Teman-teman, adakah di antara kalian yang sudah pernah naik helikopter ? Mohon maaf kalau saya akan terdengar sedikit sombong, tapi sungguh pengalaman naik helikopter sepertinya adalah pengalaman yang tidak terjadi pada semua orang. Agak berbeda dengan naik pesawat komersil, naik helikopter tentu tidak memberikan banyak kemungkinan bagi orang biasa. Nah, karena saya termasuk orang biasa maka kesempatan naik helikopter itu tentu jadi sebuah pengalaman yang luar biasa. Jadi, sekali lagi mohon maaf kalau saya akan terdengar sedikit sombong, hehehe.

Kejadiannya terjadi hari Kamis (13/5) kemarin. Kebetulan saya dapat tugas dari boss untuk memotret Bukit Baruga dari ketinggian. Kebetulan lagi bahwa helikopter milik JK yang sehari-harinya parkir di kawasan Bukit Baruga sedang kedatangan sang pilot. So, berbekal perintah dari boss besar maka hari kamis pagi sesuai rencana saya dan 2 orang teman kantor lainnya sudah siap di hanggar. Sayangnya saya lupa bertanya tentang jenis helikopternya, yang jelas helikopternya tidak terlalu besar, hanya muat total 5 penumpang. Seorang pilot dan co pilot di depan dan 3 penumpang di belakang.

Setelah semuanya siap, kami berlima ( seorang pilot, co pilot dan saya beserta 2 teman kantor) segera mengambil posisi di dalam heli. Saya duduk di belakang sebelah kanan dekat jendela. Sebelum berangkat kami diberi pengarahan singkat, utamanya tentang keamanan. Sabuk pengaman standar seperti yang ada di pesawat komersil segera dipasang, begitu juga dengan headphone yang dilengkapi dengan microphone untuk komunikasi. Headphone ini ternyata sangat berguna, bayangkan bagaimana pekaknya telinga kalau tidak memakai headphone. Dari headphone terdengar aba-aba atau percakapan dengan menara kontrol dalam bahasa sandi. Saya juga baru tahu kalau ternyata untuk menerbangkan helikopter juga perlu lapor dan ijin dengan menara kontrol bandara, ini terdengar dari aba-aba lewat headphone. Tadinya saya kira kalau mau menerbangkan helikopter cukup terbang begitu saja.

Cukup lama juga pilot memanaskan mesin dengan membiarkan baling-baling berputar, mungkin sekitar 5 menitan. Sambil memanaskan mesin, pilot mulai sibuk mengatur dan memainkan beberapa tombol di panel instrumen yang ada di depannya atau di atasnya sambil terus berkomunikasi dengan menara kontrol lewat bahasa yang tidak saya pahami. Tak berapa lama heli mulai tinggal landas dengan bagian pantat duluan. Rasanya lumayan deg-degan, karena bagaimanapun bisa saja ada kemungkinan buruk yang terjadi. Tapi saya pasrah saja sambil tentunya tidak lupa mengucap doa pendek.

Saya tidak tahu helikopter berada pada ketinggian berapa tapi setahu saya tingginya lumayan untuk bisa melihat sekeliling. Sayapun mulai bertugas, mencari posisi yang tepat dan angle yang tepat untuk memotret. Kesibukan menjalankan tugas rupanya membuat saya jadi kurang menikmati sensasi terbang dengan helikopter. Saya baru bisa menikmati sensasinya ketika saya berhenti sejenak dari kesibukan memotret. Dan percayalah, rasanya sungguh luar biasa..!!

Naik helikopter rasanya sungguh berbeda dengan naik pesawat besar yang biasa saya rasakan. Ketinggian yang tidak terlalu tinggi membuat saya lebih deg-degan, rasanya hampir sama dengan duduk di pinggir gedung tinggi sambil terus bergerak. Perberdaan lain adalah suara yang keras yang lebih kerasa serta tentu saja hawa panas karena helikopter tentu saja tidak dilengkapi dengan AC.

Rute yang ditempuh sayangnya tidak terlalu jauh, hanya berputar pada diameter sekitar 2 KM di daerah Bukit Baruga, Perumnas Antang sampai daerah Manggala. Pemandangan dari atas sungguh luar biasa, deretan rumah yang biasanya hanya dilihat dari google earth sekarang terlihat jelas dan berada dalam bentuk 3 dimensi. Ketika semua gambar yang dibutuhkan seerptinya sudah cukup, pilot kemudian memutuskan untuk mendarat. Rasanya sungguh lega ketika helikopter sempurna berada di darat. Saya sempat merasa sedikit mual, tapi tidak terlalu parah dan tidak lama.

Kami berputar lumayan lama, sekitar 35 menit. Tapi rasanya cukup memuaskan. Sebelumnya saya pernah juga merasakan sensasi luar biasa berada di ketinggian selain berada di pesawat. Waktu itu di Bali, saya bisa merasakan naik parasailing dengan ketinggian sekitar 30-an meter. Tapi selain ketinggian yang masih kalah sama naik helikopter, waktunya juga kalah jauh. Naik parasailing itu mungkin hanya sekitar 5 menit, lagipula bayarnya mahal.!! Rp. 80 ribu untuk 5 menit, berbeda dengan pengalaman naik helikopter yang lumayan lama dan gratis pula.

Begitulah, setidaknya saya merasa sangat beruntung bisa mendapatkan satu pengalaman yang tidak semua orang bisa rasakan. 35 menit berada di angkasa dengan menumpang sebuah helikopter rasanya sungguh luar biasa. Mudah-mudahan pengalaman ini bukan pengalaman terakhir, karena rasanya saya masih penasaran ingin menumpang helikopter untuk rute yang lebih panjang dan waktu yang lebih lama.

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (6)

  1. wah..jd pengen…
    Kapan ya saya bisa naik heli dan futu2 dr atas begitu

  2. iya tawwa na’…
    kenapa nda sekalian ki foto rumahta juga bang 😀
    .-= Pancallok´s last blog ..Mama Lauren Meninggal Dunia =-.

  3. Kalo saya, punya cita-cita pengen Paralayang… 🙂
    .-= yani´s last blog ..24 Jam di Brussels =-.

  4. @yani: kalo udah sempat, cerita ya gimana rasanya…hehehe

  5. wakakakakkk…

    kukira tersoRotkiy juga rumahku [rumah ortu-red] 🙂
    yang diAntang jaYa dekaT Baruga..

    hehhehe 🙂
    .-= ommiy´s last blog ..makassar Vs bugis =-.

  6. alhamdulillah saya juga sdh sering naik chopper, rasanya tidak bikin mual ji tawwa…
    tabe, bukan bermaksud sombong,tapi cm narsis sadiki’hehehe…
    (rumahku di perumnas antang jg tdk kelihatan kodong…)

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.