Perjalanan

Ajaib! Ketemu Pepeng di Sentani!

 

Bandara Sentani yang Cantik
Bandara Sentani yang Cantik

“Pasti akan luar biasa kalau di tempat sejauh ini saya bisa ketemu teman yang lama tidak bertemu”.

Itu pikiran saya ketika menginjakkan kaki di tanah Papua. Pikiran yang asal muncul begitu saja, entah dari mana. Dalam hati saya merasa pasti akan luar biasa kalau di tempat sejauh ini saya bisa bertemu dengan teman yang sudah lama tidak bertemu. Tapi pikiran itu hanya sekelebat, rasanya bukan sesuatu yang bisa terjadi.

Saya tiba di Papua selasa pagi (11/11/2014) sekisar jam 7 waktu Indonesia bagian timur. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah Papua, tanah yang sebenarnya sudah lama saya impikan. Entah kenapa, saya jauh lebih tertarik mendatangi Papua daripada negara lain semisal Singapura atau Malaysia. Papua selalu mengundang rasa penasaran saya, ingin sekali rasanya melihat langsung provinsi paling timur negeri kita ini.

Perjalanan ke Papua ini adalah berkah, sekisar bulan lalu saya mendapat tawaran untuk jadi konsultan penulis dalam sebuah program NGO. Setelah mengajukan CV dan contoh tulisan, saya menunggu kabar berikutnya. Beruntung saya termasuk salah satu yang terpilih, dan daerah yang menjadi tugas liputan saya adalah: Papua dan Papua Barat! Sungguh, saya sulit menyembunyikan rasa senang hingga rasanya saya selalu ingin membagi cerita tentang berkah ini kepada teman-teman.

Beruntung juga saya berada dalam lingkungan teman-teman yang sama-sama menyukai daerah Indonesia Timur. Saya merasa beruntung karena bisa membuat mereka cemburu, hahaha. Maafkan saya kawan-kawan, suatu hari nanti kalian mungkin bisa mendapatkan berkah yang sama.

Kembali ke cerita saya. Jam 00:45 waktu Makassar saya sudah siap di bandara. Perjalanan ke Papua memang sebagian besar dimulai tengah malam dan tiba pagi hari waktu Papua. Sebenarnya ada pesawat pagi dan tiba siang di Jayapura, tapi hari itu saya harus berangkat dini hari karena selasa siang sudah harus bertemu dengan salah satu pejabat AIPD untuk urusan pekerjaan.

Saya memang orang kampung, di usia yang pertengahan 30an baru kali ini saya menjalani penerbangan yang lamanya di atas 2 jam. Perjalanan ke Jayapura harus melalui Biak yang ditempuh kurang lebih 2,5 jam dari Makassar. Berangkat jam 1 dini hari dengan total waktu penerbangan 5 jam membuat saya agak pusing setiba di bandara Sentani. Saya masih bisa mengatasinya hingga beberapa jam ke depan saya menyerah, tepar di kamar hotel dan bahkan sempat muntah. Beruntung pertemuan dengan pejabat AIPD diundur sampai agak sore, saya masih bisa istirahat sejenak.

Oh saya lupa bercerita tentang bandara Sentani. Bandara ini adalah salah satu bandara paling cantik yang pernah saya datangi. Oke, mungkin saya memang yang jarang bepergian, tapi saya harus akui kalau bandara ini cantik. Di belakang bandara deretan perbukitan menjulang dengan warna gabungan antara hijau pepohonan dan hitamnya batu. Sejumput kabut menggelayuti puncak perbukitan, membuatnya tampak lebih menggoda.

Saya juga baru tahu kalau kota Jayapura ternyata berjarak sekisar 30an KM dari bandara yang terletak di Sentani. Dalam perjalanan ke Jayapura saya sempat tertidur beberapa jenak, rasa capek dalam perjalanan memaksa saya tidak mengacuhkan pemandangan danau Sentani yang ada di sepanjang jalan.

*****

Malam hari selepas pertemuan dengan pejabat AIPD, oleh teman yang menemani selama di Papua saya diajak makan di tepi danau Sentani. Restoran Yougwa namanya, dan makanan yang ditawarkan adalah papeda serta ikan gabus kuah asam. Papeda adalah makanan dari sagu, kalau di Sulawesi Selatan namanya kapurung. Bedanya hanya sagu di Papua terasa lebih lembut teksturnya, plus papeda tidak terlalu banyak sayurannya seperti kapurungnya orang Palopo.

Sebagai pelengkap ada hidangan ikan gabus yang diberi kuah asam. Rasanya benar-benar segar! Jenis ikan gabus yang katanya hanya ada di Sentani itu dagingnya sangat empuk. Saya lupa kapan terakhir makan ikan gabus, tapi yang jelas ikan gabus ini rasanya sangat-sangat empuk. Mungkin ini alasan ikan itu diberi nama ikan gabus.

Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba kejadian aneh seperti yang saya bayangkan di paragraf awal ternyata jadi kenyataan!

Seorang pria gempal dengan topi yang dibalik masuk ke dalam restoran. Kehadirannya sepintas menarik perhatian saya, dan langsung saja saya terhenyak! Wajah itu rasanya familiar. Lelaki itu juga seperti terhenyak, memandang saya seperti tidak percaya.

“Daeng”? Tanyanya, masih dengan pandangan keheranan dan tidak percaya.

“Loh? Kowe Peng?” Sayapun masih terbalut rasa tidak percaya.

Iya, lelaki itu Pepeng, seorang kawan lama dari Jogja. Saya dan Pepeng berteman lewat komunitas blogger Loenpia. Kami sudah lama tidak berinteraksi sejak dia makin sibuk dengan klinik kopi-nya dan milis Loenpia sudah sepi. Kami terakhir ketemu setahun yang lalu di acara nikahan Okky dan Angki di Semarang.

Bukti Pertemuan Dengan Mahluk Bernama Pepeng
Bukti Pertemuan Dengan Mahluk Bernama Pepeng

Pepeng dan teman-teman tim Klinik Kopi baru saja turun dari Wamena dalam tur kopi mereka. Mereka mampir di Sentani sebelum besoknya kembali ke Jakarta. Kebetulan saja malam itu mereka mampir di Yougwa untuk mencari kopi yang sayangnya tidak mereka temukan.

Akhirnya malam itu malah jadi malam kopdar kami. Aneh, satu orang Jogja, satu orang Makassar tapi malah kopdar di Sentani, Papua. Dalam hati saya benar-benar takjub, kalimat asal-asalan yang terpikir di kepala saya pagi ketika tiba di Papua malah jadi kenyataan malam harinya. Mungkin ini yang dibilang orang; hati-hati dengan apa yang kamu pikirkan karena itu bisa saja jadi kenyataan.

Hari pertama di Papua kejadian unik sudah terjadi, benar-benar tanah yang penuh kejutan. Masih banyak cerita yang akan saya bagikan tentang Papua, jadi tunggu kisahnya kalau memang Anda ingin membaca cerita tentang Papua dari orang yang sudah lama ingin ke Papua. [dG] ?

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (5)

  1. hahahha nasib mempertemukan teman di tempat tak terduga, aih sedep nih dapet kerjaan jalan ke Papua. Saya jadi kangen Wamena

    • iPul Gassing

      iyya nih, senang banget bisa ke Papua hihihi
      sayangnya tidak ke Wamena, jalurnya malah ke Papua Barat

  2. kapan kita akan ketemu di puncak jaya ya daeng 😀 menikmati nasi kuning 25.000/porsi dengan tempe goreng 5000/biji

  3. Ditunggu cerita keindahan tanah kejutan itu daeng.

    Oh iya saya reques cerita tentang orang bugis di sana 🙂

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.