Internet

Sebenarnya, Berapa Harga Sebuah Artikel?

Ilustrasi
Ilustrasi

Belum ada patokan harga untuk setiap artikel berbayar yang ditawarkan kepada seorang blogger.

Beberapa hari yang lalu sebuah email dari sebuah online shop diteruskan seorang kawan ke grup chatting komunitas blogger. Isinya adalah penawaran paid post atau artikel berbayar. Bukan penawarannya yang menjadi perbincangan, tapi harga yang ditawarkan. Untuk satu artikel diberi harga Rp. 75.000,-, artikel disiapkan oleh pemberi tugas dan blogger hanya tinggal menayangkannya saja.

Pro dan kontra muncul, ada yang menganggap harga itu terlalu rendah, tapi ada juga yang menganggapnya wajar.

Harga seperti itu juga pernah mampir ke email saya, tapi dengan berat hati terpaksa saya tolak. Bukan apa-apa, harganya buat saya memang termasuk rendah, jauh dari tarif yang biasa saya pasang. Soal tarif, sebenarnya saya tidak terlalu kaku. Beberapa kali memang saya menerima tawaran artikel berbayar, entah yang saya buat sendiri atau yang artikelnya disiapkan pemberi tugas. Harganya juga beragam, tapi tentu saja masih di atas harga Rp. 75.000,- per artikel.

Dari perbincangan di grup chatting itu saya kemudian bertanya-tanya, sebenarnya berapa nilai yang bisa ditetapkan seorang blogger untuk artikel berbayar di blognya? Apakah harga Rp. 75.000,- itu memang harga standar, atau jangan-jangan harga yang saya pasang selama ini terlalu tinggi?

β€œDi Indonesia memang belum ada standar harga paid post, akibatnya blogger suka pasang harga seenaknya.” Kata Wiwik di grup chatting tersebut. Wiwik yang biasa disapa Mbak Wiwik atau Mamah Wiwik memang aktif di digital agency dan tentu saja paham dengan seluk beluk beriklan di dunia maya.

β€œPadahal kalau mereka tahu harga yang sebenarnya, mereka bisa kaget karena sangat jauh dari yang mereka pasang.” Lanjutnya lagi.

Harga yang sebenarnya yang dimaksud oleh Wiwik adalah harga berdasarkan popularitas dan luas impresi dari artikel di blog. Popularitas blog bisa diukur menggunakan beberapa cara, entah dengan cara yang sederhana atau yang cukup rumit menggunakan banyak applikasi. Pengiklan yang baik menurut Wiwik biasanya akan mengukur dulu popularitas dan luas impresi dari sebuah blog sebelum menawarkan harga untuk artikel berbayar.

β€œSekarang banyak publisherΒ yang lebih suka langsung beriklan ke Google, Facebook dan Twitter, karena harganya lebih murah dan lebih terukur.” Lanjutnya.

Dilema Artikel Berbayar.

Tentang tarif yang dipasang rupanya memang masih belum ada patokan yang pasti. Beberapa blogger yang saya tanya di grup blogger Makassar juga mengungkapkan hal yang sama: menggunakan perasaan ketika menetapkan harga.

β€œSaya pasang harga menurut perhitungan pribadi, menilai blog saya sendiri.” Kata Dweedy, salah satu blogger Makassar.

Dweedy juga merasa harga Rp. 75.000,- itu terlalu rendah. Ketika mendapatkan tawaran yang sama, dia mengajukan penawaran untuk harga yang lebih tinggi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Zilqiah Anggraini. Blogger yang juga jago fotografi ini mengungkapkan kalau dia juga memasang harga berdasarkan penilaian pribadi atas blognya. Zilqiah yang biasa disapa Qiyah juga memberikan kisaran harga yang berbeda apabila artikelnya dilengkapi dengan foto dan infografis.

β€œTulisan dan foto ditambah dengan infografis harganya beda lagi.” Katanya.

Meski angka Rp. 75.000,- masih dianggap kecil oleh sebagian blogger, tapi ternyata ada juga blogger yang masih mau menerima artikel berbayar dengan kisaran harga yang lebih rendah dari harga tersebut.

β€œAda yang Rp. 50.000,-an malah. Anjlok dunia persilatan dibuatnya.” Kata Dwi Wahyudi, blogger yang cukup terhitung senior dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Dwi Wahyudi yang mulai mengelola blognya sejak 2009 sendiri sudah memasang harga untuk artikel review maupun artikel berbayar di blognya. Dia mengaku memasang harga yang berbeda untuk artikel berbayar yang jumlahnya satuan dan artikel berbayar yang jumlahnya borongan (lebih dari satu).

β€œKalau borongan beberapa artikel review atau sifatnya rutin dalam satu bulan, saya bisa memberi harga Rp. 100.000,-/ per artikel.” Katanya.

Dwi Wahyudi memang memasang harga paling minimal Rp. 100.000,-/ artikel, β€œKalau di bawah dari itu saya ambil juga, kuatir yang lain tidak kebagian.” Katanya bercanda.

Dwi Wahyudi memasang harga artikel berbayar di blognya berdasarkan jumlah backlink yang didapatkan oleh blog yang sudah dikelolanya sejak 2009. Β Dwi Wahyudi sendiri mencurigai angka kecil yang diberikan pengiklan itu adalah pekerjaan para makelar. Menurutnya bisa saja angka yang diberikan para publisher atau pemilik iklan lebih tinggi dari itu, tapi oleh makelar berkedok agency, angka tersebut dipotong sehingga yang tiba di hadapan para blogger adalah angka yang dianggapnya terlalu kecil.

Sampai sekarang masih banyak blogger yang memang belum terlalu paham tentang mekanisme penawaran artikel berbayar atau artikel review yang ditawarkan kepada mereka. Menurut Andita Sely Bestoro, seorang pelaku digital marketing yang tinggal di Makassar, kondisi ini agak berbeda dengan kondisi di negara maju.

β€œKalo saya liat tren di luar, biasanya vendor itu kalo nyari reviewer mulai dari search engine untuk mencari blog yang posisinya bagus di SERP untuk kata kunci produk/kategori/niche. Habis itu mereka lihat statistic, engagement, sama sebaran di social media. Biasa juga nyari di forum atau grup atau milis yg relevan dengan nichenya. Dilihat member yg aktif, dikontak, kalo sesuai baru di-hire.” Katanya.

Hal yang sama sepertinya belum dilakukan oleh semua publisher di Indonesia. Salah satu buktinya, blogger sekelas Iman Brotoseno saja pernah ditawari artikel berbayar seharga Rp. 100.000,-/ artikel. Kontan, tawaran itu dijadikan lelucon di dunia maya. Setidaknya bukti kalau sang pemberi tawaran tidak melakukan riset dulu sebelum mengajukan tawaran.

β€œKalo saya secara umum ngasih harga dari sisi teknis (traffic, pageviews, FB fanpages, Twitter follower, subscriber) + biaya riset.” Kata Andita Sely Bestoro.

Mungkin apa yang dilakukan oleh Andita memang seharusnya juga dilakukan oleh blogger lainnya ketika ingin mengajukan penawaran harga artikel berbayar atau artikel review, meski sampai sekarang belum ada patokan harga yang pasti berapa seharusnya blogger dibayar untuk setiap artikel berbayar atau artikel reviewnya.

Menjadi sebuah dilema tersendiri, jangan-jangan nilai Rp. 75.000,-/artikel memang nilai yang standar, atau jangan-jangan blogger memang pantas untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dari itu. Kalau sudah begini, bagaimana cara menjawabnya?

Atau jangan-jangan blogger sudah butuh semacam perkumpulan yang bisa menetapkan harga dasar sebuah artikel berbayar atau artikel review menurut tingkat popularitas sebuah blog? [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (58)

  1. Mau dibuatkan juga Standar Satuan Harga untuk kerjaan ngeblog ini kayaknya πŸ˜€

  2. Bunda Nuniek

    Waduuuhh kenapa murah sekali bayarannya?

  3. Nah saya setuju Daeng :v Emang perlu ada perkumpulan gitu, biar rate nya standar tapi harus ada kategori atau level blog nya juga sih dibagi-bagi, biar rate nya juga sesuai sama nilai itu blog.

    Cuman mungkin hal ini gak semuanya jga setuju, pasti ada aja yg mau terima dgn harga rendah karena blog mereka mungkin sengaja dibuat seperti itu. Tapi saya lebih dukung harga tinggih sih hhe…

    Saya jga pernah ditawarin 75K utk artikel yg sudah siap, tapi jelas saya tolak karena gak sesuai sama blog saya.

    Blogger itu pantas dapat nilai yang bagus asal mereka juga punya nilai dari segala sisi.

    • Standarisasi memang perlu sepertinya. Sekaligus juga semacam kualifikasi antar blogger. Tapi detailnya bagaimana? Itu yg jadi pertanyaan juga

  4. Foto Lepas

    Jadi blogger jangan murahan, ditempat saya klo riview sy kasi harga 1,5 jt pak..untuk menentukan harga standar..harus dilihat/ditinjau dari banyak aspek..usia domain, banyak artikel, da, pa dan alexa rank..dan masih banyak lagi

  5. Hmmm… Sering banget mendapatkan tawaran dengan nilai yang sama seperti yang Daeng Ipul Posting ini. Dilema memang ketika mau menolak atau menerima. Cuman menurut saya memang sudah saatnya ada standar nasional untuk harga artikel berbayar di blog yang pastinya disesuaikan dengan popularitas blog. Kalau tidak, ya bikin standar sendiri yang tidak kaku.. Tidak terlalu maha, tapi pantes. Tidak kaku tapi negotiable.. Hehe..

    Tapi jujur kalau 1 post 100 ribu atau kurang dari itu, kayaknya kurang pantas deh Daeng. Terlebih ada resiko baru algoritma Google yang mulai bisa mengendus artikel berbayar dan memasukkan ke “pengecualian” di SERP.

  6. bagus ini artikel. standar paid post itu memang nggak ada. kadang bingung juga. tapi saya jarang ambil yang di bawah tarif yang saya tentukan sendiri melihat pengalaman yang sudah-sudah. kadang yah berani nggak dapat job untuk sekadar tidak “jual diri”, eh

  7. Fenomenanya memang masih ada blogger yang terima harga segitu. Alasannya, karena memang banyak yang belum tau berapa standar harga per artikel, dan mereka juga bingung gimana cara menentukan harga. Saya setuju, sepertinya memang harus ada standarisasi harga.

  8. Standard ya?
    Aku pernah konsultasi soal ini sama Daeng Ipul deh. Ya gitu lah… standard kita memang beda Daeng. Beda dari kualitas dan tentu umur #eh.

    Selama ini patokanku adalah tawaran dari paid post yang sebelumnya. Nilainya lumayan, lebih dari 6 digit angka nolnya. Namun makin ke sini makin turun saja. Nampaknya ada yang aneh.

    Mari kita bentuk PFPB2 (Paguyuban front pembela Blogger berbayar)

  9. biasanya bloger nulis artikel makan waktu berapa jam ? cuma pengen tau aja πŸ™‚

  10. Tergantung kebutuhan masing – masing sih…
    Kalo memang pemilik blog lagi butuh duit ya diambil tuh Jobs hehehe
    Walaupun memang itu nilai yang sangat minim sekali….

  11. Nagh itu sudah masuk ranah berdagang Deng Ipul, berdagang jasa review. Dan saya ambo rasa kl arahnya sudah berdagang tentunya harus sama-sama ikhlas ya. Untuk penentuan angka yang nyaman menurut saya akan berbeda dari tiap blogger sesuai dengan kualitas website si blogger. Segeralah nanti kita japrian haha

  12. Dwi Wahyudi

    Mantab tulisannya nih, sebenarnya kalau usulnya adalah membuat standar untuk jasa review sepertinya agak sulit dilakukan karena kebutuhan masing2 blogger tentulah berbeda. Sekarang tinggal pandai2 kita saja menilai diri sendiri apakah fee yang ditawarkan masuk akal atau tidak. Terkait algoritma Google terbaru semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pihak advertiser dalam memberikan job review nantinya.

  13. Sekarang ada agency yg memotong upah hanya krn bank transfer ngak sama dengan pnya nya. Udh dikit tambah dikit lagi tuh upah hehhehe

  14. Iya nih kak ipul harusnya ada dibuatkan standar biaya jasa review soalnya kebetulan beberapahari yang lalu ada tawaran buat review produk tapi saya bingung mematok biayanya berapa soalnya mereka cuman terima jadi, dan saya harus menulis se-kreatif mungkin buat mereka, bagi saya pribadi malahmakin sulit.

    “secara umum ngasih harga dari sisi teknis (traffic, pageviews, FB fanpages, Twitter follower, subscriber) + biaya riset” kalau baca tulisan ini sepertinya masuk akal juga sih untuk menentukan harga soalnya menulis itu sih mudah cuman riset dan ide penulisannya yang susah didapat.

  15. Bang Ipul,

    Saya sudah membuat formulasi cara menghitung rate sebuab blog. Formula ini saya ambil dari cara perhitungan standar international yang biasa digunakan untuk portal news, namun bisa juga diterapkan untuk blog. Berikut link tulisannya semoga bermanfaat.

    http://harrismaul.com/cara-menghitung-rate-card-personal-blog/

    Regards

  16. Jadi ada tipsnya nggak netuin paid review

  17. kalau mau pasang standar sih kadang kalau terlalu tinggi juga gak deal sih .. hehehe

  18. Semua tergantung ke pemiliki blog dan kualitas blognya juga mas. Kalau saya post paid cepek saya terima dengan 1 link keluar, tapi kalo review kita yg tulis sendiri diatas gopek. Saya tau dirilah, usia domain belum ada setahun, Bedalah ama blogger senior yang sudah kelas premium yang pasti berjut2 fee nya πŸ™‚

  19. Kalau saya sendiri kembali lagi pada idealisme bloggernya. Karena boleh jadi angka 75K itu kecil bagi blogger2 senior, tetapi bagi blogger pemula itu sudah sangat lumayan.
    Namun, tidak tertutup juga kemungkinan ada blogger senior yang masih mengambil 75K karena pas sedang butuh-butuhnya duit saat itu. Jika berada pada kondisi seperti itu, bukan lagi bicara blogger senior atau junior kan, Daeng? Lebih kepada bisa segera mendapatkan uang tanpa perlu meminjam sana-sini atau malah kredit di bank.

    Saya setuju ada standarisasi. Supaya agensi juga “buka mata”. Terlebih lagi banyak agensi yang tidak tahu soal algoritma dsb. Tahu dan maunya artikel ada link sekian dan dibayar sekian.

    Jadi, berapa harga artikel ta ini, Daeng? πŸ™‚

  20. Saya dapat email seperti ini :

    β€œSaya ingin menanyakan berapa harga rate untuk postingan artikel di web/blog anda, dengan kondisi :
    – Artikel dari kami
    – Artikel dari anda”

    Karena bingung, akhirnya Googling dan nyemplung ke halaman ini.

    Lumayan buat pencerahan. Tengkyu

  21. Kalau untuk paid post sih yah kalau segitu harganya memang rendah sih.
    Tapi kan itu semua dlihat dulu dari kualitas artikel yang dibuatnya

  22. lumayan dapat pencerahan melalui tulisan ini tentang harga paid per post..
    Seandainya saya adalah blogger senior yang memiliki blog berkualitas, tentu saja saya akan menolak jika dibayar 75 ribu untuk satu artikel, apalagi jika artikel itu terpasang selamanya.

  23. Kalau kita bikin artikel di koran lokal, harga 75k memang standar. Itupun belum tentu diterima sama redaktur. Jadi, harga segitu bisa wajar, bisa pula kurang ajar. Relatif sih.

  24. Memang sah untuk pasang harga ya. Ada banyak pertimbangan.
    Topik ini kayaknya lagi seru yaaa…

  25. Blogger Nubie

    Argh, baru mendarat di artikel ini setelah dapet tawaran review. Tak tawarin 50rb/post karena ndak tau.

    Habis baca ini lgsg tak reply ulang di email, alesanne typo.. tak ganti langsung. wkwk

  26. kembali lagi, masih galau menentukan harga, belum ada tarif yang jelas, semua masih berdasarkan asumsi, pertimbangan dan sebagainya ya daeng

  27. salam kenal semua. setau saya, rate card di sribulancer rata-rata 100ribuan untuk penulis lepas. banyak juga klien yang buka harga di bawah 100 ribu apalagi kalau artikel borongan, bisa sampai 25ribu per artikel {ngelus dada}. pingin tak timpuk sandal klien-klien yang seperti itu..curcol

  28. Lagi cari rata-rata rate untuk satu artikel, alhamdulillah dapat pencerahan dari blog ini. Trims agan-agan semua,

  29. Bener banget artikelnya….
    selalu bingung kalau ditawari post paid gitu.
    asiknya pernah dapet 150k cuma posting saja… artikelnya pihak sana yang buat.
    sedihnya pernah ditawarin 70k, buat artikel sendiri dengan syarat-syrata bejibun… antara mau ambil tapi ngerasaa terlalu kecil πŸ™
    mengingat bikin artikel itu susah…. pake mikir,,, dan diatur konsepnya…. rasanya untuk 75k sekarang itu bisa abis cuma buat beli paket internet aja huhuhu.

    salam kenal!

  30. Anak Dagang

    Kalau saya, beberapa minggu lalu dapat tawaran 300k dari agency (artikel tinggal posting). Namun, karena tawaran yang saya tulis di blog harga 250k, jadinya saya sendiri yang meminta diturunkan jadi 250k. Pihak agency mungkin tidak mengetahui keberadaan artikel tawaran saya tersebut.

    Menurut saya, g’adil rasanya menerima tawaran di atas dari harga yang sudah saya tetapkan sebelumnya.

    Baiknya mungkin harus ada batasan wajar yang bisa menjadi kesepakatan bersama oleh para blogger, seperti menyusun beberapa ketentuan semisal DA, Trafik, alexa dan lain-lain. Jadi bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian, rendah-sedang-tinggi.

    Rendah = 250k
    Sedang = 500k
    Tinggi = 1000k

  31. Saat komen ini saya tulis, kira-kira sudah 6 bulan saya ngeblog, dan sudah mulai ada tawaran Content Writer Job, dri tawaran kerjasama agar saya menulis artikel review dan preview, sampai para Content Writer yang nawarin diri untuk nulisin artikel di Blog saya πŸ˜€

    Pernah juga salah satu Online Shop Komputer (Bhin*eka.com) menawari saya untuk jadi Freelance Content Writer di Situs mereka, saat itu saya belum ngeblog, saya hanya menulis review produk yang saya beli di sana, dan mereka tertarik dengan retorika bahasa saya.

    Tapi karena saya saat itu benar-benar buta dengan dunia Content Writing, tugas dari mereka saya abaikan karena saya tidak bisa mengerjakan tugas dari mereka yakni membuat Preview, sungguh saya saat itu punya bakat nulis, retorika sudah bagus, unik, tapi artikel berupa preview saya saya tidak paham, justru saya bikin artikel review πŸ˜€

    Alhasil saya pun mundur, padahal mestinya belajar bikin preview, ambil job-nya karena kesempatan bisa tidak datang dua kali. Apalagi saya sudah punya modal bakat nulis dan retorika yang menurut pihak mereka menarik dan unik.

    Saya sekarang fokus ngeblog juga pada akhirnya, mampir yah πŸ™‚

  32. Mantap gan…tulisannya informatif. Memang harus ada standar gan, itu juga bisa menambah antusias dalam menulis.

  33. Pagi daeng, kalo ane biasanya sih pasang tarif minimal 200 ribuan daeng, tergantung advertiser nya mau ambil silahkan, kalo enggah ya ora opo opo. Intinya kita sama advertisers deal, cocok, oh yess.

    Oh ya daeng gabung juga gak di forum Google plus Indonesian Adsense Publisher Discussion ? kalo belum silahkan kami tunggu untuk bergabung :).

  34. Nasrullah Halim

    Standarisasi itu sebenarnya memang perlu ya daeng, utk kita2 yang kebingungan pasang tarif nya. Yg mau saya tanyakan cara menerapkan tarif tsb tentu dilihat dari berbagai faktor sprti yg daeng jelaskan, ok saya ngerti. Tapi utk google adsense di blog itu sndiri gmna daenk? Tentu kan dari artikel tsb pendapatan adsense ikut naik? Apakah memasang tarif murah sudah cukup? Mksudnya ngga murah juga sih ? tapi ngga kemahalan juga wkwkw. Apakah salah satu faktor cara menerapkan tarif dilihat dari segi adsense kita juga? Karena di adsense kita kan tentu ikut naik dibantu dg adanya artikel tsb apalagi views nya jebol, bagaimana pendapat daenk? Ya memang faktor2 tsb kembali pada si pemilik blog/web itu sndiri ya ? . Saya lagi bingung juga ada email penawaran iklan artikel ? btw makasih infonya. #salamnewbie

  35. Masih berjuang menciptakan dan mengajak para penulis untuk bisa mendapatkan upah layak…

  36. Saya sendiri belum pernah membeli suatu artikel, karena menulis sendiri lebih menyenangkan dan original tentunya. Sempat tersebit dikipiran Saya untuk membeli jasa-jasa artikel tapi belum srek rasanya.

  37. Aku kepo bang..

    Kalo ada penetapan harga aku mau ikut juga hihihi

  38. Satria Visitor

    Sampai sekarang Saya belum pernah coba beli artikel, karena masih nyaman nulis sendiri walaupun dengan hp.

  39. udah ngeblog dari lama, tapi masih bingung nentuin harga. akhirnya pake harga kira-kira aja. wkwk
    mantap artikelnya..

  40. Kadang ada yang borongan juga. sudah saya kasih harga terbaik, Malah lari…
    Artikelnya mantap Daeng.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.