Ada Nadi Yang Berdetak Di Kayu Bangkoa

Pemandangan dari Kayu Bangkoa

Kalau anda tiba di Makassar dan ingin merasakan denyut nadi yang berbeda dari kota ini, bolehlah mengunjungi dermaga Kayu Bangkoa di akhir pekan.

Kayu Bangkoa, nama ini sudah akrab di kuping orang Makassar. Saya dan teman-teman entah sudah berapa kali menyentuh dermaga kecil di tepi pantai Losari ini.

Kami paling sering berada di sana di hari Sabtu atau Minggu, yang merupakan hari-hari tersibuk dari dermaga penyeberangan itu. Kayu bangkoa adalah bahasa Makassar yang berarti kayu bakau. Entah sejak kapan dermaga ini ada di sana, saya sudah sering menyambanginya ketika saya masih kecil. Tujuannya sama, menyeberang ke pulau-pulau di luar Makassar.

Kayu Bangkoa memang adalah gerbang dari dan ke pulau-pulau yang bertebaran di sekitar kota Makassar. Di sana ada banyak kapal kayu dan perahu kecil yang jadi moda transportasi utama bagi penduduk pulau yang ingin merapat ke daratan. Kapal kayu besar biasanya mengantar penduduk pulau Kodingareng Lompo, Barrang Caddi dan Barrang Lompo yang jaraknya memang lumayan jauh dari kota Makassar.

Sementara itu perahu kecil yang biasanya hanya maksimal memuat 10 orang penumpang itu mengantar penduduk dari pulau Lae-Lae, pulau berpenghuni yang jaraknya sangat dekat dengan kota Makassar. Selain itu perahu-perahu kecil itu juga siap mengantar para wisatawan yang mau mendatangi tempat-tempat semacam gusung, pulau Samalona atau pulau Kodingareng Keke.

Cobalah datang di akhir pekan, khususnya di sekitaran jam 7 hingga jam 9 pagi. Waktu itu adalah waktu di mana dermaga Kayu Bangkoa sangat padat. Satu persatu kapal kayu besar akan merapat. Kapal kayu itu biasanya memuat ratusan penumpang lengkap dengan barang bawaan mereka, bahkan sepeda motor.

Perahu dan mereka yang merapat ke daratan

Saya membayangkan mereka adalah orang-orang yang ingin menikmati suasana kota di akhir pekan. Dengan sepeda motor yang mereka bawa sendiri dari pulau mereka bisa keliling kota tanpa harus mengeluarkan biaya untuk transportasi umum lagi.

Para penumpang kapal kayu itu sebagian tampak berdandan modis. Anak-anak mudanya tetap mengikuti perkembangan mode. Kaum remaja pria menggunakan celana skinny dengan jaket hoody dan tata rambut yang mirip bintang K-Pop. Kaum remaja wanita tentu lebih modis lagi, kadang dengan sandal berhak tinggi dan olesan make up tipis di wajah. Saya menduga mereka ingin menyambangi mall, seperti sebagain besar warga kota di akhir pekan.

Hari minggu kemarin (9/9) saya bahkan melihat beberapa ibu-ibu turun dari kapal kayu dan berdandan heboh dengan kain kaftan dan make up tebal. Mereka sepertinya akan menghadiri sebuah undangan entah perkawinan atau selamatan.

Denyut nadi warga di dermaga Kayu Bangkoa

Kalau anda tiba di Makassar dan ingin merasakan denyut nadi yang berbeda dari kota ini, bolehlah mengunjungi dermaga Kayu Bangkoa di akhir pekan. Anda bisa menyusuri pantai Losari dari anjungan ke arah Utara dan melewati Hotel Makassar Golden. Beberapa puluh meter ke Utara anda akan menemukan sebuah gerbang melengkung dengan tulisan Dermaga Penyeberangan Kayu Bangkoa.

Di sekitar Kayu Bangkoa anda bisa sekadar duduk di beberapa bangku kayu yang tersedia, atau mencicipi kopi dan makanan kecil di beberapa warung yang ada di sekitar dermaga. Rasakan denyut nadi yang berbeda, denyut nadi warga pulau dan pesisir yang juga adalah warga kota Makassar.

Anda bisa melihat kesibukan warga yang baru datang dan yang akan berangkat dari dermaga Kayu Bangkoa, melihat deretan perahu kecil yang diparkir serta tentu saja sampah yang berserakan di sekitar dermaga.

Saya senang merasakan denyut nadi yang berdetak di Kayu Bangkoa.

[dG]