Dinamika Kota

Ipul dan Jembatan Sukses Bernama RBS

Hope for Children

Dari seorang remaja putus sekolah di Tegal, Ipul pelan-pelan bertransformasi menjadi seorang tenaga IT. Jembatan untuk menuju kesuksesan bagi Ipul adalah Rumah Belajar Samsung.

“Saya pernah kerja di bank, tapi hanya bertahan 2 hari. Bukan passion saya.” Kata Ipul, lelaki gempal berkulit gelap yang saya temui hari itu di Rumah Belajar Samsung di Maros. Ipul yang nama lengkapnya Saipul Arimi bercerita panjang tentang kisah kehidupannya, bermula dari kota Tegal di Jawa Tengah. Ipul menyelesaikan SD dan SMPnya di sana sebelum memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Awalnya dia hanya mencari kursus singkat, belajar komputer dan bahasa Inggris sebelum melanjutkan ke bangku SMA.

Di Jakarta dia ditawari untuk belajar di Yayasan Cinta Anak Bangsa di Duri Kepa, Jakarta Barat. Di sana Ipul hanya belajar setahun karena tahun 2012 dia ditawari belajar di Rumah Belajar Samsung (RBS) yang baru saja dibuka. Tanpa pikir panjang Ipul menerima ajakan tersebut, dia pindah ke RBS dan mengambil kelas IT setelah sebelumnya mengambil kelas teknisi handphone.

Ipul saat memberikan testimoni
Ipul saat memberikan testimoni

Ipul yang lahir tahun 1995 ini mulai meraba-raba passionnya dan ternyata menjadi tenaga IT adalah passionnya yang sebenar-benarnya. 6 bulan di RBS sambil mengambil kejar paket C Ipul akhirnya lulus. Berbekal keterampilan yang didapat di RBS dia mulai mencari kerja.

Perusahaan pertama yang menerimanya adalah sebuah bank nasional yang berkantor di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta. Di sana Ipul hanya bertahan dua hari, rupanya dia mendapat pekerjaan sebagai marketer, sesuatu yang sama sekali berbeda dengan passionnya. Ipul tidak tahan dan segera meninggalkan perusahaan itu.

Selanjutnya Ipul sempat bekerja di sebuah biro hukum milik seorang pengacara tenar. Lagi-lagi di sini dia tidak bertahan lama, hanya dua minggu. Alasannya sama, karena pekerjaannya tidak sesuai dengan passionnya. Ipul rupanya sudah benar-benar jatuh cinta pada dunia IT hingga enggan untuk bekerja di dunia lain.

Gayung bersambut, lepas dari biro hukum itu Ipul diajak bergabung dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) tempatnya dulu sempat menimba ilmu. ?Di tempat baru ini Ipul seperti bersua dengan cinta lamanya, dunia IT. Setelah melalui proses magang yang diakuinya sangat banyak memberi ilmu dan keterampilan buat dirinya, Ipul akhirnya benar-benar bisa menjadi bagian dari YCAB sebagai IT support. Tugas pertamanya membuat dia terbang ke Bali, sesuatu yang dulu hanya bisa diidamkannya.

Perlahan-lahan Ipul mulai menemukan kenyamanan, kerja di bidang yang sesuai dengan passionnya, belajar banyak hal dan tentu saja kesejahteraan yang meningkat. Sekarang Ipul sudah mampu membeli motor sendiri dan menabung untuk masa depannya.

Jembatan Sukses.

Ipul adalah salah satu lulusan Rumah Belajar Samsung (RBS) angkatan pertama di Jakarta yang mulai beroperasi sejak 2012. Dari seorang pemuda kampung yang putus sekolah, Ipul pelan-pelan bertransformasi menjadi seorang tenaga IT yang punya keterampilan. Kabar terakhir Ipul sudah menerima beasiswa dari Universitas Esa Unggul untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

Orang-orang seperti Ipul hanyalah contoh kecil bagaimana semangat dan harapan harus tetap dirawat dan dicarikan jalannya. Perlahan tapi pasti semangat yang tersalurkan itu akan menemukan titik kesuksesannya. Untuk menuju titik itulah, Samsung Electronics Indonesia menyiapkan jembatannya bernama Rumah Belajar Samsung.

Mr. Lee saat berinteraksi dengan murid RBS Maros Saat peresmian RBSamsung di Maros.

“Kami tidak pernah memikirkan efek pada keuntungan penjualan dari program RBS ini.” Kata Kang Hyun Lee (vice president Samsung Electronics Indonesia) dalam jumpa pers selepas peresmian RBS di Maros. Lelaki yang akrab disapa Mr. Lee ini melanjutkan lagi, “Samsung sudah jadi produk terkenal di dunia, digunakan banyak orang di seluruh dunia. Kami tidak perlu menggunakan cara ini untuk untuk mencari keuntungan. Program ini sebagai salah satu cara kami mengembalikan keuntungan itu kepada masyarakat.”

Rumah Belajar Samsung yang tahun ini sudah berjumlah empat buah memang jadi salah satu bagian dari CSR (corporate sosial responsibility) dari Samsung. RBS pertama dibuka di Jakarta, menyusul kemudian di Cikarang, Medan dan terakhir di Maros.

“Dalam setahun kami menargetkan dua RBS yang diresmikan. Tapi semua tergantung pada kesiapan pihak lain yang jadi partner kami.” Kata Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.

Pihak lain yang dimaksud oleh Ennita adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan Departemen Sosial. YCAB mempersiapkan silabus, tenaga pengajar dan perizinan sedang Departemen Sosial memberi rekomendasi daerah yang dianggap siap untuk menjadi tempat berdirinya Rumah Belajar Samsung. Awal tahun ini Pusat Panti Sosial Bina Remaja (PPSBR) Makkareso Maros terpilih karena kesiapan infrastruktur dan sikap kooperatif dari aparatnya.

Baca: Menciptakan Remaja Yang Siap Makkareso

Di RBS para murid akan diberi pelatihan selama 6 bulan dengan sistim asrama. Mereka tidak hanya dibekali kemampuan dan keterampilan tapi juga soft skill yang kelak akan sangat berguna bagi masa depan mereka. Ketika saya tanya apakah pihak Samsung juga memberikan bantuan modal untuk membuka usaha bagi murid-murid SBR, Ennita menjawab, “Untuk saat ini belum.”

“Kami bukannya tidak bisa, kita bisa saja memberi mereka bantuan modal. Tapi, untuk saat ini kami masih fokus pada pemberian keterampilan dulu. Memberi modal bukan hal yang sulit, mengawal mereka memanfaatkan modal itu yang sulit.” Ujar Ennita melanjutkan.

Anak-anak didik RBSamsung di kelas audio visual

Sebagian besar lulusan RBS memang langsung diserap oleh dunia kerja, sebagian dari mereka berhasil bergabung dengan service center Samsung Electronics Indonesia, sisanya bekerja di tempat lain. RBS tidak menganut sistem ikatan dinas sehingga para lulusannya bebas bekerja di mana saja. Selain bekerja di perusahaan mereka juga bisa menyambi pekerjaan lain memanfaatkan keterampilan mereka.

“Iya, saya sering dimintai tolong membenarkan komputer. Lumayan buat menambah penghasilan.” Kata Ipul. “Saya mau sekali jadi pengusaha.” Lanjutnya lagi.

Rumah Belajar Samsung di Maros ini punya perbedaan dengan RBS lainnya yang sudah lebih dulu beroperasi. Di RBS Maros ada smart library, sebuah perpustakaan digital yang bisa diakses lewat perangkat elektronik. Berbeda dengan RBS lainnya yang masih berupa perpustakaan manual. Buku yang ada di smart library RBS Maros bukan hanya buku yang berhubungan dengan keterampilan tapi juga buku-buku motivasi dan peningkatan kapasitas diri. Ini tentu untuk menambah soft skill para murid.

Smart Library di RBSamsung Maros

Selasa 27 Januari 2015, RBS keempat diresmikan di Maros, Sulawesi Selatan. Harapan baru untuk anak-anak remaja putus sekolah dan tidak mampu baru saja terbit. Dengan keteguhan jiwa mereka dibantu oleh pihak-pihak lain bukan tidak mungkin suatu hari nanti mereka bisa sama seperti Ipul yang berkeliling Nusantara menceritakan kisah suksesnya. Atau mungkin malah lebih.

Bagi Ipul dan banyak lulusan lain dari RBS, perjalanan mereka menuju puncak kesuksesan mungkin masih panjang. Tapi setidaknya mereka berhasil meniti jembatan menuju jalan panjang itu, jembatan yang bernama Rumah Belajar Samsung. Semoga di belakang Ipul masih banyak anak-anak lain yang juga ikut bersamanya, meniti jalan menuju kesuksesan. [dG]

Dokumentasi acara inagurasi Rumah Belajar Samsung di Maros, Sulawesi Selatan.

[pe2-gallery album=”http://picasaweb.google.com/data/feed/base/user/106825934710612319491/albumid/6109647662055378785?alt=rss&hl=en_US&kind=photo” ]

 

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.