FilmReview

PK dan Ragam Pertanyaan Tentang Tuhan

Poster film PK
Poster film PK

Saya terlambat menonton film ini, tadinya saya kira film ini sebangsa film Bollywood lainnya yang tidak jauh dari adegan tari-nyanyi-hujan-nangis. Ternyata saya salah, PK salah satu film terbaik yang saya tonton setahun belakangan ini.

Pernahkah dalam hidup Anda, sekali saja mempertanyakan tentang Tuhan? Tentang siapa itu Tuhan, dimana Dia dan apa yang Dia lakukan? Mungkin kita pernah menanyakannya, tapi mungkin sebagian besar dari kita menanyakannya dalam hati saja, tidak punya keberanian untuk mempertanyakannya dengan suara lantang. Takut pada azab Tuhan yang disampaikan para pemuka agama, takut pada pandangan orang yang menganggap persoalan tentang Tuhan adalah persoalan yang sangat privat dan sensitif.

Tapi tidak dengan PK (Amir Khan). Lelaki yang turun ke bumi dengan keadaan telanjang dari planet lain ini mempertanyakan keberadaan Tuhan, mempertanyakan eksistensi Tuhan, dan banyak lagi pertanyaan tentang Tuhan. PK yang adalah akronim dari Peekay (pemabuk) datang ke bumi tanpa tahu cara berkomunikasi dengan orang bumi. Dia tersesat setelah seseorang mencuri remote controlnya, padahal benda itu sangat penting untuk memanggil pesawatnya agar dia bisa dijemput kembali ke planetnya.

Dalam kebimbangan itu PK bertemu banyak orang, mencoba mengenali cara manusia hidup dan berinteraksi (dalam hal ini orang India), sampai akhirnya dia bisa memahami bahasa orang India dan bisa berkomunikasi dalam bahasa itu.

Tapi kebimbangan PK tidak berhenti sampai di situ. Dia masih berusaha mencari remote controlnya, tapi kata orang hanya Tuhan yang tahu, hanya Tuhan yang bisa membantunya. Maka mulailah PK mencari dimana Tuhan, dan bagaimana caranya bertemu dengan Tuhan agar remote controlnya bisa kembali.

Pencarian PK tentu saja membuat geger manusia yang sudah terbiasa hidup dalam tatanan rapi beragam agama di India. PK membongkar pemikiran manusia tentang Tuhan lewat pertanyaan-pertanyaan lugu namun logis. Ragam ritual keagamaan dan celoteh pemuka agama dipertanyakannya, hanya demi mencari dimana Tuhan berada.

Dan pencariannya berakhir pada perdebatan dengan seorang pemuka agama Hindu, Tapaswi. Perdebatan di stasiun televisi itu adalah puncak pencarian Tuhan oleh seorang (atau sesosok) PK.

Pada akhirnya dia berkesimpulan; Tuhan itu ada dua. Satu Tuhan yang menciptakan kita semua, satu lagi Tuhan yang diciptakan oleh manusia. Tuhan yang menciptakan kita dan alam semesta ini tidak pernah kita tahu sosoknya, sementara Tuhan yang diciptakan oleh manusia sosoknya sama seperti manusia. Kadang menipu, suka berbohong dan menakut-nakuti.

*****

Film besutan sutradara Rajkumar Hirani yang juga membesut film 3 Idiots ini berjalan dalam alur yang lambat. Untungnya karena cerita yang dibawanya lumayan menyegarkan. PK dirajut bumbu komedi untuk membawa pesan yang sebenarnya berat, akibatnya film ini tetap terasa ringan tanpa membuat kening berkerut.

Kritikan utama dari film ini adalah tentang para pemuka agama yang menggunakan agama dan Tuhan sebagai alat bisnis. Mereka mengutip kitab suci atau bahkan mengaku mendengar suara Tuhan untuk menakut-nakuti umat dan menggemukkan pundi-pundi mereka. Di film sepanjang 153 menit ini, agama yang dikritik bukan hanya Hindu semata, tapi hampir semua agama yang ada di India.

Pertanyaan paling esensial dari film ini adalah tentang keberadaan Tuhan itu sendiri. Menilik banyaknya agama yang ada di dunia maka interpretasi manusia tentu akan berbeda-beda tentang Tuhan. Belum lagi manusia yang memaksakan Tuhan mereka kepada manusia lainnya hingga timbul perpecahan, pergesekan dan bahkan pembantaian atas nama Tuhan.

PK mempertanyakan rupa dan sifat Tuhan, benarkah Tuhan sekejam itu? Membuat manusia saling membunuh atas nama-Nya? Memaksa manusia melakukan ritual agama yang menyusahkan dan menyakiti diri hanya untuk bertemu dengan-Nya? Kenapa Tuhan malah menyusahkan manusia yang ingin berkeluh kesah kepada-Nya?

Jawaban-jawaban dari pertanyaan itu ditemukan PK lewat perjalanan panjang dengan bekal kenaifannya sebagai mahluk yang datang dari planet lain.

Film ini menarik karena pesan yang dia bawa. Beberapa hal yang mengganggu hanyalah gambaran karakter PK yang mengingatkan saya pada sosok Mr. Bean serta cerita percintaan Jaggu (Anushka Sharma) yang malah menjadi bagian pamungkas dan sejenak menutupi klimaks dari perdebatan PK dan Tapaswi. Di luar itu, PK sangat menghibur, membuat kita berpikir tanpa harus mengernyitkan dahi.

Bagian lain yang buat saya kurang sreg adalah scene ketika Jaggu yang Hindu mengajak Sarfaraaz (Sushant Singh Rajput) yang Muslim untuk menikah di gereja. Ini seperti sebuah ide untuk menyatukan semua agama, bukan menghormati semua agama. Tapi lupakan, saya masih bisa melompati dan melupakan scene ini.

Di akhir cerita, PK bertemu dengan Tapaswi. Lalu setelah perdebatan singkat tapi dalam, PK berkata “Kita hidup di dunia yang sangat kecil, hanya debu di alam semesta. Lalu kamu bilang mau melindungi Tuhan? Tuhan tidak butuh dilindungi.” Benar-benar sebuah pesan yang dalam, khususnya kepada mereka yang selalu membawa-bawa nama Tuhan untuk melindungi nafsunya. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (6)

  1. Pertamax!

    Daya pikat film ini, salah satunya adalah Anushka Shamar ????

  2. Pertamax!

    Daya pikat film ini, salah satunya adalah Anushka Shamar ????

  3. Film ini bagus bingit untuk anak-anak perihal agama yang ada di Bumi. Namun adegan mobil goyang (imo) membuatnya keluar dari film kategori anak-anak. Entah di India sana mobil goyang sudah sering dijumpai oleh anak-anak. Atau ada juga “PK for Kids” di India sana.

    Yang mengganggu saya berikutnya bahwa di planet PK para penghuninya menggunakan telepati untuk bicara. Eh di akhir pilem mereka saling berbicara paka bahasa indihe.

    Yang berikutnya sama dengan kakak Lebug 😆

    • di akhir film mereka bisa bicara hindu mungkin udah belajar di planetnya. belajar bahasa kan hanya perlu pegangan tangan selama 6 jam.

  4. film berat tapi keren hihi…..dan rada anti klimak karena kesimpulan akhir yg mendokrin Tuhan itu ada (hahahaha **siyap di timpuk massa) kalo mau total baiknya tanya akan “salah sambung” antara manusia dan Tuhannya seru jika terus di gantung. karena pencarian tentang hakiki “pulang” harusnya mendewasakan (baca: mencari dan merasakan) jangan berhenti karena di simpulkan.

    saya percaya tersesat itu tanda kita mencari jalan

    tapi tetap jempol 4 untuk film ini.
    ‘scriptwriternya gilakk 😀

  5. Hehe.. saya lebih terlambat nonton film ini daeng. Baru ka nonton ini film tadi pagi, gara-gara diskusi ttg berbagai film sama temanku, dia menyarankan utk nonton ini film (katrok ku).

    Menarik, lucu, menggelitik, dan cerdas (itu menurut saya)

    Bagian yang saya sukai dari film ini adalah ketika PK membawa 5 orang yang memakai pakaian yang melambangkan 5 simbol agama ke hadapan Tapaswi. Benar-benar menggelitik karena terkadang kita menilai seseorang dari penampilan dan atribut agama yang mereka pakai. Membangun persepsi sesuai dengan penampilan yang ada di depan mata, tapi kan belum tentu apa yang kita lihat itu benar.

    Yang saya suka lagi dari film ini adalah agama dijadikan lahan bisnis. Mengapa ketika melihat sosok Tapaswi saya jadi ingat dimas kanjeng taat pribadi (hehehe rasanya mereka berdua agak mirip)

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.