Cerita RinganPapua

5 Hal Tentang Papua Yang Mungkin Kamu Belum Tahu

Papua
Bentang alam Papua

Papua itu provinsi paling luas di Indonesia, tapi saya yakin masih banyak hal tentang Papua yang belum banyak diketahui orang. Ini adalah lima hal di antaranya. Kamu mungkin baru tahu.

DI TULISAN SEBELUMNYA saya pernah menulis 5 hal unik dari Papua, tulisan kali ini semacam sambungan dari tulisan tersebut. Kalau sebelumnya bercerita tentang hal unik dari Papua, maka sekarang saya mau coba membagikan hal-hal baru yang mungkin saja kalian belum tahu. Hal-hal ini sebenarnya baru saya tahu juga he-he-he. Jadi ya, sekalian saja saya bagikan buat kalian, siapa tahu bisa menambah wawasan dan semakin mengenal Papua.

Kita mulai ya.

Papua Itu Luasnya Tidak Santai

Kalian mungkin sudah tahu betapa luasnya provinsi Papua itu. Pulau Papua sendiri adalah pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Luasnya hampir lima kali pulau Jawa. Tapi, bagaimana dengan provinsi Papua sendiri?

Oke, kita coba bandingkan Kabupaten Merauke yang adalah kabupaten paling luas di provinsi Papua. Luasnya mencapai 44.071 km2. Kita bandingkan dengan DKI Jakarta, ibukota negara yang selalu jadi pusat perhatian itu. Luas DKI Jakarta adalah 661,5 km2. Artinya, luas Kabupaten Merauke adalah 66 kali luas DKI Jakarta. Sekali lagi, 66 kali!

Baiklah, sekarang kita coba perbandingan lainnya.

Luas DKI Jakarta adalah 661,5 km2. Sekarang luas itu kita bandingkan dengan distrik (setingkat kecamatan) Muara Tami yang jadi salah satu bagian dari kota Jayapura. Distrik Muara Tami luasnya berapa coba? 1.057,67 km2. Ini artinya hampir dua kali luas DKI Jakarta. Hampir dua kali!

Padahal, Muara Tami itu hanya distrik loh, setingkat kecamatan. Luasnya melebihi satu provinsi di Jawa. Jadi, sudah bisa membayangkan bukan betapa luasnya Papua itu?

Papua Dibagi Dalam 5 Wilayah Adat.

Ini informasi baru juga buat saya. Jadi ternyata sejak 2016, Papua dan Papua Barat dibagi dalam tujuh wilayah adat, lima di antaranya masuk dalam wilayah Provinsi Papua. Pembagian ini oleh pemerintah provinsi didasarkan pada kemiripan adat istiadat wilayah tersebut, tujuan utamanya adalah memudahkan fokus pembangunan dan pengembangan potensi.

Misalnya, wilayah adat Saereri yang berada di pesisir dan kepulauan tentu memiliki potensi pengembangan kelautan dan perikanan. Sementara wilayah adat Lapago yang berada di pegunungan tentu akan lebih berpotensi bila dikembangkan di sisi hasil perkebunan.

Oh ya, kelima wilayah adat tersebut adalah:

  1. Mamta, terletak di sebelah timur laut mencakup wilayah: Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Sarmi dan Kab. Mamberamo Raya.
  2. Lapago, terletak di pegunungan tengah bagian timur mencakup wilayah: Kab. Pegunungan Bintang, Puncak, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Jaya Wijaya, Nduga, Mamberamo Tengah, Yalimo, Yahukimo dan Tolikara.
  3. Meepago, terletak di pegunungan tenga bagian barat mencakup wilayah: Kab. Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya dan Mimika.
  4. Anim Ha, terletak di sebelah tenggara mencakup wilayah: Kab. Boven Digul, Merauke, Mappi dan Asmat.
  5. Saereri, terletak di barat laut mencakup wilayah: Kab. Waropen, Nabire, Yapen, Biak Numfor dan Supiori.

Anyway, saya menulis kelima wilayah adat beserta wilayah-wilayah yang masuk ke dalamnya tanpa melihat contekan loh. Yess! Saya sudah hapal! Ha-ha-ha-ha.

wilayah adat papua
Pembagian wilayah adat di Papua

Perbedaan Fisik Orang Pantai dan Orang Gunung.

Dulu saya kira semua orang Papua itu sama. Pokoknya mereka yang berasal dari ras Melanesia itu sama secara fisik. Kulit gelap dengan rambut keriting, itu sudah!

Tapi ternyata saya salah. Ada perbedaan mendasar secara fisik yang membedakan antara orang pantai dan orang gunung. Orang pantai adalah mereka yang tinggal di pesisir atau di pulau-pulau, sementara orang gunung adalah mereka yang tinggal di kawasan pegunungan – khususnya pegunungan tengah Papua.

Orang pantai secara fisik lebih ramping dengan struktur wajah yang lebih tegas. Tulang pipi mereka juga lebih tinggi dengan hidung yang mancung dan kulit yang lebih terang. Sedangkan orang gunung rata-rata lebih gempal dan tidak tinggi dengan wajah yang lebih bulat, hidung yang lebih besar dan kulit yang lebih gelap.

Sebenarnya bagi yang belum terbiasa, perbedaan ini tidak terlalu kentara. Tapi bagi orang Papua, mereka dengan mudah bisa menebak asal seseorang hanya dari ciri fisik tersebut. Namun, meski ciri fisik agak berbeda mereka semua tetap satu akar: Papua.

Tidak Semua Orang Papua Tinggal di Honai dan Berkoteka.

Dari buku pelajaran SD yang diproduksi di jaman Orde Baru, selalu disebutkan kalau rumah adat orang Papua adalah honai dan pakaian adat (pria) mereka adalah koteka. Ajaran ini saya pegang terus sampai akhirnya saya tahu kalau ternyata tidak semua orang Papua rumah khasnya adalah honai, dan tidak semua orang Papua memakai koteka.

Honai hanya digunakan oleh orang Papua yang tinggal di pegunungan tengah bagian timur seperti Jaya Wijaya, Lanny Jaya, Puncak dan sekitarnya. Orang Papua yang tinggal di pegunungan tengah bagian barat seperti Paniai dan Dogiyai tidak tinggal di rumah honai. Apalagi orang pantai atau orang pesisir.

Orang pantai atau orang pesisir lebih banyak tinggal di rumah kayu yang berbentuk panggung. Bahkan, orang Asmat tinggal di rumah panjang bernama jew yang mirip dengan rumah orang Dayak. Satu rumah panjang hanya diisi oleh para laki-laki yang merupakan bagian dari beberapa marga. Para perempuan tinggal di rumah lain.

Pembagian ini juga terjadi di rumah honai. Ada honai khusus buat pria dan ada honai khusus buat perempuan dan anak-anak yang belum akil bhaliq.

Meski bentuk rumah khas mereka berbeda, tapi semua punya kesamaan. Orang Papua sangat memegang teguh kekerabatan. Contohnya rumah panjang itu. Sedangkan mereka yang tinggal di honai biasanya tinggal bersama-sama dalam sebuah wilayah khusus yang dibatasi oleh pagar. Dalam satu wilayah itu tinggal beberapa keluarga kecil. Kadangkala, kepentingan keluarga besar lebih diutamakan daripada keluarga sendiri. Contohnya di Paniai, ketika ada satu anak yang bersekolah di kota seperti Jayapura, maka seluruh keluarga yang tinggal dalam satu kompleks itu akan menyumbang uang agar si anak bisa bersekolah.

Ilustrasi mama Papua dengan noken

Pendatang Ramai di Papua

Kalau selama ini kamu mengira Papua itu dihuni mayoritas orang Papua dari ras Melaniesia, maka kamu bisa saja benar dan tidak benar. Benar karena sampai sekarang jumlah orang asli Papua dari ras Melanesia masih di atas 50% bila dibandingkan dengan orang Papua dari luar ras Melanesia.

Tapi, di beberapa daerah perbandingan ini bisa saja terasa seimbang. Seperti di Merauke, Kota Jayapura dan Timika. Di tiga daerah ini jumlah orang Papua dari ras Melanesia maupun dari ras non Melanesia sepertinya sama. Orang dari ras non Melanesia ini banyak yang baru saja datang, tapi banyak juga yang sudah ada sejak puluhan tahun dan merasa Papua adalah kampung halamannya, tanah tumpah darahnya.

Banyaknya pendatang dari luar Papua ini di satu sisi memang memberi dampak positif, utamanya di sisi perkembangan perekonomian. Namun, namanya gesekan tetap saja ada. Mungkin kalian sudah beberapa kali mendengar ada insiden-insiden yang melibatkan orang Papua dan para pendatang. Tapi percayalah, insiden itu bukan gambaran umum tentang orang Papua yang sebenarnya sangat ramah pada pendatang. Asal kita sopan dan ramah, mereka jauh lebih sopan dan ramah.

Oke deh, kira-kira itu dulu sedikit informasi tentang Papua yang mungkin saja kalian belum tahu. Tentunya masih banyak informasi dan gambaran lain tentang Papua yang sama menariknya. Mungkin di lain waktu saya akan menuliskannya lagi.

Intinya Papua itu sangat menarik karena unik dan harus dipandang dari sudut yang berbeda. Asal kita bisa melepas stigma yang sudah dibangun selama puluhan tahun dan kadang kita kunyah seenaknya, maka Papua bisa sangat menarik. Percayalah. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (4)

  1. Kata teman pace dulu waktu di kos; Dia sangat detail menjelaskan perbedan orang pantai dan orang gunung, dan dia juga bilang paling banyak pendatang di sana itu berasal dari Sulawesi, rata-rata mempunyai semacam toko kelontong., khususnya di daerah Merauke

    • Iya, di Papua orang Sulawesi memang banyak. Kebanyakan di sektor ekonomi seperti toko kelontong. Orang Jawa banyak jadi penyedia makanan

  2. Saya waktu awal-awal tinggal di makassar, sering ditanya sama beberapa teman.. ‘Merauke dekat dari papua kah?’ 😀 ada juga yang mengira kalau saya pergi ke sekolah pasti naik helikopter 😀 sepertinya mereka memang belum tau kalau papua itu ada ji ‘kota’ nya, bukan melulu hutan dan pedalaman

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.