkan segi komersil bernama Nawala. Organisasi yang semata-mata berdiri hanya berbekal tanggung jawab mental, organisasi yang tentunya mendapat halangan dari banyak kalangan, mereka yang tidak rela kesenangannya diganggu atau mereka yang belum sadar betapa bahayanya pornografi bagi anak-anak.

Nawala memang belum sempurna, masih banyak kekurangan yang terus mereka perbaiki. Dan inilah salah satu pekerjaan rumah terbesar mereka, dan pada titik ini pulalah mereka meminta bantuan kita, para pengguna internet yang sadar akan sisi bahaya internet dan peduli pada sisi positifnya. Nawala memang membuat PiwinG dan kawan-kawan kadang dibenci sebagian orang, meski mungkin banyak juga yang mendukung.

” Setidaknya saya dicintai ibu-ibu ” begitu katanya.

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (8)

  1. menarik sekali pembicaraannya. tapi sekedar membuka kembali diskusi ya. salah satu protes masyarakat kepada Nawala adalah pemblokiran akses yang dilaksanakan sepihak oleh pemerintah menggunakan produk Nawala kan?! Kalau memang alasannya adalah menjaga hak asasi anak2, kenapa tidak mengembalikan saja kontrol itu kepada orang tua, sekolah, pemilik warnet dan hostpot dan mengembangkan produk yang sesuai utk kepentingan masing2? dengan cara seperti sekarang kan memang tambah ribet jadinya 😀

    hehehe, maaf numpang curcol. aaah, iri banget gak ikut kopdar waktu itu 🙂

    • menarik Oom pertanyaannya..
      jawaban dari saya (yang masih mungkin didebat) :
      belum semua orang tua punya kemampuan, waktu dan kemauan untuk terjun langsung menjauhkan dan menjaga anak2 dari situs2 berbahaya tersebut.
      pemilik warnet dan wifi apalagi..kalau sudah orientasinya ke duit, persoalan menjaga anak berinternet sudah nomor belakangan..
      ini fakta yang sering saya liat di lapangan..jadi menurut saya memang butuh sebuah sistem yang dibuat oleh seseorang atau badan tertentu untuk jadi alat.

      mungkin caranya akan berbeda kalau memang ada edukasi yang berkelanjutan dari pemerintah kepada orang tua, pemilik warnet/wifi untuk urusan ini.

      • ikutan nyamber ah ….

        kami di sini tidak menggunakan NAWALA, tapi melakukan filter sendir,
        memang lebih ribet dan ekstra job karena harus rajin memantau klien yang on line terutama anak2.
        tak jarang kami harus me-reboot pc yang sedang dipakai jika situs yang dibuka sangat2 tidak sesuai dengan usianya.
        tak jarang pula kami harus ‘kejar2an’ dan adu cepat dia buka apa, kami langsung block, begitu terus 😀

        tapi kami juga harus mengakui bahwa TIDAK BANYAK warnet yang mau nambahin kerjaan seperti ini, apalagi kalau yang jaga cuma operator biasa, dia bahkan sibuk sendiri, atau bahkan kompakan sama klien??? Hehehe …

        saya juga kurang sependapat jika lagi2 kita mau membebani PEMERINTAH sepenuhnya untuk mengedukasi masyarakatnya tentang hal ini, mestinya dari pihak orang tua/guru dan organisasi2 sosial lainnya juga mau dong bersumbangsih. berapa banyak LSM yang katanya peduli anak? ayo dong fokusnya dibagi2, begitu juga dengan sekolah dengan POM nya bisa dong ngajak diskusi para orang tua sejauh mana mereka punya kesadaran tentang bahaya ketidak tahuan mereka terhadap anak2 mereka???
        Saya bukan pro Pemerintah, tapi saya bicara begini, karena kita semua sama2 tau sejauh ini Pemerintah toh tidak bisa berbuat banyak, bukan karena tidak bisa, tapi karena mereka tidak mau!

        ah saya jadi ngelantur panjang gini … hapunten nyak kang … manggaaa….

        • Waa..keren..!!
          seandainya saja semua operator warnet mau menggunakan cara yang sama, berepot2 untuk demi keamanan dan kesehatan berinternet maka saya yakin banyak anak2 yang bisa diselamatkan..

  2. hehehe baiklah, diskusi soal ini lanjutkan di milis sa.

    btw siapa yg keliatan di foto2 itu? sa cuma tau yg kaos merah garis2 puti. hehe. yg buka Mac si PiwinG ya? Lainnya siapa?!

    • baju merah garis putih (itu baju AC Milan) saya, berdiri dengan kaos AM itu namanya Taqdir Arsyad, yg baju batik PiwinG, yang ibu2 jilbaban itu Mamie, yang baju biru langit berkacamata itu John Cendra, kaos itam agak cepak itu Eko Ikhyar si raja typho, yang agak kurus di belakang dan sedikit gundul itu Toar Sapada (jarang nongol di milis) dan..itu bukan Mac, cuma Byon koq..:D

  3. *manggut manggut*

  4. wah usefull nih infonya! thx yak! kirain Nawala itu apaan hehehe

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.