yi cam
si Yi Cam yang saja ajak bicara itu

Saya selalu menganggap beberapa benda kesayangan saya bisa saya ajak bicara, bahkan mereka bisa mengerti apa yang saya rasakan.

Jadi begini, empat hari lalu akhirnya saya membeli action cam merek Yi Cam. Entah kenapa meski sudah lama mengidamkan barang ini, saya baru berhasil memilikinya sekarang. Berkali-kali saya ikut lomba berhadiah action cam baik yang Yi Cam ataupun yang sekalian mahal seperti Go Pro Hero tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Saya tidak juga berhasil menjadi juara dan membawa pulang action cam. Sampai akhirnya saya pikir saya memang tidak berjodoh dengan action cam.

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli sendiri action cam, dan karena menganggapnya sebagai kebutuhan tersier maka pilihan saya jatuh pada Yi Cam. Itupun Yi Cam bekas. Lalu mulailah saya menggali informasi dari berbagai forum-forum jual beli barang bekas di internet. Ketemu beberapa barang, tapi dasar memang belum jodoh, ada yang keburu laku, ada juga yang penjualnya tidak merespon.

Hingga akhirnya Kamis malam ada penjual yang merespon. Karena rencananya hari Sabtu kami akan ke pulau, jadi saya bertekad malam itu saya harus melakukan transaksi. Sebelum melakukan transaksi, sebuah informasi datang dari Feri. Ternyata oh ternyata, harga barang bekas yang saya beli hanya terpaut beberapa puluh rupiah saja dengan barang yang baru di salah satu toko online.

Duh, kalau begitu kenapa saya tidak beli baru saja? Sesal saya dalam hati.

Tapi karena sudah terlanjur berjanji dengan sang penjual, mau tidak mau saya tetap mendatangi tempat kami berjanji untuk bertemu. Tak enak rasanya kalau sampai mengingkari janji. Singkat cerita, deal kami selesai malam itu. Saya membawa pulang sebiji Yi Cam yang masih mulus meski tetap saja ada yang mengganjal.

Dua hari kemudian si Yi Cam baru tapi bekas itu sudah menemani perjalanan kami di pulau Samalona. Lumayan juga meski saya agak heran karena baterainya yang terlalu boros  plus ternyata housing underwater-nya agak longgar sehingga airnya terserap ke dalam dan membasahi si Yi Cam. Untungnya si Yi Cam tidak apa-apa, masih tetap bisa digunakan meski badannya agak basah.

Malam harinya di salah satu forum jual beli barang bekas Makassar saya tertumbuk pada satu informasi. Ternyata ada yang menjual Yi Cam bekas dengan asesoris yang lebih lengkap dan harga yang lebih murah seratus ribu. Duh! Hati ini kembali bergejolak. Tidak rela rasanya saya mendapatkan barang yang sama tapi dengan harga yang lebih mahal dan kelengkapan yang tidak seperti yang barusan saya lihat.

Sepanjang malam rasanya saya tidak rela. Tidak ikhlas dan bahkan merasa kena tipu.

Lalu perasaan itu semakin menebal ketika Yi Cam seperti ngadat, tidak mau menyala dan bahkan tidak mau mengisi daya sama sekali. Dia hanya diam, tanpa ada suara atau nyala ketika saya coba menyalakannya, atau bahkan ketika saya sambungkan ke pengisi daya.

“Duh! Rusak nih,” pikir saya. Bahkan rasanya saya makin kesal, sudah belinya lebih mahal ehh malah cepat rusak. Kena tipu deh saya, pikir saya lagi.

Jam demi jam berlalu, malam harinya si Yi Cam saya biarkan begitu saja. Tadi pagi saya coba nyalakan, masih tetap sama. Hati masih dongkol dan kesal.

*****

Lalu entah dari mana tiba-tiba seperti ada bisikan di telinga saya untuk merelakan dan mengikhlaskan saja apa yang sudah saya dapat. Mungkin memang nasib saya yang tidak berjodoh dengan Yi Cam atau dengan action cam apapun. Jadi, yah sudahlah..Yi Cam saya biarkan tidak menyala dan mungkin tidak bisa saya pakai lagi.

Siang harinya saya iseng menyalakannya, si Yi Cam ternyata mau juga menyala. Ketika disambungkan ke pengisi daya pun dia sudah mau menyala dan mengisi daya meski tidak lama. Sepertinya memang ada masalah di baterainya, mungkin pengaruh air laut yang sempat masuk bahkan sampai ke baterainya.

Lega rasanya ketika si Yi Cam itu akhirnya bisa menyala kembali meski harus dengan bantuan kabel charge. Dengan pelan dia saya elus-elus dan kepadanya saya bilang, “ You are going to be one of my best buddy. We are going to be great together. So stay with me dude!”

Ya tentu saja dia tidak menjawab. Kalau dia menjawab, bisa-bisa saya pingsan di tempat. Tapi selepas itu dia sudah tidak ngambek lagi. Sudah bisa menyala meski tidak bisa mengisi daya sampai penuh, tapi setidaknya dia tidak mati suri seperti malam sebelumnya. Ketika saya coba pakai, dia juga berfungsi seperti sewajarnya.

Dalam hati saya bergumam; mungkin saja dia tahu kalau saya sempat merasa menyesal sudah membelinya, menyesal karena merasa salah beli atau malah kena tipu. Makanya dia ngambek dan memilih mati suri.

Ketika saya akhirnya bisa ikhlas dan menerimanya apa adanya, tiba-tiba saja dia hidup kembali meski belum sesempurna sebelumnya. Sungguh ajaib!

Okelah, ini mungkin memang hanya kebetulan dan sama sekali tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tapi, boleh dong saya percaya kalau dia bisa merasakan apa yang saya rasakan. Boleh dong saya percaya kalau dia juga mendengar apa yang saya ucapkan kepadanya.

Entah kenapa selama ini saya selalu merasa beberapa benda kesayangan saya seperti bisa mendengar apa yang saya katakan atau merasakan apa yang saya rasakan. Ketika benda-benda itu saya urus dengan baik dan penuh kasih sayang, dia juga akan bertahan lama di tangan saya. Paling rusak atau berhenti beroperasi karena memang usia. Itu juga yang membuat saya memberi nama-nama pada beberapa benda kesayangan saya.

Accung untuk Note 5 yang saya pegang, Leo untuk laptop Lenovo kesayangan, Samsul untuk Samsung S4 yang dulu juga pernah menemani saya, Canna untuk Canon 60D yang saya pakai memotret, Agnes untuk motor Honda yang mengantar saya kesana-kemari dan Benyamin untuk si Vespa yang sebentar lagi akan kembali menemai saya mengukur jalan.

Saya percaya, dengan memberi mereka nama mereka jadi lebih betah bersama saya. Aneh? Mungkin, tapi saya menikmatinya. Bagaimana dengan Anda? Pernah merasa bisa bercakap-cakap dengan benda? [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (6)

  1. miss v untuk si vario, hattori untuk si ninja. aku juga suka kasih2 nama :))

  2. Dulu saya punya bambino.. Mobil sedan butut (esteem) kesayanganku, hahahahahah satu kampus kenal sama bambino, karena dia sering mogok dan minta di dorong sama teman cowok yg ganteng2, iya bambino ganjen !
    Sekarang bambino sudah punya pemilik barunya T_T datang lah si RahuL

  3. adis takdos

    hahahaha baru kepikiran untuk ngasih nama ke benda kesayangan setelah baca ini:))

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    http://www.whateverbackpacker.com

  4. Bleki, untuk motor satria legendaris.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.