Internet

Tentang Zarry dan Arman

Tulisan Arman Dhani di Midjournal.com
Tulisan Arman Dhani di Midjournal.com

Ini murni pandangan saya tentang ramainya kejadian antara Zarry dan Arman beberapa hari yang lalu.

Publik pengguna media sosial (khususnya twitter) sempat ramai beberapa hari yang lalu, topik yang dibahas adalah tentang keputusan Zarry Hendrik untuk tutup akun (sementara) menyusul “serangan” (ingat, saya beri tanda kutip) dari pemilik akun @arman_dhani. Saya agak terlambat mengetahuinya, dalam beberapa hari ini saya memang sedang kehilangan semangat untuk sekadar menengok lini masa sampai kemudian saya baru sadar kalau ada sesuatu yang sedang ramai dibicarakan.

Siapa Zarry Hendrik? Saya jelas tidak banyak tahu tentang dia kecuali beberapa celotehan teman yang bilang kalau dia adalah salah satu selebtweet yang twitnya sering dihinggapi mention dari wanita cantik. Sudah, hanya sebatas itu yang saya tahu tentang dia. Lalu, siapa Arman Dhani? Saya mendengar namanya beberapa bulan belakangan ini, terutama membaca tulisan-tulisannya di laman midjournal.com. Saya juga tidak tahu banyak tentang siapa dia kecuali fakta bahwa saya menyukai tulisannya dan sudut pandang yang dia pilih untuk menuliskan sebuah realitas. Saya cukup akrab dengan orang-orang seperti dia dan selalu kagum dengan orang-orang yang bisa melihat realitas dari sudut yang tak lazim. Tapi hanya sebatas itu pengetahuan saya tentang Zarry dan Arman. Tidak lebih dan tidak pula mencoba mencari tahu lebih banyak.

Lalu mengapa saya tertarik pada kasus yang sedang heboh ini? Menurut saya kasus (kalau boleh dibilang sebagai kasus) ini menarik karena melibatkan dua orang yang cukup punya nama tenar di jagad twitter Indonesia. Bukan hanya soal itu sebenarnya, tapi juga soal pelajaran yang saya ambil dari kisah ini.

Kisah ini dimulai ketika Zarry Hendrik menuliskan panjang lebar alasan kenapa dia mendukung Prabowo dan Gerindra di perhelatan pesta demokrasi kali ini. Dia tidak lupa memulai dengan penjelasan kalau dia tidak paham politik jadi penilaiannya pada Prabowo dan Gerindra murni karena menggunakan perasaan tanpa melakukan riset atau pertimbangan menggunakan ilmu-ilmu dasar politik dan semacamnya. Pun dia sepertinya abai pada beberapa fakta sejarah.

Postingan inilah yang memicu seorang Arman Dhani untuk menuliskan postingan berjudul Logika Bebal Zarry Hendrik. Tulisan panjang lebarnya membedah kesesatan logika Zarry Hendrik yang tertuang dalam postingannya. Standar yang digunakan Arman memang penuh dengan bahasa intelektual dan data-data pendukung yang menguatkan tulisannya.

Sampai di sini saya tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, mungkin Zarry merasa diserang dan kemudian depresi sampai memutuskan untuk menutup akun twitternya (belakangan akunnya aktif kembali) dan menghapus postingan di blognya. ?Saya tidak tahu apakah Zarry memang sempat diserang beramai-ramai atau hanya gara-gara twit dan postingan Arman Dhani saja yang membuatnya mundur beberapa langkah itu.

Benarkah Zarry Hendrik menuliskan postingan itu karena dibayar dan bukan benar-benar keluar dari hatinya? Ini jadi pertanyaan banyak orang pasti. Saya ingat suatu hari sebelum pemilu seorang kawan pernah menyebut nama Zarry Hendrik sebagai selebtweet yang mungkin disewa agency pendukung Gerindra dan Prabowo. Tentu alasannya karena sesekali pujian terhadap Gerindra dan Prabowo muncul dari akunnya. Begitulah, sekarang memang sedang musim pemilu dan auranya sangat sensitif. Satu twit atau postingan tentang seorang politikus atau partai saja sudah bisa dianggap sebagai twit atau postingan berbayar. Kita kadang lupa bahwa bisa saja orang melakukannya karena dia benar-benar suka pada politikus atau partai tertentu. Zarrypun membantah asumsi kalau itu dia lakukan karena dibayar, soal benar atau tidaknya biar dia dan Tuhan yang tahu.

Siapa Yang Salah, Siapa Yang Benar?

Mari kita anggap saja Zarry memang tidak tahu dan benar-benar mendapatkan dorongan dari dalam hatinya untuk menulis dan melepas twit puja-puji pada Gerindra dan Prabowo. Salahkah dia karena itu? Tentu tidak menurut saya. Semua orang bebas untuk memilih dan mendukung siapa saja dan partai apa saja. Soal apa alasan dia mendukung, itu urusan lain. ?Anggaplah Zarry memang tidak paham soal politik dan mungkin lupa soal sejarah, dia hanya silau oleh imaji yang diciptakan media untuk memoles sosok Prabowo yang oleh sebagian orang masih dianggap penuh lumuran darah para aktivis 98. Bukankah memang banyak orang seperti Zarry? Mereka yang masih belum paham betul apa yang terjadi di masa lalu dan malas mencari tahu apa yang pernah terjadi di masa lalu sehingga kemudian menelan mentah-mentah imaji yang ada sekarang.

Anggap saja pada titik inilah seorang Arman Dhani berangkat. Dia gelisah melihat sesuatu yang tidak tepat terjadi di depan hidungnya, apalagi dilakukan seorang pesohor di dunia maya yang punya banyak pengikut anak muda yang juga tak terlalu paham sejarah dan realita di masa lalu. Arman mengungkapkan kegelisahannya dalam tulisan panjang yang membantah tulisan dan pandangan Zarry.

Salahkah Zarry? Salahkah Arman? Buat saya tidak ada yang salah, toh hidup juga tidak selalu melulu tentang salah dan benar. Zarry menulis apa yang dia pikir sependek yang dia tahu, pun Arman menulis apa yang dia pikir sepanjang apa yang dia tahu. Dua-duanya menulis tentang topik yang sama dengan sudut yang berbeda. Apa yang salah dengan ini? Arman Dhani dianggap menyerang Zarry Hendrik? Ayolah, tidak ada asimetris power di sini. Zarry jelas bukan orang yang lemah, setidaknya kita tahu jumlah pengikutnya di twitter berapa dan nama besarnya seperti apa (meski ini juga bisa diperdebatkan). Saya berkali-kali membaca tulisan dari Arman Dhani di laman midjournal dan sepakat untuk tidak menganggapnya sebagai serangan.

Tiap orang mungkin punya standar berbeda-beda tentang serangan verbal dan dalam standar saya tulisan Arman Dhani ini masih tergolong santun meski satir dan sinis. Cukup satir dan sinis, tapi masih sangat bisa diterima. Sekali lagi saya bicara dalam standar saya yang sudah cukup sering hidup dalam lingkungan penuh orang satir dan sinis, mungkin saja berbeda dengan standar orang lain.

Buat saya apa yang dilakukan oleh Zarry Hendrik dan Arman Dhani adalah sebuah pelajaran berharga. Zarry menggunakan haknya untuk memilih dan menulis alasan kenapa dia memilih seorang sosok sebagai calon presidennya. Setidaknya dia berusaha memberi tahu kita alasannya, soal apakah dia melakukannya karena dibayar atau murni karena panggilan hati biar itu urusan lain. Arman Dhani yang resah kemudian menulis balasan dari tulisan Zarry Hendrik. Apakah dia melakukannya karena benar-benar resah karena seorang pesohor mendukung Prabowo dan kemungkinan bisa membuat pemilih pemula ikut terjerumus? Atau dia melakukannya karena dia benar-benar hanya iseng dan ingin mencampuri urusan orang? Buat saya tidak masalah, saya menikmati proses diskusi lewat tulisan yang sudah terjadi. Satu-satunya yang saya sesalkan adalah karena Zarry menghapus tulisan di blognya.

Iya, saya menyayangkan tindakannya itu. Buat saya akan lebih menarik kalau Zarry mau membuat satu tulisan lagi untuk membalas tulisan dari Arman Dhani, bukan tulisan pembelaan tapi lebih kepada tulisan balasan. Toh dia mengaku menulis itu bukan karena dibayar, jadi tentu dia lebih punya alasan kuat untuk menjelaskan kenapa dia menulis itu. Soal apakah dia setuju atau tidak dengan semua isi tulisan Arman Dhani itu tidak jadi masalah. Tulisan seharusnya memang dibalas dengan tulisan, tak perlu buru-buru menghapusnya atau malah sampai memutuskan untuk menutup akun (meski akhirnya muncul kembali).

Kejadian ini menarik, sebagai penikmat media sosial saya menyukainya. Saya berusaha menarik pelajaran penting dari kejadian ini. Semua orang punya hak untuk bicara dan berekspresi, teknologi juga sudah menyediakan medium untuk itu sehingga kita tidak perlu membawa masalah dan pertikaian ke jalur hukum. Kalau semua bisa diselesaikan dengan tulisan yang berbalas, kenapa harus repot-repot menempuh jalur hukum? [dG] ?

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (8)

  1. tertarik dgn quote ini “Zarry menulis apa yang dia pikir sependek yang dia tahu, pun Arman menulis apa yang dia pikir sepanjang apa yang dia tahu. “..

    hmmm bicara soal pendek dan panjang. menarik…
    🙂

    • iPul Gassing

      halah…komentar yang aneh

      • haha, dari kalimat soal panjang pendek itu saya menangkap sebuah penilaian thd kualitas opini keduanya 🙂 – saya mungkin juga merasa aneh kalo malah dibalik; misalnya…

        Arman menulis apa yang dia pikir sependek yang dia tahu, pun Zarry menulis apa yang dia pikir sepanjang apa yang dia tahu. ?..

        kita kadang membingkai penilaian kita dari cara kita mendeskripsikan kualitas obyek 🙂

        • iPul Gassing

          Saya berangkat dari latar belakang keduanya soal politik. Zarry memulai dengan pernyataan dia tidak mengerti tentang politik sementara Arman adalah mahasiswa politik.
          Buat saya jelas keduanya punya perbedaan soal panjang dan pendek dalam hal politik 😀

  2. Satir dan sinis,

    perasaan tidak ada yang lebay dari tulisan armandhani deh.

    • iPul Gassing

      menurut kita mungkin tidak, tapi saya dapati di beberapa status di media sosial ada yang menganggap tulisan Arman menyerang dan cenderung sebagai bully

  3. aku turut menyimak daeng, sejauh saya membaca tulisan arman dhani sih datar-datar aja. mungkin Dhani demen pakai pengulangan ‘bung’ dengan berapi-api *padamin*
    ya akhirnya juga Dhani meminta maaf juga sih 😀
    peliknya yang tiba-tiba menulis pendek harus menulis panjang (dari twitter pindah ke blog), kalau yang biasa nulis panjang ya gitulah *nggantung* *dikeplak*

  4. @Daeng gassin, sebagai orang awam butuh pencerahan dikit dari tulisan Arman dhani dari kacamata anda :

    ?Logika yang Bung pakai cocok sekali dengan keberadaan Cina. Kebangkitan Cina memang luar biasa, ia mampu menjadi negara besar karena mampu move on dari sejarah. Pembantaian jutaan orang di bawah rezim Mao, pembantaian mahasiswa Tiananmen, dan juga pembrangusan kebebasan berpendapat. Harga kemajuan sebuah bangsa dibeli dengan kemerdekaan warganya. Jika ini yang Bung maksud dengan program-program Prabowo, saya turut prihatin dengan selera berpikir anda?
    – Menurut anda apa dari tulisan Zarry yg memperlihatkan logika berpikirnya (sekali lagi dari tulisan Zarry) bisa diikaitkan dengan kebangkitan cina yg berani move on?
    – Jangan sampai dengan bahasa yg keren sedikit satir ditambah semangat menggebu mengaburkan kebenaran itu sendiri (karena sejak tadi googling belum dapat program prabowo kearah sana)

    ?Lantas menggunakan potongan, garis bawahi potongan, wawancara mendiang Munir untuk melegitimasi kedunguan anda?
     Tidak dapat dipungkiri bahwasanya mungkin disinilah kesalahan zahri yg menelan info sepotong2 ?.tapi salahnya (dijelaskan diawal bahwa sering cari referensi) ketika bertanya sama mbah google tentang wawancara tsb sangat sulit mendaapatkan full versionnya, apakah semua kesalahan ini dapat dibebankan ke zarry?
    Sama halnya ketika seorg gelandangan yg sedang lapar2nya mendapatkan sisa makanan di tong sampah, sdh tahu bahwa itu hanya ?sepotong? & entah mau dapat dimana lagi yg ?sehat? sehingga makanan itu tetap saja di embat.

    ?Dalam teks tersebut anda membentuk konstruksi bawah sadar bahwa mendiang Munir mendukung sosok Prabowo. Lantas pada video itu ada teks yang dijelaskan, dibentuk sedemikian rupa, tanpa konteks masalah yang jelas, seolah-olah bahwa Munir membela Prabowo. Anda, bagi saya, tak lebih baik daripada Marwan bin Hakam, oportunis tengik yang demi Allah, semoga ia dilaknat di neraka karena menista para Ahlul Bayt?
    Apakah ini bukan bentuk PROVOKASI ? menyandingkannya dgn Marwan bin Hakam yg bisa menggiring saya yg awam ini berprasangka bahwa armandani tengah melaknat zarry?

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.