MakassarPerjalanan

Menikmati Senja di Rotterdam

Salah satu sisi Fort Rotterdam

Bila anda berkunjung ke Makassar, Fort Rotterdam bisa jadi satu tujuan wisata untuk melewati senja selain wisata kuliner seperti sea food-nya


Minggu sore yang cerah, matahari bersinar garang di atas kota Makassar. Saya bersama beberapa orang wanita dan beberapa pria duduk santai di atas hamparan karpet plastik dan spanduk bekas. Mereka asyik mengobrol tentang jarum, benang dan teknik merajut sementara saya cuma mendengarkan dengan takjub.

Sore itu saya berada di antara komunitas perajut Makassar. Mereka adalah ibu-ibu muda, remaja putri dan seorang lelaki muda yang memang punya hobi menjalin benang dengan teknik merajut. Saya akan bercerita tentang mereka di tulisan yang lain. Sore itu ada hal lain yang membuat saya merasa begitu nyaman, lokasi yang mereka pilih sebagai tempat untuk piknik.

Mereka memilih Fort Rotterdam sebagai tempat untuk berkumpul di Minggu sore itu. Sebuah benteng peninggalan jaman Belanda yang terletak dekat dengan pantai Losari. Sudah lama saya tidak menginjakkan kaki di benteng itu, terakhir ke sana Fort Rotterdam sedang dalam masa renovasi. Sore itu, Fort Rotterdam terlihat indah dan bersih meski memang sangat disayangkan karena ada banyak peninggalan asli berupa genteng dan ubin yang harus diganti.

Suatu Sore di Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam ini adalah salah satu benteng sisa kerajaan Gowa-Tallo yang masih tersisa. Aslinya bernama benteng Ujung Pandang. Penjelasan lengkap dari Wikipedia adalah sebagai berikut :

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Komunitas Perajut di Fort Rotterdam

Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Baca juga Jejak-jejak Tionghoa di kota Makassar.

Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Anak kecil yang manis di Fort Rotterdam

Sore itu Fort Rotterdam terlihat ramai. Di beberapa titik ada sekumpulan anak-anak muda yang melingkar atau bergerombol. Mereka mungkin satu komunitas. Banyak juga yang datang untuk sekadar bersantai bersama teman, pacar atau keluarga. Sesi berfoto bersama tentu tak terlewatkan.

Untuk masuk ke Fort Rotterdam tidak perlu mengeluarkan biaya, cukup mengisi buku tamu di bagian depan. Biaya baru akan dibutuhkan jika ingin masuk ke dalam museum. Itupun besarnya tidak seberapa, hanya Rp. 5.000,- saja.


Infografis Sejarah Fort Rotterdam

Bila anda berkunjung ke Makassar, Fort Rotterdam bisa jadi satu tujuan wisata untuk melewati senja. Duduk di dinding benteng sambil mellihat matahari yang beranjak pulang bisa jadi sangat menakjubkan. Datang dan nikmatilah sendiri.

[dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (6)

  1. jadi sekarang kakak Ipul udah bisa bikin rajutan apa?! 😀

    • iPul dg.Gassing

      hihihi nggak kakak…
      saya cuma pengamat, belum ikutan merajut…
      baru sampai tahap merajut mimpi dan masa depan
      #eaaa

  2. Pertama ke Benteng ini karena kopdar dengan anak2 @daengkops
    😛

    jadi kangen mau ke sana lagi

  3. penuliscemen

    wah tadi saya kira ini di Belanda. eh ternyata di makasar toh *tepok jidat*

  4. bobeeeeelll… *cium cium*
    #skiptulisan #dikeplak

  5. belum pernah berkunjung kesini setelah tampilan barunya..

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.