Perjalanan

Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies

Menuju kawah gunung Bromo
Menuju kawah gunung Bromo

Setelah menyaksikan matahari terbit dari gunung Penanjakan maka perjalanan kemudian dilanjutkan menuju kawah gunung Bromo. Inilah saatnya melihat langsung kawah gunung yang terkenal itu.

Chevrolet Trooper yang kami kendarai perlahan meninggalkan kawasan gunung Penanjakan. Tujuan kami berikutnya adalah ke kawah gunung Bromo. Perjalanan kembali melalui jalan yang berliku dan menurun dengan sangat curam. Di bawah sana sudah terlihat lautan pasir dalam satu kawasan yang sangat luas.

Ratusan Toyota Hardtop sudah terparkir di kawasan yang sejauh mata memandang sepertinya hanya dipenuhi oleh lautan pasir dengan dinding terjal yang mengelilinginya. Untuk mencapai kawah gunung Bromo kita tidak bisa menggunakan mobil. Mobil harus diparkir di luar kawasan yang sudah diberi pagar berupa tiang dari beton. Untuk sampai ke bagian bawah kawah hanya ada dua pilihan, jalan kaki atau naik kuda meski ada juga beberapa pengendara motor yang masuk dan memarkir motornya tidak jauh dari tangga menuju kawah.

Mereka yang menawarkan kuda

Mereka yang menawarkan kuda

Suku tengger

Beberapa pemilik kuda dengan cepat menyambut kami dan menawarkan jasa dengan biaya Rp. 20.000,- sampai di bawah tangga menuju kawah. Mereka adalah orang-orang suku Tengger yang memang berdiam di sekitar gunung Bromo. Suku Tengger adalah keturunan langsung dari kerajaan Majapahit. Nama Tengger konon adalah nama yang diambil dari putri Roro Anteng dan suaminya Joko Seger. Mereka berdua adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang memilih untuk menyepi di kawasan gunung Bromo.

Alkisah pasangan ini tidak memiliki anak dan kemudian memohon kepada dewa penjaga gunung Bromo agar dikaruniai anak. Dewa berbaik hati memberi mereka anak, bahkan sampai 25 anak dengan satu syarat, anak ke 25 yang bernama Kesuma harus dikorbankan sebagai persembahan untuk dewa dengan cara dibuang ke kawah gunung Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger menyetujui syarat itu.

Persembahan yang dilakukan oleh Roro Anteng dan Joko Seger menjadi sebuah ritual turun temurun bagi suku Tengger yang disebut Yadnya Kasada. Dalam ritual tersebut orang suku Tengger melemparkan persembahan bagi dewa tepat ke kawah gunung Bromo.

Kami memutuskan untuk tidak menggunakan kuda menuju ke kawah gunung Bromo. Matahari belum terlalu terik, dan udara cukup sejuk. Kami memilih untuk berjalan kaki saja. Di Segara Wedi atau lautan pasir itu ada sebuah pura Hindu bernama Pura Luhur Poten. Pura ini adalah pura utama tempat warga suku Tengger melalukan ritual keagamaan mereka termasuk upacara Yadnya Kasada yang bisa berlangsung selama sebulan penuh. Pura ini dibangun dengan bahan utama batu hitam yang banyak terdapat dari gunung berapi di sekitarnya.

Jalan menuju kawah gunung Bromo tidak masalah, mendaki menuju kawahnya barulah jadi masalah. Kira-kira seperempat perjalanan menuju tangga ke kawah ujian berat mulai menghadang. Jalanan menjadi sangat terjal dan betul-betul menguras tenaga. Ini diperparah dengan landasan yang berupa pasir, jelas makin membuat langkah semakin berat.

Tangga menuju kawah Gunung Bromo
Tangga menuju kawah Gunung Bromo
Kawah gunung Bromo
Kawah gunung Bromo

Untuk menuju ke tepi kawah gunung Bromo ada tangga beton yang juga cukup terjal. Jumlahnya 250 anak tangga. Jadi setelah bersusah payah mendaki kita masih harus menaiki 250 anak tangga sebelum bisa tiba di tepi kawah. Beruntung karena meski matahari mulai terik udara tetap terasa sejuk.

Semua perjuangan berat jalan mendaki dan menaiki anak tangga itu akan terbayar lunas ketika tiba di atas. Kapan lagi bisa menyaksikan kawah gunung langsung dari tepiannya. Kawah gunung berapi memang masih aktif, bau belerang tercium samar-samar ketika angin membawanya ke arah kita. Bukan hanya pemandangan kawah itu yang menyejukkan mata, tapi pemandangan alam sekitarnya juga begitu menakjubkan. Tidak tiap hari kan kita bisa berada di atas puncak gunung?

Pasir berbisik.
Pasir berbisik.

Pasir berbisik dan bukit Teletubbies

Setelah puas, kami turun kembali menuju mobil yang parkir di tempat cukup jauh. Tujuan berikutnya adalah kawasan padang pasir yang dulu menjadi tempat syuting film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastro dan Christine Hakim.

Padang pasir itu tidak terlalu jauh dan memang sejauh mata memandang hanya ada hamparan pasir. Beruntung karena di bagian belakang masih ada gunung dan tebing berwarna hijau. Tempat ini dinamakan pasir berbisik karena konon ketika angin bertiup akan terdengan suara seperti orang yang berbisik.

Supir kami becerita kalau malam tiba kawasan itu benar-benar akan gelap gulita. Dia bahkan pernah tersesat di situ, karena di mana-mana hanya ada pasir dan pasir. Berjam-jam dia hanya berputar di situ-situ saja.

Kami tidak berlama-lama di sana karena memang nyaris tidak ada yang bisa dinikmati selain hamparan pasir yang sangat luas. Berikutnya kami bergeser ke tempat lain, bukit teletubbies namanya. Bukit ini jelas sudah ada jauh sebelum serial film anak-anak itu populer di layar kaca. Entah apa nama bukit itu sebelum teletubbies terkenal.

Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies

Bukitnya memang benar-benar mengingatkan kita pada latar film teletubbies. Saya membayangkan dari bukit itu muncul tokoh-tokoh seperti Pooh, Tinki Winky, Dipsy dan Lala. Kalau itu sampai terjadi, pengunjung mungkin malah akan berlari ketakutan. Berbeda dengan kawasan lainnya, kawasan bukit teletubbies sangat nyaman di mata. Letaknya berada di sebelah utara gunung Bromo, sejauh mata memandang kali ini hanya ada warna hijau dari rumput dan pepohonan. Udara sejuk masih setia menyapa kami, bahkan kabut tipis terlihat mengambang di atas sana.

Setelah puas mengambil gambar maka selesai pula rangkaian perjalanan hari itu. Kami kembali ke mobil dan turun ke kota Malang. Ketika mulai mobil mulai meliuk-liku di sekujur bukit menuju kota Malang saya memutuskan untuk tidur. Perjalanan yang dimulai jam 1 dini hari itu memang lumayan menguras tenaga dan memangkas waktu istirahat, meski bayarannya juga setimpal.

[dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (9)

  1. mekanik komputer

    bukannya bromo sekarang lagi status siaga gan ? 🙂

  2. Pengen ke Bromo belon juga kesampaian 🙁

  3. oooo ini yg kpn hari ke sini ya? nginep di mana bang?

    • iPul Gassing

      tiba di Malang pagi, nginap di hote apa tuh namanya..lupa, hotel murah sih soalnya malam jam 1 udah jalan ke Bromo dan terus ke Surabaya 😀

  4. Wisata Bromo

    Gambarnya keren gan bagus banget.
    Ada rencana ke bromo lagi ga nih ?

  5. liburan kebromo itu sangat mengasikkan dan tak terlupakan, setelah dri bromo lanjut kota BATU,lburan 2 hari 1mlm membuat badan remuk tapi sangat menyenangkan….

  6. Mantabb. kapan ya saya bisa kesana.

  7. wisata bromo

    Gunung Bromo dari emang bagus,,Apalagi tahun ini wisatawan tambah meningkat…

  8. Jadi penasaran pingin ke Bromo.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.