Pikiran

Magnet Kuat Jakarta

Tidak ada kota yang semenarik Jakarta
Tidak ada kota yang semenarik Jakarta

Tidak ada kota yang bisa menyamai Jakarta di republik ini.

Kota paling ramai dan padat, tempat hidupnya 10 juta orang dan 2 juta lainnya yang setiap hari keluar-masuk mencari makan atau sekadar berwisata. Padahal luas Jakarta tidak seberapa, tidak sampai 10 persen luas provinsi Sulawesi Selatan, apalagi Papua. Tapi jangan tanya soal magnet Jakarta, kuat pakai banget. Konon selepas Idul Fitri, penghuni Jakarta akan bertambah sekira 70 ribu jiwa. Jumlah yang tidak sedikit.

Kenapa mereka berbondong-bondong mau ke Jakarta? Alasannya tentu saja karena Jakarta menawarkan apa yang tidak bisa ditawarkan oleh kampung halaman mereka. Karir yang lebih bagus, penghasilan yang lebih besar, kesempatan yang terbuka luas dan semua kelebihan lainnya. Kata orang, asal mau kerja apa saja maka kamu akan bisa bertahan di Jakarta. Maka makin lengkaplah alasan menjadikan Jakarta sebagai pusatnya Indonesia.

Semua kebaikan di negeri ini diproduksi dari Jakarta, lalu disebarkan ke semua penjuru republik. Pokoknya yang datang dari pusat itu bagus, dan harus diterima oleh orang daerah. Apa yang terjadi di pusat, harus diamati oleh orang daerah. Karena Jakarta adalah pusat dari segala hal-hal baik di negeri ini.

Begitu juga dengan pemimpinnya. Siapapun yang jadi gubernur di Jakarta, semua orang di republik ini harus tahu, harus mengikuti sepak terjangnya mulai dari masa kampanye, pelantikan sampai kontroversi seputar kebijakannya. Karena kata Tomi Lebang, gubernur Jakarta adalah gubernur Indonesia.

Tidak percaya? Coba tengok media sosial dan media massa arus utama. Berita tentang Kali Jodo, tentang kulit kabel yang menyumbat selokan sampai rencana perebutan kursi DKI 1 semua dibahas nyaris tidak kenal waktu. Dari televisi, koran sampai Facebook, Twitter dan semacamnya, berita-berita itu selalu muncul. Perdebatan antar pengguna internet sampai berita-berita yang tak 100% benar memenuhi hampir semua pandangan kita. Pokoknya ke mana kita memandang, berita itu pasti ada.

Sebulan lalu saya sedang berada di sebuah warung kopi ketika seorang kawan bapak-bapak dengan santainya bertanya ke saya, “Jadi, bagaimana ini dengan Kali Jodo?”. Saya mengernyitkan dahi dan memandanginya. Beberapa detik kemudian saya menjawab, “Maaf, saya malas membahas tentang itu. Saya bukan orang Jakarta dan saya tidak punya kepentingan dengan itu.”

Bayangkan, di tempat yang beratus-ratus kilometer jauhnya dari Jakarta, urusan penggusuran satu kawasan di Jakarta itu pun masih berusaha dijadikan topik hangat di sebuah warung kopi. Luar biasa memang Jakarta ini! Apapun yang terjadi di sana sepertinya wajib untuk diketahui seluruh orang Indonesia, bukan hanya diketahui tapi juga diperbincangkan.

Sekarang intensitasnya makin tinggi karena setahun lagi Jakarta akan memilih gubernur mereka. Pertarungan ke DKI 1 makin memanas karena kisah-kisah panas seputar gubernur yang sekarang dengan para calon penantangnya. Berita-berita itu jelas jadi santapan lezat untuk media arus utama dan cemilan lezat bagi para netizen. Apalagi ini tentang Jakarta, pusat dari Indonesia!

Hampir lima tahun lalu ketika Jakarta akhirnya memilih pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernurnya, bahkan anak-anak di Papua sana pun tahu siapa mereka berdua. Tentunya karena mereka berdua begitu rajin mengisi slot-slot pemberitaaan di televisi. Bayangkan, bahkan anak Papua pun tahu betul siapa gubernur Jakarta. Padahal belum tentu anak-anak Jakarta tahu siapa gubernur Papua.

Tapi tentu terlalu naif membandingkan Papua dan Jakarta. Apa sih Papua itu? Tak ada seujung kukunya Jakarta, pusat dari republik ini yang segala tetek bengeknya harus diketahui semua orang Indonesia. Jakarta banjir maka seluruh Indonesia banjir, ada penggusuran di Jakarta maka semua orang Indonesia harus sibuk berdebat tentangnya. Karena bencana di Jakarta jauh lebih penting dari bencana di Rokatenda atau di Sinabung. Tentu karena Jakarta adalah pusatnya Indonesia.

Jadi jangan heran kalau dalam rentang setahun ini orang Indonesia akan disedot perhatiannya menjelang pemilihan gubernur Jakarta. Harus tahu siapa-siapa yang akan maju berebut posisi, apa langkah Ahok mempertahankan posisinya, apa langkah lawan-lawannya dalam usaha menjegal Ahok dan banyak lagi. Pokoknya siap-siaplah menyimak beragam cerita dan berita tentang Jakarta.

Karena magnet Jakarta memang luar biasa kuatnya, sampai-sampai saya pun ikut membuat postingan tentangnya. Sigh.. [dG]

 

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Karena terlalu lama sentralisasi terjadi maka seolah hanya pusat yang penting. Sering kali malah yang jauh dari pusat menjadi tidak penting, bahkan seolah tidak ada. Saya sendiri punya banyak cerita terkait hal ini. Dan saya menyebutnya sebagai “efek sentralisasi”.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.