Cerita Ringan

Lebaran dan Genta Kenangan Yang Bergerincing

Selalu seperti ini setiap tahun
Selalu seperti ini setiap tahun

Lebaran adalah keriangan, lebaran adalah kenangan yang indah.

SEORANG WANITA MUDA berjalan terseok-seok melintasi kerumuan pria-pria berbusana muslim. Di kakinya wedges berwarna merah terang  dengan logo Chanel membuat langkahnya tak nyaman di jalan yang tak rata. Wajahnya canggung, jelas tergurat rasa tak percaya diri. Entah karena sepatunya, entah karena kedatangannya yang terlambat. Dia datang ketika ratusan orang sudah siap menjalankan sholat Idul Fitri, membuat puluhan pasang mata menangkap sosoknya yang canggung dalam balutan busana meriah, cerah dan baru.

Sholat Ied kemudian didirikan. Ketika rukuk dan sujud, keheningan melanda. Hanya ada suara tangisan anak-anak kecil yang bersahut-sahutan. Satu yang memulai, yang lain mengikuti. Entah apa penyebabnya, selalu seperti itu setiap tahun. Selalu ada anak-anak balita yang tak nyaman berada di antara ratusan orang dewasa yang khusyuk mendirikan sholat. Mungkin mereka kesal, rengekannya tak didengarkan.

Segera setelah sholat selesai dan ceramah pungkas, orang-orang bertebaran. Senyum menghiasi wajah-wajah mereka, sebagian pria menyulutkan rokoknya, melakukan sesuatu yang selama sebulan penuh tidak bisa atau enggan mereka lakukan di siang hari. Salam-salaman jadi penghias pagi yang mulai hangat. Selalu begitu setiap tahun.

Dan ratusan lembar koran bekas terhampar begitu saja di tanah lapang, di jalan-jalan. Ditinggalkan mereka yang tadi membawanya. Anak-anak tertawa riang, bercengkerama dengan sesamanya, melompat dari satu rumah ke rumah lainnya sambil berteriak, “Assalamu alaikum, massiarah tante.”

*****

SETIAP IDUL FITRI, kenangan-kenangan masa kecil tak pernah alpa untuk berkelebat kembali dalam ingatan saya. Persis serupa genta yang bergerincing tanpa dikomando. Lebaran selalu memanggil-manggil kembali kenangan masa kecil yang riuh oleh kegembiraan tak terperi. Bertemu dengan pakaian baru, makanan lezat dan kue nikmat yang boleh diambil kapan saja. Lebaran juga berarti lembaran-lembaran rupiah yang masih kaku sampai kita enggan melipatnya. Rupiah yang didapat dari kerabat yang lebih tua, yang sudah bisa mencari uang sendiri.

Lebaran juga berarti pertemuan riang gembira dengan para kerabat yang mungkin tak pernah bersua selama setahun atau bahkan bertahun-tahun lamanya. Anak-anak remaja tanggung melirik penuh tanda tanya pada lawan jenisnya yang dalam ingatannya adalah anak-anak kecil namun kini mulai berubah ranum. Lebaran seringkali menjadi momen bertemunya dua pasang mata, saling melempar senyuman yang sesudahnya kadang tak berlanjut. Hanya tinggal menjadi kenangan saja.

Lebaran adalah momen magis yang mampu menggerakkan jutaan orang meninggalkan kota atau tempat mereka mencari uang. Menembus jalanan macet, desak-desakan tak terperi di terminal, stasiun bahkan bandara. Lebaran membuat banyak orang tak peduli harus mengeluarkan berapa rupiah demi bertemu orang tua, saudara, kerabat atau bahkan hanya teman-teman lama.

Aroma makanan dari dapur, bau baju baru dan parfum dari badan, semua menjadi satu di hari lebaran. Menguap bersama pertanyaan; si Anu sudah menikah? Si Anu kerja di mana sekarang? Anaknya tante Anu katanya sekarang di Anu ya? Dan seterusnya dan seterusnya. Gosip berpindah-pindah, tertukar satu sama lain dan lalu lenyap dalam tawa riang.

Tapi tak selamanya lebaran adalah cerita riang. Ada lebaran yang terlewati dengan cerita pedih dari mereka yang tak sempat berkumpul atau terbuang dari kerumunan. Ada pula mereka yang terpaksa membaktikan diri, waktu dan tenaga karena tugas. Lebaran tak selalu berarti keriangan dan jalan lebar untuk senyuman.

Bagi saya, lebaran selalu berhasil membawa kenangan-kenangan lama yang datang dari masa puluhan tahun lalu. Masa ketika lebaran masih sangat sederhana. Sungkem, makan, uang dan film Dono Kasino Indro.

Selamat berlebaran teman-teman, apapun makna lebaran buat kalian mohon dimaafkan semua salah kata dan perbuatan saya. Tak perlu ragu, pintu lebar saya sudah terbuka untuk kalian semua meski saya tak yakin kalian pernah berbuat salah pada saya.

Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.