Pikiran

Apa Sih Susahnya Antre ?

Antri (sumber : Google )

Entah kenapa, orang Indonesia banyak yang masih susah untuk diajak antre dengan tertib. Sebagian karena memang tidak tahu fungsi antre, sebagian lagi karena memang bebal.

Suatu hari di Bandara Sultan Hasanuddin. Di depan konter sebuah maskapai saya berdiri dengan tabah. Di depan saya ada segerombolan anak-anak muda, kalau tidak salah ada 5 orang. Sebagian dari mereka berjaket almamater sebuah sekolah tinggi yang memproduksi abdi negara. Antrian masih panjang. Saya masih sabar sembari menunduk melekatkan mata pada blackberry.

Barisan berjalan perlahan dan saya masih serius memandang BB. Ketika menengadahkan kepala tahu-tahu seorang ibu berdiri di depan saya agak menyamping, persis di belakang rombongan anak-anak muda tadi. Saya mengernyitkan dahi. Saya lupa apa ibu itu sudah lama berdiri di sana atau memang baru menyerobot antrean. Barisan antrean memang kurang rapih karena anak-anak muda di depan saya bergerombol, tidak berbaris.

Perang batin muncul di kepala saya. Haruskah saya menegur ibu itu ? Satu sisi saya kesal karena dia menyerobot antrean meski saya juga kurang yakin dia menyerobot. Bagaimana kalau dia memang sudah duluan di depan saya ? Kebetulan saya juga sedang malas beradu argumen apalagi melayani celoteh seorang ibu-ibu yang dari tampangnya kelihatan ketus. Sudahlah pikir saya, dan akhirnya saya membiarkan ibu itu check in duluan.

Beberapa menit sebelum ibu itu selesai check in tiba-tiba seorang wanita tua berdiri di depan saya dan siap-siap maju ke konter check in. Saya menegurnya dengan halus.

” Maaf, ibu satu rombongan dengan ibu itu ? “, Sambil menunjuk ibu yang sedang check in.

Dia menggeleng. Kemudian masih dengan halus saya bilang, ” Maaf bu, antre dulu ya..? ”

Dia meminta maaf dan kemudian berjalan ke antrean paling belakang. Dari pakaiannya saya menganggap beliau tidak tahu makna antre, karena itu juga saya menegurnya dengan halus.

Dan, bisa jadi saya sedang diuji hari itu. Persis ketika ibu di depan saya selesai antre, tiba-tiba seorang bapak dengan jaket hitam necis dan koper yang ditarik menerobos antrean dan maju ke konter check in. Kali ini saya tidak menegur halus lagi. Nada suara saya tinggikan sedikit.

” Pak, maaf pak..antre dong !! ”

Petugas konter check in juga menegur dengan kalimat yang hampir sama dan si bapak dengan senyum yang entah karena malu ketahuan atau karena apa kemudian berjalan ke belakang antrean. Saya hanya menggeleng. Hampir saja saya meledak hari itu.

Kejadian itu bukan pertamakalinya, saya lupa tepatnya kapan tapi yang jelas saya pernah hampir meledak dan menegur keras seorang bapak yang menyerobot antrean di depan konter check in bandara. Si bapak kelihatan rapih dan saya yakin sangat mengerti soal antre, tapi herannya dengan santainya dia menyerobot antrean tepat di depan saya. Saya menegurnya dengan agak keras, dia berbalik dan saya menatapnya tajam. Waktu itu saya tidak peduli apa yang akan terjadi, kalau memang harus berantem saya siap meladeni. Beruntung karena petugas juga menegur keras si bapak dan dengan bersungut-sungut dia berjalan ke antrean paling belakang.

Saya jadi bertanya-tanya, sebegitu susahnyakah untuk antre ? Sebegitu susahnyakah untuk bersabar sedikit dan tertib sedikit biar semuanya lancar ? Menyerobot antrean dan kemudian bergerombol karena tidak sabar dan ingin buru-buru justru membuat semuanya jadi kacau bukan ?

Saya jadi ingat postingan teman saya di sini yang cerita tentang kebiasaan orang Indonesia menyikapi antrean. Banyak masalah yang kemudian timbul dari keengganan kita untuk tertib mengantre, bahkan beberapa di antaranya berbuah menjadi petaka yang merenggut korban jiwa. Antre zakat, antre tiket sepakbola dan bahkan antre produk Blackberry.

Apa sih susahnya antre ? Entah sampai kapan saya dan mungkin juga anda akan mengajukan pertanyaan yang sama. Mungkin sampai kita sudah tidak menemukan lagi orang-orang yang menerobos antrean di saat kita sedang sabar berdiri mengantri.

Bagaimana menurut anda ?

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (5)

  1. saya punya pengalaman tidak enak yang banyak soal antri mengantri, dari ngamuk2 di bank juga sudah, di bakery iya, di supermarket ho oh ah klo ditulis jadi postingan tuh.
    emang dah paling mpet sama orang yang pura2 ga tau makna ngantri, doain bego sekalian gimana yok? Hahaha … tau deh, klo saya mah malu tuh klo mo nyela antrian, rasanya kok gimana gitu deh.

    • iPul dg.Gassing

      ayo dipostingkan..
      saya juga paling gampang tersulut emosinya kalo liat ada yg serobot antrian, apalagi orangnya ketahuan kalau “orang kota” yang pasti ngerti soal etika antrean

  2. Di sini ada kelompok yg terkenal ga suka antri. Bukan masalah kota/desa – tapi budaya. Pernah, kami semua sedang antri di depan kamar mandi – tiba-tiba mereka nyelonong aja. Bahkan, amarah pun sia2. Di sini aturannya kalau mau naik bis, tunggu (antri) sampai yand di dalam bis turun semua, baru yg mau naik bis boleh masuk. Mreka nggak loh. Peduli amat sama orang2 yang mau turun. Di bis pun mereka tidak tahu malu, duduk di tempat yg ada logo untuk orang lanjut usia dan dengan kebutuhan khusus. kalau ada lansia/kebutuhan khusus naik, mereka juga cuek aja tuh.

    Ternyata, emang budaya. Seorang teman dari kelompok mereka bilang: kalau mau tempat terbaik, harus cepat. Kalau sudah dapat tempat – jangan pernah berikan pada orang lain.

    Bah! Menyebalkan.

  3. Daeng, ada yang lucu neh. Saya pernah baca entah dimana, katanya tabiat orang Indonesia di luar negeri yang tertib bisa berubah total loh. Nggak cuma sekedar antrean, mereka bahkan bisa untuk tidak membuang sampah sembarangan *termasuk tisu yang dijulurkan keluar dari kaca mobil*. mengagumkan yang prestasi masyarakat kita di negara kita sendiri dibanding di luaran sana. Padahal, ceritanya ini kan beranda kita sendiri. Ck ck ck.

    kalau antre di Bandara, Bioskop, atau penjualan tiket dan pelayanan umum kayak pembuatan SIM atau passport sih saya bisa antre dengan tertib. Tapi, kalau sudah mengarah pada antrian makanan gubuk di pesta, biasanya saya nggak bisa ikut aturan. Pertama-tama sih antre aja *apalagi kambing guling, siomay, atau dimsum*. Tapi lama kelamaan, antrian saya nggak maju maju, cenderung stuck. Bapak ibu entah darimana mulai memadati ujung antrean dan secara barbar ngambil piring seenak jidatnya dan mengisi piring mereka penuh-pemuh. Haduh. Kayaknya nggak bisa diomongin dehkalau soal ini. Daripada saya repot-repot, ngomel, mendingan saya sikut bapak dan ibu yang mulai merusuhi antrean makanan tersebut, dan seruduk banteng juga. hahahaha.

  4. Saya pernah antre di Gramedia Amplaz Jogja, dan ada bapak-bapak yang menyerobot antrean di depan saya, sangat berlawanan dengan anak-anak SMA Nusantara yang juga tertib antre di depan saya. Setelah saya tegur baik-baik, bapak tersebut malah marah-marah dan berkata bahwa dia sudah antre lebih dulu. Parahnya, kasirnya diam saja.
    Pengalaman berbeda saya peroleh saat saya antre di salah satu departement store di Belanda, ada seorang nenek-nenek yang menyerobot antrean. lebih tepatnya nenek tersebut tidak mengetahui darimana antreannya berawal, harusnya dari kiri ke kanan dan beliau kira dari kanan ke kiri. Saya mengalah karena berfikir beliau sudah berumur dan kasihan apabila harus antre lama, namum kasir dengan tegas meminta nenek tersebut antre di belakang saya. Nenek tersebut terlihat malu dan minta maaf berkali-kali.

    saya rasa di Indonesia ini budaya disiplinnya yang kurang. Tidak hanya antre di depan kasir, antre di jalan raya saja tidak bisa. Semua main serobot. Akhirnya jadi pemandangan biasa saat pengendara menyerobot jalur yang bukan miliknya.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.