Dinamika Kota

5 Alasan Mendukung Reklamasi Losari

Lihat betapa megah dan menterengnya rencana itu
Lihat betapa megah dan menterengnya rencana itu

Reklamasi Pantai Losari menuai pro dan kontra. Isu kerusakan lingkungan dan kehidupan sosial jadi salah satu alasan menolaknya.

Makassar dikenal orang sebagai kota bahari, dekat dengan lautan. Di depan kota ini terhampar lautan luas, berwarna biru cerah yang menyejukkan mata. Ada satu pantai di kota ini yang terkenal, Pantai Losari namanya. Mungkin pantai ini bisa masuk museum rekor Indonesia sebagai pantai satu-satunya di Indonesia yang tidak berpasir tapi justru berbeton. Mungkin On The Spot Trans 7 juga bisa memasukkan pantai ini sebagai satu dari tujuh pantai terunik di dunia versi On The Spot.

Di depan pantai terkenal dan unik ini sebentar lagi akan ada kota mandiri yang dibangun di atas hamparan laut. Namanya Citraland City Losari yang merupakan bagian dari mimpi besar bernama Center Point of Indonesia (CPI). Dari namanya saja sudah bisa ditebak betapa luar biasanya proyek ini. Megah, mentereng dan pasti mencengangkan.

Sayangnya proyek ini belum sepenuhnya bisa diterima oleh warga kota Makassar. Masih ada sebagian kecil warga yang terus protes. Mereka menciptakan beragam alasan untuk menolak berdirinya proyek yang luar biasa itu. Padahal kalau mereka merenung sejenak, ada banyak alasan untuk mendukung proyek yang ditaksir bernilai total Rp. 30 triliun itu.

Nah berikut ini ada lima alasan kenapa reklamasi Pantai Losari perlu untuk didukung.

Karena Makassar Adalah Kota Dunia.

Sejak walikota sebelumnya sampai walikota sekarang, Makassar secara konsisten digambarkan sebagai kota yang sedang menuju kota dunia. Sebagai kota dunia, pasti harus ada ikon yang melambangkan kemegahannya dan proyek CPI dengan Citraland City Losari sebagai permulaan adalah langkah yang tepat.

Masak kota dunia hanya diisi oleh lautan lepas tanpa bangunan megah? Absurd namanya. Coba lihat Dubai dan Singapura, kedua kota itu punya bangunan megah di lautan lepas dan membuat mereka jadi kota dunia. Okelah kedua kota itu memang tidak punya sejarah dan peradaban panjang, hanya karena punya uang makanya mereka membangun identitas sendiri dengan menguruk laut. Tapi sekali lagi usaha mereka membuat keduanya jadi kota dunia kan?

Makassar butuh itu, butuh identitas untuk bisa diakui sebagai kota dunia. Cerita lalu kejayaan kerajaan Gowa-Tallo itu tinggal dongeng yang tidak usah diulang-ulang. Mari ciptakan identitas baru yang mentereng. Demi Makassar kota dunia!

Karena Persoalan Lingkungan Tidak Penting.

Ada yang protes, katanya reklamasi besar-besaran di Pantai Losari itu akan merusak ekosistem sekitar. Penimbunan laut akan merusak terumbu karang dan mengubah arus laut yang bisa menyebabkan banjir. Pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Losari juga akan kena imbasnya, termasuk abrasi yang mengancam keberadaan mereka.

Tapi apakah itu penting? Tentu tidak! Persoalan lingkungan itu hanya isu yang dihembuskan oleh mereka yang tidak setuju. Lagipula ada masalah apa kalau memang lingkungan jadi rusak karena reklamasi? EGP kata anak sekarang.

Kalaupun lingkungan memang rusak, anggaplah itu sebagai collateral damage, efek samping. Yang penting Makassar bisa keren seperti kota dunia. Kerusakan lingkungan hanya akan dirasakan warga kecil yang tinggal di sekitar pantai, mungkin malah bukan sekarang tapi berpuluh-puluh tahun yang akan datang.

Kalau gara-gara reklamasi itu Makassar jadi banjir di musim hujan maka anggaplah itu konsekuensi atas keinginan menjadi kota dunia. Toh yang kena banjir juga warga biasa, pejabat mana pernah merasakan banjir? Jadi berhentilah menjadikan isu lingkungan sebagai alat menolak reklamasi.

Lagipula Venesia di Italia sana juga banjir terus, kotanya penuh dengan air tapi tetap bisa jadi kota dunia yang keren. Mungkin Makassar bisa menirunya. Biar keren getoh, kata anak sekarang.

Ini yang mau dibiarkan? Ih bukan kota dunia! (foto: Iqbal Andalancu)
Ini yang mau dibiarkan? Ih bukan kota dunia!
(foto: Iqbal Andalancu)

Karena Nelayan Miskin Harus Dienyahkan.

Di sekitar Pantai Losari hidup beratus-ratus nelayan yang sudah turun temurun mencari nafkah dari lautan luas di depan kota Makassar. Sayangnya tampilan mereka tidak keren, malah kumuh dan dekil. Sangat berbeda dengan citra kota dunia yang sedang dibangun. Masak iya kota dunia isinya nelayan dekil yang miskin? Ih, gak oke banget kata anak muda sekarang.

Itulah sebabnya kenapa nelayan-nelayan di pesisir Mariso itu harus dibuat tidak betah dan akhirnya pindah. Pertama dengan mempersempit jalur mereka melaut sehingga pelan-pelan mereka akan sulit untuk keluar ke laut. Kedua, timbun saja laut mereka. Kalau laut sudah ditimbun, pasir mengendap, ekosistem terganggu, mereka pasti akan kehilangan mata pencaharian dan lama-lama akan pindah. Kalau belum pindah juga tinggal diusir, toh mereka juga tidak bisa lagi hidup dengan melaut. Masak mereka mau bertahan di tempat yang tak lagi bisa menghidupi mereka?

Pokoknya kota dunia harus bersih dari warga miskin dan dekil. Titik!

Karena Sunset Losari Begitu Indah.

Pemandangan matahari terbenam di Pantai Losari adalah salah satu yang terindah. Hampir setiap sore ketika langit sedang cerah, matahari terbenam selalu membawa romansa tersendiri bagi yang menikmatinya. Hebatnya lagi, semua itu gratis. Warga tinggal datang, parkir kendaraan dan silakan memilih tempat yang nyaman buat menikmati matahari yang pulang.

Nah karena keindahan itu maka warga harus dibatasi, minimal harus dibuat sesuatu yang memaksa mereka membayar untuk menikmati keindahan itu. Sayang kan kalau keindahan itu hanya diumbar secara gratis? Harus dipikirkan bagaimana caranya supaya ada pemasukan tambahan buat penguasa dan pengusaha. Salah satu caranya ya dengan mereklamasi pantai, membangun kota megah yang menutupi akses gratis warga untuk melihat matahari terbenam.

Mau lihat sunset yang menawan? Bayar dong! Jangan kayak orang susah.

Karena Orang Kaya Harus Dibuat Nyaman.

Ini adalah alasan paling masuk akal. Orang kaya harus dibuat nyaman, dibuatkan kota sendiri yang menghadap tepat ke lautan lepas supaya hidup mereka tidak susah dan terus menikmati kenyamanan yang damai. Kasihan kalau mereka tidak nyaman, bisa-bisa mereka akan pergi dari kota ini dan menanamkan uang mereka di tempat lain.

Orang miskin dan warga biasa tidak perlu dipikirkan, toh sumbangan mereka untuk kota ini tidak seberapa besar. Mereka bahkan hanya bisa bikin ribut dan gaduh dengan protes-protes mereka. Macet sedikit protes, banjir selutut protes. Apa sih mau mereka? Lihat itu orang-orang kaya, mereka damai dan menghamburkan uang banyak untuk kota ini. Makanya lebih bagus memanjakan orang-orang kaya daripada mendengarkan orang-orang miskin.

Makassar bukan tempat buat orang miskin, bukan tanah buat orang susah. Makassar sebagai kota dunia harus ramah pada orang kaya, penguasa dan pengusaha. Reklamasi dengan Citraland City Losari-nya adalah jawaban untuk itu.

Peduli setan lingkungan yang rusak dan kehidupan sosial-budaya yang terganggu, karena yang paling penting adalah kenyamanan orang kaya. Camkan itu!

Jadi kalau Anda masih menolak reklamasi Pantai Losari, pikirkan lagi. Reklamasi besar-besaran ini akan membawa banyak perubahan untuk kota Makassar, membawa kenyamanan untuk tuan berkantong tebal dan menafikan keberadaan orang biasa apalagi keselamatan lingkungan. Percuma lingkungan terjaga, warga biasa nyaman kalau uang tidak mengalir ke kantong penguasa dan pengusaha.

Mari sama-sama kita dukung reklamasi Pantai Losari, demi kenyamanan penguasa dan pengusaha! [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (17)

  1. Awalnya, terheran-heran juga, ini seyakin apa mau mendukung reklamasi. Masak iya? Oh, rupaya, penuturan yang “kocak” sekali; sekali lagi. Hm, daeng mungkin berpikiran, “Biar keren getoh”, kata anak sekarang. 🙂

  2. Wah kesambet dimana ini daeng? jadi Pro Kapitalis begini?

  3. Aish….ditau mi gaya ta…
    Blm heng pi web. Msh mudah diakses. Tp lumayan panas mi….

  4. OTW overload.. 😀

  5. komen memang mi deh, nanti susah lagi diakses… *joget pisang*

  6. Ku dukung mi kalau begitu deh, hehehe
    itu CPI sepertinya sudah keluar dari konteksnya deh, kenapa perumahan jadinya, gawat

  7. Yah, kalau mau liat sunset di losari yang cakep itu harus bayar, sedih dong 🙁 kasian yang nggak mampu bayar~

  8. berarti aceh hanya menunggu waktu 🙂

  9. kok menghina melayan pake sebutan miskin?
    memangnya kau sudah punya segalanya kah?
    emang terlahir sebagai nelayan ato pangeran itu bisa dipilih?
    samakah pemikirannya yang besar di perahu dengan di metropolitan?
    terlepas dari persoalan pro kontra reklamasi, sy cuma mau bilang sombong sekali kau

    • anuh, pernah belajar bahasa Indonesia ndak? Yah minimal tahu tentang bahasa sarkasme deh hihihi
      jangan buru-buru mengumpat apalagi menggunakan kata-kata kasar, nanti kelihatan bodohnya loh..

  10. msyrktutopis

    CPI berdiri kokoh,
    apalah saya, kemudian anak jalanan warga miskin lainnya yang kurang beruntung bisa menikmati hidup seperti anda. kemudian berdiri senja di anjungan pantai losari. mata kita tidak lagi memandang hamparan lautan luas yang menjadi lalu-lalang perahu wisata kecil, bebek-bebek, dsb. terganti menjadi kawasan komersial terbarukan, Citraland City of Losari.
    Pantai Losari dan Citraland City of Losari? Pemetaan komersialisasi antara kaum proletar dan kaum borjuis? Itu pasti sempurna. Iyakan, daeng?
    identitas kita dibangun melalui CPI, ikon kota Dunia. Memanusiakan pribumi lewat intimidasi dan ketimpangan sosial ekonomi. Siapa yang tahu nelayan, warga miskin itu, ternyata punya pertalian darah denganmu, daeng? Minoritas kaum proletar tidak ada apa-apanya dan tidak mampu berbuat apa-apa. Saya mewakili masyarakat miskin, meminta maaf bila saudara risih akan kehadiran mereka. bahkan ia tak sampai ilmu untuk melihat isi blog ini.

    panjang umur perjuangan

  11. Postingan sampah manusia kayak kau ini pantas jadi santapan komodo,

  12. Karya satire,ta keren daeng … tajam setajam silet, aha..terpingkal..pingkal aku dibuatnya !! Semoga semangat tolak reklamasi terus bergelora… Satu kata LAWAN.. Tabe ijin share daeng

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.