Internet

Ketika Blog Tak Lagi Personal

Keep On Bloggin' In A Free World
Keep On Bloggin’ In A Free World

Dulu blog nyaris berisi diary online. Isinya sangat personal dan lebih mirip curhatan. Sampai kemudian banyak yang sadar kalau blog ternyata bisa menghasilkan uang kalau dibelokkan ke arah yang berbeda.

Tahun 2006 adalah masa-masa awal ketika saya mengenal blog. Ketika itu saya begitu terkagum-kagum pada deretan blog yang merekam keseharian pemiliknya dengan penuh sentuhan personal. Rasanya seperti mengintip diary seseorang dan membaca setiap halamannya dengan penuh rasa ketertarikan. Blog ketika itu memang mayoritas menjadi tempat curhat yang sangat personal dari pemiliknya. Sentuhan personalnya sangat terasa, mereka menulis apa adanya dan semaunya tanpa ada kaidah atau aturan tertentu. Itu yang membuat saya kemudian memilih jalan menjadi seorang blogger.

Tahun berganti tahun, pesona blog semakin besar apalagi ketika banyak yang sadar kalau blog ternyata bisa jadi ladang yang menghasilkan. Lembaran rupiah atau bahkan dollar bisa didapatkan dari sebuah blog yang dikelola secara serius dalam koridor tertentu.

Dan kemudian hadirlah beragam blog yang tujuannya memang untuk mengumpulkan uang. Blog dengan ragam informasi yang separuhnya sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan. Beberapa blog itu isinya hanya semacam sampah. Mengumpulkan informasi yang disebar secara dangkal dan kadang malah menyesatkan. Sentuhan personal juga mulai hilang, yang penting isinya bisa banyak dan bisa menarik pegunjung.

Beberapa blogger yang dulu saya kagumi tulisannya berangsur-angsur mulai jarang mengisi blog pribadi mereka. Ada juga yang bahkan sudah tidak pernah lagi mengisi blog yang dulu mungkin begitu memukau banyak orang karena kemampuannya menggabungkan cerita personal dengan gaya bahasa yang pas. Pemilik blog itu mungkin sudah sibuk dengan dunia mereka yang lain, tidak seperti dulu ketika masih banyak waktu luang yang bisa mereka pakai untuk mengisi blog.

Tapi blog personal tidak berarti hilang begitu saja. Tetap ada blogger yang rajin mengisi blognya dengan tulisan yang personal serupa diary. Bahkan belakangan makin banyak ibu-ibu yang ikut serta membuat blog dan menjadikannya sebagai catatan pribadi tentang kehidupan mereka. Saya begitu berbahagia menemukan banyak blog milik ibu-ibu yang isinya tentang rekaman kehidupan mereka sebagai ibu, istri, warga kota dan jelas sebagai orang biasa.

Blog personal tidak hilang, hanya berganti pemeran saja meski mungkin jumlahnya ikut berkurang.

daengGassing.com yang berubah

Bagaimana dengan blog ini? Seperti yang saya bilang, saya mencemplungkan diri dalam dunia blogsphere karena memang sangat tertarik mendokumentasikan hidup lewat tulisan yang dapat diakses dan dibaca orang banyak. Awalnya seperti itu, tapi dalam perkembangannya saya merasa ada yang berubah dari blog ini. Saya tidak sepersonal dan sesantai dulu lagi.

Beberapa hari belakangan ini saya suka membaca tulisan-tulisan lama saya dari tahun 2008 dan sebelumnya. Rasa kagum menyelinap ke dada, meski tentu saja itu sangat subjektif. Saya menemukan kalau tulisan lama saya ternyata sangat nikmat ditelusuri kata per katanya. Ada sentuhan yang sangat personal dan santai tanpa memikirkan batasan dan kaidah.

Saya tidak bilang tulisan saya sekarang ini tak bagus lagi (meski mungkin memang begitu) tapi saya merasa tulisan saya sekarang sudah lebih kaku. Awalnya saya memang tertarik pada konsep citizen journalism atau menjadi jurnalis warga. Saya bahkan sempat aktif dalam sebuah komunitas yang bertujuan menggiring lebih banyak warga menjadi penulis dan jurnalis. Di sana saya banyak belajar tentang kaidah menulis yang baik.

Dari situ pula saya kemudian serius mengarahkan blog ini ke arah yang berbeda. Tak hanya curhatan personal yang remeh temeh tapi juga tentang sebuah feature, tulisan tentang sebuah isu, sebuah topik atau sebuah kejadian yang ditulis dengan teratur dan mempertimbangkan banyak fakta serta tentu saja mematuhi kaidah berbahasa yang baik dan benar.

Saya tidak bilang itu salah, tapi pada satu titik tiba-tiba saya merasa rindu pada blog yang dulu. Blog yang saya isi sesuka hati tanpa peduli isinya remeh-temeh dan tidak penting. Saya rindu sentuhan personal yang lugu dan kadang naif dari blog ini seperti 4-5 tahun yang lalu. Saya juga tidak bilang tulisan saya sekarang ini penuh dengan pencitraan dan tidak apa adanya. Tidak, saya tidak bilang begitu. Saya tetap menulis apa adanya, mungkin bedanya hanya dari segi penyajian. Sekarang saya terlalu memikirkan banyak hal sehingga apa yang Anda baca adalah hasil dari pemikiran panjang, penjelajahan dan pengumpulan fakta yang lama dan kadang juga pertimbangan untuk ditulis atau tidak.

Saya sampai pada pikiran untuk membuat satu blog baru yang akan saya isi dengan sangat personal dan santai tanpa harus memikirkan kaidah, aturan atau tema. Saya tidak bermaksud untuk mengarahkan blog ini kembali ke jalur yang berbeda, biarlah blog ini berjalan pada jalur yang sudah saya buat karena toh saya memang menikmatinya juga. Di satu sisi saya menganggap blog ini mampu memenuhi rasa haus dalam diri saya untuk menjadi seorang penulis yang baik. Biarlah proses itu berjalan di sini sementara proses lainnya mungkin akan saya jalankan di tempat lain.

Tapi, membuat blog baru tentu butuh effort besar. Jadi entahlah, untuk sementara saya akan membiarkan prosesnya berjalan seperti sekarang. Hey, setidaknya saya masih ngeblog bukan? Selamat berpuasa, semoga amal ibadah kita diterima-Nya. Keep on bloggin’ in a free world! [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (8)

  1. Blog selalu asyik, namun keterbatasan antara waktu dan kesempatan bergumul alias berinteraksi mungkin sedikit kurangnya menjadi hambatan. 🙂

  2. Secara ngga sadar, energi untuk berbicara hal kecil dan personal sudah tersalurkan via microblogging (Twitter). Jadi, secara ngga sadar pula, kita mulai mencari angle lain ketika mengisi blog. Jadilah sentuhan personal hilang, dan cenderung kaku seperti yang bung bilang. Secara ngga sadar, blog saya isinya review semua, meski ngga berbayar, dan ngga ada yang mau bayar.

  3. tetap semangat Daeng 🙂

    tulisanmu nikmat kok buat dibaca, semuanya balik lagi ke selera pembaca

  4. hahaha… malah bawa ibu2, parah.

    sama kayak di tweet barusan, adanya socmed memang membuat blogger lebih mengena disana ketimbang blog yang katanya jarang dikunjungi kecuali yg sudah punya nama di dunia blogging.

    Yah, mau gimana lagi.
    Daeng Ipul sudah menjadikan komunitas untuk menggiring personal blog utk terus bertahan itu sudah lebih menarik.

    Sekarang, saya harus mereferensikan bacaan majalah untuk dibaca sapa tahu hihi..

    Semangat, semoga tulisan ini bisa *setidaknya memberikan stimulan kepada mereka yang hilang

    hihi..

  5. Hahaha, samaa >.<, kalau baca tulisan dari 2006, masalah remeh temeh mengenai begadang, memilih games, bahkan curhat tidak jelas justru yang terasa lepas dan lebih intim. Mungkin karena referensi bacaan yang lebih banyak kali yaah.

  6. iya gaya nulis dah berubah ya daeng hehehe tp aq lbh suka yg begini nih, details dan tetep enak dibaca :))

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.