127 Hours

Oke, anda boleh tertawa karena saya sungguh terlambat menontoh 127 Hours yang sudah masuk ke Indonesia sejak berbulan-bulan lalu. Salahkan jaringan 21 dan XXI di negeri ini sehingga film sekeren 127 Hours tidak sampai masuk ke Makassar. Atau masuk tapi saya yang tidak tahu ? Entahlah, yang jelas setelah menyaksikan film besutan Danny Boyle ini saya mendapat banyak pelajaran berharga tentang hidup.

127 Hours adalah kisah nyata yang diangkat dari perjuangan seorang pendaki gunung bernama Aron Ralston yang sempat terjebak dalam sebuah celah di Grand Canyon selama 127 jam atau sekitar 5 hari. Saat menjelajahi Grand Canyon sendirian, Aron tanpa sengaja terjebak dengan posisi yang sungguh tak nyaman. Tangan kanannya terjepit batu besar yang membuatnya tak bisa melepaskan diri.

Selama 127 jam itu Aron terus bertahan hidup dalam keterhimpitan dan kesendirian yang membuatnya betul-betul terisolasi dari dunia luar. Aron bergelut sendirian mencari jalan keluar, mencari cara untuk membebaskan dirinya dari himpitan batu besar tersebut.

Selama 127 jam itu, Aron masih menyempatkan diri untuk membuat rekaman berbekal handycam yang dimilikinya. Beragam hal dia rekam, tentang tangannya yang terjepit, tentang keadaannya, testimoni tentang orang-orang yang dikenalnya serta permintaan maaf kepada orang-orang yang dicintainya. Satu-satu perjalanan hidupnya, kesalahan-kesalahannya dan orang-orang yang dicintainya berkelebat dalam ingatannya.

Selama 127 jam Aron bertahan untuk tetap hidup dengan jatah air minum yang makin lama makin menipis. Aron juga bertahan untuk tetap waras, dan yang paling penting bertahan dengan semangat untuk tetap hidup dan berjuang agar lepas dari perangkap tersebut.

Sang sutradara, Danny Boyle kembali menunjukkan karya terbaiknya. Setelah terakhir sukses dengan Slumdoh Millionaire, Boyle juga saya anggap sukses dalam 127 Hours. Gaya penyutradaannya membawa kita seakan-akan sangat dekat dengan Aron. Potongan-potongan gambar yang disatukan dalam satu frame memberi gambaran tersendiri dalam benak kita, membuat kita larut dalam pesan yang ingin disampaikan.

Handycam yang dibawa Aron juga menjadi media yang paling pas untuk menggiring penonton masuk ke dalam dunia Aron yang sedang berjuang. Penonton dibawa ikut merasakan semangat, kebingungan dan kadang keputusasaan Aron yang terus berjuang hidup selama 5 hari dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Menonton 127 Hours membuat saya bisa mengambil beberapa pelajaran penting tentang kehidupan. Berikut adalah pelajaran yang bisa saya ambil :

Selalu memberitahukan kepada orang terdekat ke mana saja kita akan pergi. Yup, ini penting, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita sehingga memang ada baiknya memberitahu orang terdekat kita tentang tujuan kita sehingga ketika kejadian buruk terjadi, mereka bisa dengan cepat menemukan kita. Aron tak pernah mengabarkan kepada siapapun tentang rencananya menjelajahi Grand Canyon sendirian, akibatnya tak ada yang kuatir ketika berhari-hari kemudian dia belum muncul.

Selagi sempat, cintailah orang-orang terdekat kita. Dalam keadaan terjepit, Aron menyadari kesalahannya telah menyia-nyiakan orang yang dicintai dan mencintainya yang membuatnya sadar kalau seharusnya dia membalas cinta mereka, menghargai semua bentuk cinta yang mereka berikan kepadanya.

Jangan pernah menyerah. Ini pelajaran paling penting dari film 127 Hours. Ketika berada dalam keadaan yang sangat buruk sekalipun, selalu ada jalan keluar. Rasa putus asa, kehilangan semangat dan menyerah adalah hal yang manusiawi, tapi ketika kita membiarkan rasa itu menguasai kita sepenuhnya maka saat itulah kita benar-benar kalah.

Pelajaran terakhir yang tak kalah penting buat saya adalah, terkadang kita harus merasakan kesakitan luar biasa sebelum akhirnya merasakan kebahagiaan luar biasa. Pesan ini saya ambil dari scene terakhir menjelang ending, tentang keputusan yang diambil Aron setelah 5 hari terjepit di Grand Canyon.

oh ya, satu lagi pelajaran yang tidak kalah penting, jangan beli pisau adventure made in China. kualitasnya sangat buruk. hehehe

Teman-teman, 127 Hours adalah sebuah film yang tak hanya menghibur tapi bila direnungkan penuh dengan pelajaran tentang kehidupan yang bisa kita ambil. 127 Hours adalah sebuah film tentang perjuangan, perjuangan yang berujung kepada kebahagiaan.

 

 

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (31)

  1. keren ka`….

    tp memang iyya terlambarki nonton hehe

  2. Pilm ini emang keren banget mas. Saking kerennya tayang di bioskop hanya midnight aja.Dan meskipun scene film ini hanya berlatar di dalam celah bebatuan tapi pilm ini berhasil menyampaikan beberapa nilai dan petuah kehidupan kepadan penontonnya.. ^^,

    • iPul dg.Gassing

      setuju bangettt…sutradaranya keren, meski jalan ceritanya sebenarnya sederhana tapi eksekusinya mantap..!!

  3. saya yang penggemar bioskop aja merasa tidak pernah tahu ttg film ini jadi karena kata daeng bagus, maka saya akan rikwes agar di donlot saja oleh suami hehehe

    “Selalu memberitahukan kepada orang terdekat ke mana saja kita akan pergi.” saya bahkan sudah pada tahap parno utk yg satu itu 🙁 dari dulu paling marah klo org2 terdekat pergi ga bilang, wlo sebentar, apa susahnya blang? kan kita ga pernah tau di luar itu kenapa2, iya toh? banyak kok org yg ilang pas ke pasar, pas ke bank, atau cuma isi bensin? iya kan 😀 parno? i am!

  4. film ini memang powerful, pengemasannya apik

  5. aku udah nonton 2 kali daeng…

  6. Keren abiz nih..,

    Memang filmnya mantap..

  7. Saya liat banyak review menarik utk film ini, bikin tambah penasaran… saya aja belum nonton daeng, kalo seperti ini baiknya nunggu DVDnya apa bajakannya ya? :mrgreen:

  8. Film yang bagus.. Salut sama acktingnya James Franco yang walaupun hampir keseluruhan menguasai durasi film namun mampu membuat penonton menyatu dengan alur film. Sebuah kemampuan bermonolog yang brilian

  9. hehehe sy jg bru nonton kmaren, itu juga via rental DVD *bajakan? nehi lah yaw hahaha!* klo menurutku si aron ini orangnya jg agak ceroboh, terlalu banyak energi kali yak jd nggak bisa diem barang sebentar dan perhatiin hal2 kecil yg sebenarnya penting :p

  10. baru dapat filmnya kemarin, saya lebih telat daeng.. 😀

  11. ngilu pas liat tangannya dipotong sendiri, yang part ini biasanya saya skip, hehehe, dan pelajaran yang didapat dari film ini adalah, jangan lupa bawa peralatan yang cukup klo mau berpetualang, lebih baik mempersiapkan dengan cermat sedari rumah dari pada menyesal di gunung nanti

    • iPul dg.Gassing

      nah, itu juga pelajaran penting..
      kalau mau ke alam bebas kita musti tahu betul medan seperti apa yang akan kita hadapi

  12. filmnya keren, tapi ngeri juga klo terjebak di situasi itu

  13. cakep memang James Franco di’

    *salahfokus* hihihi

  14. DeO(daeng oprek)

    Kalau film yg berkualitas, tak pernah ada kata basi dalam kamusku, meski filmnya sudah lama tapi sangat berkualitas dari segi makna dan sarat pelajaran tentu saja punya tempat tersendiri. Bahkan komentar ini meski telat tapi tetap saja ingin menyampaikan satu hal, dan sekaligus pertanyaan. tadi dibilang “pelajaran yang tidak kalah penting, jangan beli pisau adventure made in China. kualitasnya sangat buruk. hehehe”, yg mau kutanyakan juga, kalau HP made in China dibawa, bemana?, bisa ji?. :D.

    O ya kakak, 127 hours, juga ada makna yg sesungguhnya dalam pandanganku. kisah itu menurutku ingin berkata begini, “Waktu yg ada dalam hidup itu sudah diatur, bagaimana seandainya kita sudah tahu kalau esok adalah hari terakhir kita?, atau minggu depan kita sudah tidak ada di bumi ini?, APA YANG AKAN KITA LAKUKAN UNTUK MENGISI SISA HIDUP YANG ADA? .

    demikian, terimakasih udah share review film yg keren ini.

  15. Moehammad Amar Ma'ruf

    Aslkm, kang Ipul, apalagi saya, telat banget nontonnya. Baru malam ini nontonnya di Dubai One. Saya sgt setuju dgn Mas Ipul…ybs sangat tegar atas segala cobaan yg dialami secara total, namun tetap hati dan pikirannya tetap sehat. Saya yg menonton hanya dapat berdo’a agar kita dijauhkan dari bencana dan tetap diberikan ketenangan, kesabaran dan ketegaran serta kearifan di dalam menilai sekeliling kita. Wassalam. (Salam dari kami yg saat ini ada di Jeddah Arab Saudi)

  16. Salam. Maaf terlambat memberi komentar. Setelah menonton (hanya sekali, #shy (itupun kadang lihat kadang tutup mata karena ngeri) saya hanya heran, kenapa Aron Ralston yang tidak lupa membawa segala peralatan ditambah handycam, mp3, jam tangan canggih kok bisa bisanya tidak membawa handphone, sengaja atau bagaimana? Apalagi tahun pembuatan filmnya 2010 era dimana handphone sudah merupakan barang yang jamak. Mohon ulasannya, khawatir saya yang terlewat bagian itu

  17. chaoticchaos

    Saya malah telat setelat2nya,2017?shame on me!
    Film yang super duper per per luar biasa..puas sekali rasanya stlah film slesai..mungkin kalo diibaratkan ngesex,sy brakhir ULTRA org**me..gila emang si Boyle
    Paling merinding waktu scene trakhir,.adegan,scoring..ah semuanya bener2 klop!salah satu scene film terbaik yang prnah kutonton

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.