FilmReview

Film-film Pengisi Waktu (II)

Resume film-film yang saya tonton sebagai pengisi waktu dalam kurun seminggu belakangan ini.

KEMBALI SAYA MELEWATI MALAM-MALAM YANG SEPI, eh maksudnya malam-malam tanpa ada kerjaan atau kegiatan lain yang penting. Bahkan ketika berkunjung ke Paniai pun saya kadang bengong di malam hari. Tak ada pilihan lain, nonton film adalah cara terbaik mengisi waktu apalagi saya bulan tipe yang gampang tidur kalau malam.

Berikut ini adalah film-film yang saya tonton dalam rentang seminggu ini, sebagian adalah pemberian dari Jensen yang sempat berkunjung ke kamar kosan Sabtu pekan lalu.

 

Baca juga: Film-film Pengisi Waktu (Bag,1)

 

Urutan acak saja, tidak berdasarkan waktu pemutaran atau skor.

Si opsir perempuannya cantik dan lucu

1. Raid Dingue

Film komedi Prancis tentang seorang perempuan anggota kepolisian Perancis bernama Johanna Pasquali yang terobsesi bergabung dengan pasukan khusus bernama RAID. Sayangnya meski dia berlatih sangat keras, dia bukan sosok yang tepat untuk pasukan khusus RAID, bahkan untuk kepolisian sekalipun.

Canggung, lugu dan agak telat mikir (plus perempuan), jelas bukan komposisi yang pas untuk seorang anggota tim khusus. Tapi dia punya koneksi yang kuat yang membuatnya akhirnya bergabung dengan RAID, tentu lengkap dengan segala kontroversi dan kekonyolannya.

Lumayan, bisa mengundang kegelian tapi tidak sampai terbahak-bahak. Plus, film ini bisa cepat terlupakan. Eh, tapi bintang perempuannya cantik..

Skor: 2,5/5

2. Magnificent Seven

Film produksi tahun 2016 yang merupakan daur ulang dari film berjudul sama tahun 1960. Film tahun 1960 itu sendiri adalah film yang merupakan adaptasi dari film Jepang berjudul Seven Samurai.

Berkisah tentang tujuh orang dengan latar berbeda yang bahu-membahu membantu warga sebuah desa yang hendak diambil alih oleh seorang penjahat kejam. Tujuh orang ini dipimpin oleh seorang perwira berkulit hitam bernama Sam Chisolm (diperankan Denzel Washington).

Tidak terlalu buruk untuk sebuah flm koboi. Adegan tembak-tembakan, duel senjata atau dialog ringannya cukup menghibur.

Skor: 3/5

3. Ambiguous

Film Jepang produksi tahun 2003 yang memantik kontroversi setelah peluncurannya. Berkisah tentang lima orang (tiga wanita dan dua pria) yang punya masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Latar belakang mereka berbeda, masalah mereka pun beragam. Sampai akhirnya mereka bertemu secara daring dan terhubung satu sama lain.

Masalah yang mendera hidup mereka akhirnya membuat mereka berlima sepakat untuk bertemu dan bunuh diri bersama-sama. Hari dan tempat sudah ditetapkan begitu juga metode bunuh diri yang dipilih. Sayangnya, ada kejadian mengerikan yang justru membuat semua berubah.

Film ini termasuk kategori film yang gelap. Temanya berat dengan jalan cerita yang lambat dan bisa membuat penonton ikut depresi. Bukan film buat Anda yang senang cerita yang santai atau membuat girang.

Skor: 4/5

Para gangster di City of God

4. City of God

Film Brazil produksi tahun 2002. Tentang seorang pria kulit hitam dengan nama panggilan Rocket yang lahir dan besar di sebuah wilayah sub urban Rio de Jenairo yang kerap disebut sebagai “City of God”. Berlatar tahun 1960an hingga awal tahun 1980an, film ini merekam dinamika beratnya kehidupan warga di antara para gangster di daerah sub urban paling berbahaya di Brazil itu.

Film ini diangkat dari kisah nyata sang pemeran utama. Bagaimana si pemeran utama tetap bertahan waras di lingkungan yang sungguh tak waras.

City of God mendapat banyak respon positif ketika diluncurkan, termasuk dari majalah TIME yang menempatkannya sebagai satu dari 100 film terbaik sepanjang masa. Menurut saya pun film ini memang pantas diakui sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa.

Skor: 4,5/5

5. The Departed

Saya menonton ulang film ini karena kangen sama aksi bintang utamanya. Salah satu film kriminal terbaik menurut saya, meski versi aslinya yang produksi Hong Kong berjudul: Internal Affairs jauh lebih sadis.

Tak perlu saya cerita panjang sepertinya, kamu mungkin juga sudah menontonnya.

Skor: 4,5/5

Kisah cinta dua spesies yang berbeda

6. The Shape of Water

Film terbaik Oscar 2018, disutradarai oleh Guillermo Del Toro. Kisah film ini berkutat pada kehidupan Elisa, seorang gadis bisu yang menjadi petugas pembersih di sebuah laboratorium milik pemerintah AS. Suatu hari, laboratorium itu kedatangan mahluk air yang ditangkap di perairan Amerika Selatan.

Berawal dari rasa penasaran, Elisa kemudian secara tidak sengaja merasakan ikatan perasaan yang erat dengan mahluk tangkapan tersebut. Perasaan yang membawanya melewati berbagai petualangan, bahkan yang berbahaya sekalipun.

Film ini ditengarai sarat dengan unsur politis. Mengambil latar tahun 1960an di Amerika Serikat, The Shape of Water memberikan kritikan tentang perlakuan rasialis, anti gay dan keputusan politik yang terjadi di tahun tersebut.

Sampai sekarang saya masih terbayang-bayang bagaimana dua spesies yang berbeda itu melakukan… ah, sudahlah.

Skor: 4/5

7. A Bad Mom Christmas

Berkisah tentang tiga orang ibu (Amy, Kiki dan Clara) yang punya masalah dengan ibu mereka. Masalahnya beda-beda, dari ibu yang terlalu otoriter, ibu yang terlalu menempel dan ibu yang justru terlalu jauh.

Latar kejadiannya adalah sekitar perayaan natal yang bagi orang Amerika adalah hari libur utama dalam satu tahun. Berbagai kejadian silih berganti menguji rasa sayang ketiga tokoh utama itu kepada ibu mereka masing-masing. Seperti layaknya film drama komedi, keceriaan tentu akan menjadi penghias akhir kisah. Tinggal bagaimana mereka menjalani kisah hingga tiba di akhir cerita itu, bukan?

Lumayan, meski tidak bagus-bagus amat.

Skor: 2,5/5

Polisi yang dihormati para gangster

8. The Outlaw

Film Korea Selatan produksi tahun 2017. Berkisah tentang pembersihan geng di sebuah kawasan distrik Guro di Seoul. Kisah ini diangkat dari kejadian nyata tahun 2007. Alkisah, ketenangan daerah itu yang kelompok gangsternya begitu hormat pada seorang polisi bernama Ma Seok Do terganggu akibat kedatangan gangster dari Tiongkok. Gangster yang dipimpin oleh Jang Chen berusaha merebut kuasa di distrik tersebut dan meresahkan banyak orang, temasuk para penegak hukum.

Ini mungkin film Korea Selatan pertama yang saya tonton sampai habis. Yah maklumlah, saya bukan tipe orang yang menggemari drama korea dan hampir selalu skeptis pada film-film Korea. Tapi setelah menonton film ini, saya pikir ini film yang bagus.

Skor: 4/5

9. Merciless

Film Korea Selatan kedua yang saya tonton dalam satu pekan. Oh Tuhan, mudah-mudahan ini bukan pertanda saya akan jatuh pada drama korea.  Kuatkan saya ya Tuhan!

Film ini berkisah tentang seorang polisi muda bernama Hyun-Soo (ya, saya harus Googling dulu karena nama Korea sulit sekali dihapal) yang menunjukkan totalitasnya pada negara. Hyun-Soo sampai rela menyamar sebagai penjahat yang dimasukkan ke dalam penjara, hanya agar bisa mendekati salah satu petinggi geng penyelundup: Jae-Ho.

Drama dalam film ini lumayan menarik, plus adegan perkelahian dan tembak-tembaknya cukup memikat. Hanya saja saya agak terganggu dengan bahasa mereka. Bayangkan, seorang gangster kejam berwajah bengis, masih saja berbicara dengan nada manja. Hilang imej bengisnya di mata saya.

Di luar nada bicara itu, saya pikir ini film yang bagus.

Skor: 4/5

Andy Lau dan Donnie Yen, dua tokoh utama film Chasing the Dragon

10. Chasing The Dragon

Film Hong Kong keluaran tahun 2017 yang mengambil latar pulau itu di akhir 60an dan awal 70an. Diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang gangster bernama panggilan A Ho. Datang dari Tiongkok daratan dan “memulai karir” sebagai cukong gangster besar alias tukang berkelahi yang dibayar recehan. Perkenalannya dengan seorang polisi bernama Lui Lok membuat hidupnya berubah dan “karir”-nya di dunia kejahatan Hong Kong melesat dengan cepat.

Rasanya sudah lama sekali saya tidak menonton film Hong Kong, apalagi yang bergenre gangster seperti ini. Memori saya kembali ke tahun 90an ketika di Makassar masih ada bioskop bernama Ratu, Artis dan Mutiara yang spesialis memutar film-film Hong Kong. Ketika masih akrab dengan nama seperti Liu The Hua, Kou Fu Cheng, Chen Che Ta, Gong Li dan kawan-kawannya. Film ini berhasil memutar kembali memori saya ke masa itu.

Film yang mengasyikkan, layak untuk ditonton.

Skor: 4/5

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (3)

  1. Film2 Korea banyak yang bagus2 kok. Banyak yang eksyen dan thriller juga. Jangan disamakan dengan drakor yang isinya kisah2 cinta dalam dongeng lah. Hahahaha..

  2. The Shape of Water filmnya asyik. Jarnag nonton film asia, lebih sering nonton film barat 🙂

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.