Random Post

BOLOS RAME-RAME & OCEAN’S THIRTEEN


Pernah ngerasain gimana rasanya bolos kantor rame-rame ?. Nah, rabu kemarin (13/6) aku dan teman-teman sekantor merasakan gimana enaknya bolos rame-rame. Entah datang dari mana, ide nonton bareng-bareng satu kantor muncul setelah makan siang selesai. Setelah diumumkan dan didata, akhirnya pukul 15.00 kita-kita pun meluncur ke 21 Cineplex,Mall Panakkukang. Yang berangkat, nyaris satu kantor. Mulai dari direksi sampe OB, paling yang nggak ikut cuman satu-dua orang yang kebetulan punya kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Betul-betul bolos rame-rame dan legal, bukan ?.

Kebiasaan bolos rame-rame dan jalan-jalan memang bukan barang langka di kantorku. Catat ya, 3 kali seminggu acara kumpul-kumpul yang diberi label senam aerobik menjadi acara wajib, makan siang di luar bareng-bareng (biasanya sih cuman per divisi , tapi kadang-kadang juga sekantor ) rutin juga diadakan bahkan bisa dibilang minimal 2x sebulan, acara mancing dan rekreasi ke pulau bisa sekali sebulan. Sekali setahun jalan-jalan ke tempat rekreasi besar, 2 tahun lalu ke Bali, tahun lalu ke Malaysia-Singapura, tapi yang ini skalanya lebih kecil, dalam artian nggak semuanya bisa ikut. Yah, memang musti diakui, jatah entertain di kantor kami memang cukup besar, kebetulan banget Dirut kami orangnya memang senang jalan-jalan dan kumpul-kumpul, jadilah agenda kumpul-kumpul dan jalan-jalan menjadi agenda tetap di luar agenda utama yaitu bekerja. Bahkan, kalo buat aku sih prinsipnya bisa jadi, jangan sampai pekerjaan mengganggu waktu rekreasi..hehehe jahat yak..?.

Acara nonton bareng yang biasanya dirangkaian dengan acara makan–makan seperti kemarin sudah bergulir untuk yang kedua kalinya, kalau dulu film yang dipilih “Basic Instinct 2”, maka kemarin kita pilihan jatuh ke “Oceans’s Thirteen”. Kebetulan banget, aku emang udah pengen nonton nih film. Minggu kemarin sempat baca reviewnya di Kompas, makanya agak-agak penasaran pengen lihat dan menilai sendiri,selain karena faktor Brad Pitt-nya tentu.

Now, it’s about the movie. Sebelum berangkat, terus terang aku berusaha membebaskan pikiranku dari paradigma yang tercipta hasil baca Kompas hari minggu kemarin. Dari sejak meletakkan pantat di kursi bioskop aku sekuat tenaga berpikiran “jernih” sambil berharap review di Kompas tidak seluruhnya benar. Sayangnya aku ketinggalan 15 menit awal dari durasi. Dan ternyata ini cukup fatal, karena sepanjang film aku jadi nebak-nebak apa sebenarnya latar belakang dari usaha Danny Oceans dkk. membobol kasinonya Willy Bank.

Seperti sequel sebelumnya “Ocean’s Thirteen” masih berkisah seputar perjuangan Danny Oceans, Rusty dan teman-temannya melakukan kejahatan mencuri. Dan seperti biasa juga penonton diberi gambaran kecanggihan teknologi sistim keamanan kasino super mewah, sistem yang membuat Oceans dkk. dianggap analog di dunia digital. Di film ini sutradara sepertinya sudah menganggap seluruh penontonnya adalah penonton yang juga sudah mengikuti Ocean’s 11 dan 12, sehingga pengenalan karakter dan spesialisasi setiap anggota Ocean’s 13 tidak ditampilkan lagi. Nggak salah juga sih, cuman memang akhirnya menciptakan kebingungan dari para penonton “pemula”, buktinya beberapa teman yang melewatkan Oceans 11 dan 12 jadi bertanya-tanya. Sebenarnya hal yang wajar sih, karena jika mereka-mereka diperkenalkan lagi pasti akan cukup membosankan bagi sebagian besar penonton yang sudah setia mengikutinya dari semenjak Ocean’s 11.

Secara keseluruhan jalinan ceritanya agak datar, letupan-letupan masih kalah dari Ocean’s 11 dan 12. Penggunaan agen FBI “palsu” sudah bisa ditebak karena hampir sama dengan yang terjadi di Ocean’s 12. Strategi pembobolan juga terhitung lebih sederhana dari Ocean’s 11. Kalaupun ada yang bikin aku surprise, adalah main planning dari pembobolan itu. Tadinya aku berpikir mereka akan melakukan aksi seperti di Ocean’s 11, ternyata aksi pembobolan kali ini lebih smooth dan tidak perlu mengeluarkan banyak keringat. Cerdas juga, karena kalau mengulang cara seperti sequel sebelumnya tentu akan membuat filmnya jadi lebih gampang ditebak.

Surprise lainnya mungkin hadir lewat hubungan antara operasi mereka dengan pabrik di Mexico, entah karena aku yang ketinggalan durasi atau memang tidak dijelaskan secara rinci, sehingga aku sempat bertanya-tanya apa hubungan antara operasi Oceans dan pabrik itu. Seperti sequel-sequel sebelumnya, penonton memang lumayan dibuat surprise di akhir cerita, walaupun menurutku kadarnya masih kalah dari Ocean’s 11 dan 12. Pencurian berlian di puncak menara Willy Bank juga kayaknya terlalu sederhana, entah dari segi rencana maupun finishingnya. Tadinya aku berharap pencurian berlian itu dilakukan dengan teknik yang lebih njlimet.

Intinya Ocean’s Thirteen ini tumpul dari segi cerita, adegan-adegan rapat membahas rencana pencurian ditampilkan kurang ditel, kebersamaan setelah sekian lama sepertinya membuat mereka-mereka jadi sangat mengerti satu sama lainnya sehingga terkadang mereka tidak perlu menyelesaikan kalimat, kawannya sudah mengerti, plus operasi pencurian yang terkesan sangat smooth dan kurang menguras emosi penonton. Dari segi sinematografi, lumayan banyak sih gambar-gambar yang cukup menarik diambil dari angle tertentu yang membuat penonton seakan ikut serta dalam rangkaian cerita, kabarnya ini karena digunakannya kamera kompak yang super mini dengan heavy duty. Beberapa penonton juga rupanya kecewa dengan kurangnya adegan action nan heroik yang ditampilkan, kayaknya sih Ocean’s Thirteen ini memang lebih cocok dimasukkan ke genre komedi daripada action. Dialog-dialog yang segar dan cukup memancing tawa lumayan menjadi penghibur dan sebagai konsumsi hiburan, Ocean’s Thirteen aku anggap cukuplah walaupun terus terang masih di bawah dari Ocean’s Eleven dan bahkan Ocean’s Twelve. Khusus buat penonton “pemula” disarankan untuk sebaiknya nonton sequel-sequel awal dulu, supaya tidak “kehilangan arah” di film ini.

Well, kelar acara nonton, acara bolos bareng-bareng dilanjutkan dengan acara makan-makan (seperti seharunya sebuah acara nonton). Tapi aku sendiri-dan beberapa teman-memilih langsung pulang saja. Aku pikir cukuplah dengan nonton gratis, lumayan bisa menghibur, soalnya sudah hampir setahun sejak terakhir kalinya aku masuk bioskop…punya anak kecil tanpa pembantu tentu jadi faktor penghalang buat aku dan istri untuk sering-sering masuk bioskop bukan ?,

So, see you when I see you…



About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Mohammad Helman Taofani

    Kalo menurut gue si bos…Ocean’s 13 lebih bagus daripada Ocean’s 12, tapi indeed kalah sama Ocean’s 11. Pada dasarnya ini cuman film yang ngegabungin O11 dan O12, so tekniknya juga sama, antara drilling ke kasion plus decoy simple game. O11 perlu di-highlight karena rencana super-rapi dan teknis, sementara )12 bisa dihighlight dari kecanggihan Danny Ocean merancang penyelesaian sederhana sehingga “kill the game before even started”. Dan O13 ini kombinasi keduanya. Taktik O11 lebih banyak ke sesi persiapan, sementara finishingnya pake metode sederhana.

    Tapi emang sinematografinya lebih oke dari dua film sebelumnya menurut gue.

  2. cuman yg kemarin tuh gw keganggu bgt ama faktor kehilangan durasi yg 15 menit di awal, jd merasa kehilangan latar blakang cerita…taux cuman dr cerita teman2, mana kebanyakan teman nonton kemarin banyak yg nggak ngeh…

    trus yg adegan pencurian berlian, gw sebenarnya brharap ada trik2 yg canggih gitu..trik yg kira2 bisa ditiru..hehehe..

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.