Dinamika Kota

Menuju Kota Dunia, Fakta Atau Ilusi?

Makasar kota dunia ; sumber: http://fadhilplano07.blogspot.com
Makasar kota dunia ; sumber: http://fadhilplano07.blogspot.com

Beberapa tahun belakangan ini warga kota Makassar akrab dengan jargon Makassar Menuju Kota Dunia, meski saya yakin ada banyak warga yang tidak paham kota dunia seperti apa yang dimaksud. Mungkin jargon itu benar-benar hanya ilusi saja.

Saya tidak tahu tepatnya sejak kapan jargon Makassar Menuju Kota Dunia itu digaungkan. Beberapa tahun belakangan ini (mungkin sekisar 2-3 tahun) muncul beragam baliho, spanduk atau iklan yang menggunakan kata itu. Persis seperti harapan yang digemakan ke seluruh sudut kota.

Dari catatan sejarah sebenarnya kota ini sudah pernah menjadi kota dunia. Di abad ke 18 di masa pemerintahan Raja Gowa ke 9 Makassar sebenarnya sudah menjadi kota yang nyaman dan dihuni banyak orang dari berbagai negara di dunia. Ketika itu Makassar yang masih menjadi bagian dari kerajaan Gowa terletak di sisi bandar pelabuhan yang ramai. Beberapa negara bahkan membuka kantor dagang mereka di kota ini sebelum VOC datang dan membuat mereka semua beranjak pergi.

Kalimat Menuju Kota Dunia terdengar sangat manis dan mentereng. Semua orang yang mendengarnya pasti membayangkan sebuah kota yang sama dengan kota-kota lain di belahan benua biru sana, atau mungkin kota-kota di belahan Amerika utara sana. Kota yang maju, modern dan mentereng.

Saya belum pernah menemukan konsep detail dari pemerintah kota tentang kalimat Kota Dunia itu. Konsep yang tumbuh di kepala masing-masing orang bisa berbeda-beda meski saya yakin sebagian besar orang pasti punya bayangan yang sama seperti saya, kota di Eropa atau Amerika utara.

Tapi benarkah Makassar memang sudah menuju kota dunia seperti yang saya atau banyak orang bayangkan?

Susahnya karena pemerintah kota memang tidak pernah memberikan bayangan detail tentang konsep kota dunia yang mereka bayangkan sehingga sulit untuk menemukan indikator perjalanan kota Makassar menuju kota dunia. Kalau indikatornya bangunan megah maka Makassar memang sedang menuju ke sana. Sudah ada beberapa bangunan jangkung serta mega proyek miliaran rupiah yang menghiasi kota ini.

Tapi, apa memang kota dunia itu indikatornya hanya bangunan megah dan proyek miliaran rupiah saja? Bagaimana dengan transportasi umum yang bisa melayani warga kota dengan praktis dan efektif? Atau bagaimana dengan taman kota yang rindang, hijau dan banyak bertebaran sebagai tempat bagi warga kota untuk berkumpul secara gratis dan berinteraksi satu sama lainnya tanpa harus mengeluarkan uang?

Kalau dua indikator di atas dijadikan patokan maka yakinlah kalau Makassar belum bergerak sama sekali menuju kota dunia. Transportasi umum masih seperti belasan tahun yang lalu, bahkan mengalami kemunduran karena transportasi massal seperti bus kota malah dihapuskan. Taman terbuka hijau? Jumlahnya makin menyusut. Jangankan taman terbuka hijau, ?median jalan yang penuh pohon saja lebarnya makin mengecil dan pohonnya habis ditebang.

Entah kenapa kota ini rasanya makin tidak nyaman dan tidak manusiawi. Seorang kawan malah menggambarkan kota ini sebagai kota yang dibangun bukan untuk manusia, tapi untuk kendaraan dan mesin-mesin. Kalau melihat pembangunan yang ada saya harus membenarkan pendapatnya, semua seperti mengakomodir keberadaan kendaraan dan mesin-mesin dengan mengenyahkan kenyamanan warga.

Saya belum pernah mengunjungi kota-kota di belahan Eropa dan Amerika utara sana, tapi dari semua yang saya lihat selama ini saya bisa mendapat gambaran kalau kota-kota maju itu selalu memberi ruang lebih untuk manusia yang hidup dan beraktifitas di dalamnya. Trotoar yang lebar, transportasi umum yang rapi dan taman yang nyaman. Berbeda dengan kota yang katanya sedang menuju kota dunia ini.

Tapi pemerintah kota Makassar ada benarnya juga kalau mereka tidak pernah menjelaskan konsep kota dunia seperti apa yang mereka bayangkan. Artinya tidak salah kalau Makassar memang mulai menyerupai kota-kota di beberapa belahan dunia.

Di jam sibuk, Makassar menyerupai kota Mumbai atau New Delhi yang macet dan semrawut di mana-mana. Ketika musim hujan datang, Makassar menyerupai kota Venice yang penuh air di mana-mana. Benar-benar menyerupai kota dunia kan?

Jadi kalau ada yang tanya jargon Makassar Menuju Kota Dunia itu ilusi atau fakta maka saya bisa bilang kalau jargon itu fakta, setidaknya Makassar sudah menyerupai kota Mumbai, New Delhi dan Venice. Betul kan? [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (3)

  1. Kalau bus kota dihapuskan, lalu gantinya apa?
    Bangunan megah tapi banjir? 😐
    *ga mau membayangkan*

  2. nurwwahidah

    Insya allah mkssr psti bisa klw di perbaharui mulai dr individu dulu…

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.