Jalan Panjang Ekonomi Digital Indonesia

Tantangan Ekonomi Digital Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia memang sangat pesat, tapi tentu saja masih terus menghadapi hambatan. Konsumen ekonomi digital Indonesia masih banyak yang ragu untuk bertransaksi di toko online yang tidak atau belum terpercaya. Cerita-cerita soal toko online yang tak lain hanya kedok penipuan membuat banyak calon konsumen lebih berhati-hati dan memilih untuk tidak berbelanja secara online.

Selain itu, masih banyak juga masyarakat Indonesia yang lebih suka membeli langsung karena bisa melihat langsung barang yang ingin dibeli ketimbang berbelanja secara online.

“Sudah menunggunya lama, eh ternyata barangnya tidak sebagus yang di foto,”

Kalimat seperti itu pasti sudah sering kita dengar bukan? Suka tidak suka, itu juga jadi salah satu penghambat banyaknya orang yang masih malas berbelanja secara online. Proses belanja konvensional masih jadi pilihan utama.

Selain itu tantangan lain adalah ketidaktahuan sebagian pengguna internet untuk melakukan pembelanjaan secara online. Beberapa e-commerce memang masih dianggap terlalu merepotkan meski alasan mereka adalah untuk keamanan konsumen. Di bagian distribusi, penyaluran barang juga menghadapi tantangan berat. Belum banyak penyedia layanan jasa kurir yang mampu menembus daerah pelosok dengan ongkos yang murah. Akibatnya, penikmat e-commerce masih banyak berkutat di kota-kota besar yang gampang dijangkau.

Sumber: Katadata

Di sisi regulasi, Indonesia memang belum punya undang-undang privasi yang melindungi data konsumen di era digital ini. Untuk melakukan transaksi dan menikmati layanan e-commerce, konsumen diharuskan menyetor beragam data pribadi. Pertanyaanya, apakah data yang disetor itu terjamin kerahasiaannya? Apakah data itu tidak malah disalahgunakan pihak lain atau dipindahtangankan ke pihak lain? Pekerjaan rumah buat kita semua.

Dukungan Pemerintah.

Dari beragam data dan statistik tentang perkembangan ekonomi digital Indonesia, kita bisa mengambil kesimpulan sementara kalau Indonesia memang menggeliat namun tidak cukup menggeliat. Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi digital di tahun 2020 memang masih butuh usaha keras. Jalan masih panjang dan berliku.

Salah satu upaya pemerintah memenuhi target tersebut adalah dengan menerbitkan kebijakan paket 14 yang isinya memudahkan pendanaan untuk e-commerce di Indonesia. Diharapkan, paket kebijakan itu bisa memberi semangat kepada e-commerce lokal termasuk UMKM. Ini penting karena menurut data statistik, UMKM menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia. Jadi sekali mendayung dua pulau terlampaui. Ekonomi meningkat, pengangguran pun berkurang.

Sumber: Katadata

Begitulah, jalan panjang untuk ekonomi digital Indonesia memang masih membentang. Persepsi dan mind set pelaku ekonomi digital serta konsumen pun belum sepenuhnya sama. Keraguan dan kecurigaan dari konsumen masih membayangi, begitu juga dengan kabut keraguan dari pelaku e-commerce. Belum lagi di sisi regulasi yang belum sepenuhnya beres.

Kalau memang mau meningkatkan ekonomi Indonesia lewat ekonomi digital, maka sudah saatnya semua duduk bersama. Pelaku, konsumen dan tentu saja pemerintah.

Sayang jika pertumbuhan internet yang begitu pesat itu hanya membawa badai yang merusak. Sayang juga jika Indonesia sekadar menjadi pasar, bukan pelaku. Bukan begitu? [dG]