Sepakbola

Geliat Panser Jerman Menuju Wembley

Bayern Muenchen
Panser Jerman Dari Kota Munich

Di perang dunia kedua Jerman terkenal dengan pansernya yang menerobos jauh hingga hampir mencapai Moskow. Puluhan tahun kemudian, panser Jerman juga bergerak menuju Wembley.

Berbicara perang dunia kedua, orang tentu tak akan lepas dari sebuah negara di jantung Eropa Barat bernama Jerman. Tentu karena negara inilah yang jadi penyebab pecahnya perang dunia kedua. Perang terbesar dalam sejarah umat manusia yang mengorbankan jutaan jiwa manusia dari ujung Eropa hingga ke Asia dan ujung utara Afrika.

Salah satu mesin utama yang jadi tumpuan kekuatan Jerman adalah tank. Orang Jerman menyebutnya sebagai Panzer. Ide untuk menumpukan serangan pada kendaraan lapis baja ini muncul salah satunya karena Traktat Versailles selepas perang dunia pertama yang berisi larangan kepada Jerman untuk membuat peralatan perang berat. Untuk mengakali perjanjian yang mengikat itu, Jerman menciptakan tank ringan yang mereka klaim sebagai alat mempertahankan negara.

Itu alasan pertama. Alasan kedua, taktik perang Jerman yang bernama Blietzkrieg atau serangan kilat memang membutuhkan kendaraan yang ringan dan cepat untuk masuk ke jantung pertahanan lawan. Panzer kemudian jadi pilihan. Di bawah rezim Hitler, mulailah orang-orang Jerman menciptakan beragam tank dengan berbagai kegunaan.

Di antara semua jenis panser atau tank Jerman yang paling fenomenal adalah tipe Tiger atau Panzerkampfwagen VI. Rancangan awal panser ini sudah ada tahun 1938 tapi masih meragukan. Beruntung Hitler menaruh perhatian pada jenis panser ini dan kemudian dengan cepat meminta dilakukannya perombakan pada rancangan awal panser Tiger. Hasilnya, perombakan total panser Tiger dijadikan hadiah ulang tahun buat sang Fuhrer tanggal 20 April 1942 di Rostenburg.

Panser baru ini disebut Panzerkampfwagen VI Tiger Ausf H. Panser Tiger mengusung senjata canon 88 mm dan dilengkapi dengan dua senapan mesin koaksial MG-34 kaliber 7,92 mm. Tank ini mampu mengusung 84 rounds senjata utama dan 5.850 rounds untuk senapan mesin. Percobaan pertamanya adalah di kancah perang Tunisia. Di sanalah untuk pertamakalinya panser jenis Tiger ini berhadapan langsung dengan tentara sekutu dan sukses merebut popularitas karena kemampuannya yang luar biasa. Ringan, ringkas, lincah tapi mematikan. Sejak itu Jerman makin lekat dengan teknologi panser atau tank hingga akhirnya mereka harus mengalah juga dari tentara sekutu.

Serangan Panser Di Abad Milenium.

Masa kejayaan panser Jerman sudah berlalu nyaris 80 tahun. Jerman sudah melewati banyak masa, penguasa Eropa, pecundang di perang dunia kedua, terpisah antara Jerman Barat dan Timur, bangkit dan bersatu kembali hingga sekarang menjadi salah satu negara Eropa yang paling stabil di antara badai krisis di Uni Eropa.

Perang yang dulu melibatkan Jerman sekarang sudah berpindah, dari jalanan dan hutan-hutan di Eropa menjadi lapangan hijau berukuran 110 x 70 m. Namanya lapangan sepakbola. Di atas lapangan berwarna hijau itulah Jerman berusaha kembali memantapkan superioritasnya atas bangsa-bangsa lain di Eropa. Ketika pertama kali kembali diterima oleh bangsa-bangsa di dunia dan diperbolehkan ikut bergaul di ajang piala dunia, Jerman dengan tidak sopannya langsung merebut piala dunia. Supremasi tertinggi sepakbola di muka bumi. Tahun 1954, tahun pertama keikutsertaan mereka di piala dunia pasca perang dunia kedua, Jerman langsung menjadi juara mengalahkan Hungaria yang saat itu sedang jadi raksasa Eropa.

Itu hanya titik awal usaha Jerman menguasai Eropa dan bahkan dunia. Tahun 1974 mereka melakukannya kembali, merebut juara dunia setelah dua tahun sebelumnya jadi juara Eropa. Periode awal tahun 1970an memang jadi tahun kejayaan sepakbola Eropa. Di tingkat klub mereka juga berkuasa lewat Bayern Muenchen.

Jerman jadi salah satu negara yang paling konsisten di piala dunia. 7 kali masuk final dengan 4 kali sebagai juara, dan 4 kali masuk semifinal termasuk di dua gelaran piala dunia terakhir. Tidak ada tim yang sekonsisten mereka kalau bicara soal piala dunia. Di level klub, meski naik turun tapi tim Jerman yang dikomandoi Bayern Muenchen selalu jadi tim yang menakutkan. Nama tim-tim Jerman mungkin tenggelam dibandingkan nama-nama besar seperti AC Milan, Real Madrid, Barcelona, Liverpool atau Manchester United yang sudah terlanjur mentereng karena publikasi media.

23 April 2013, stadion Allianz Arena di Munich jadi saksi keperkasaan tim Jerman. 11 pemuda berkostum merah menghadang 11 pemuda berkostum merah biru yang datang dari tanah Spanyol. Anak-anak Bayern Muenchen itu tidak gentar meski Barcelona terlihat begitu mentereng. Siapa yang bisa abai pada kemampuan Iniesta, Xavi, Fabregas dan tentu saja si kutu Lionel Messi. Mereka begitu perkasa 3 tahun belakangan ini. Mengobrak-abrik pertahanan klub manapun dan selalu berhasil memenangkan possesion ball dimanapun mereka bermain.

Tapi anak-anak Jerman membiarkannya. Possesion ball bukan ukuran menang kalahnya sebuah tim, tapi jumlah gol. Anak-anak Muenchen membiarkan Barcelona menguasai bola, mereka hanya berusaha menahan di setengah lapangan dan tidak membiarkan pemain Barca masuk lebih jauh ke pertahanan mereka. Hasilnya, Iniesta dan Xavi mati kutu di hadapan Schweinsteiger yang bertubuh lebih besar. Bagaimana dengan si kutu? Nasibnya benar-benar seperti kutu. Sepanjang pertandingan dia nyaris tidak tersorot kamera karena memang tidak bisa berbuat banyak.

Hasilnya, gawang Valdes kebobolan hingga 4 kali. 2 kali dari Mueller, satu dari Robben dan satu dari Mario Gomez. 4 gol tanpa balas, dan itu sebuah aib besar untuk tim sekelas Barcelona yang sudah digadang-gadangkan sebagai tim terhebat di muka bumi. Malam itu tidak ada lagi tim terhebat di muka bumi, kandas di bawah rantai roda panser dari Muenchen.

Borrusia Dortmund
Panser Lain Dari Kota Dortmund

Sehari kemudian tim Jerman lainnya memberi pelajaran yang sama pada tim yang juga dari tanah para matador, Real Madrid. Kali ini pelakunya adalah Borrusia Dortmund. Di stadion Westfallen mereka mengamuk dan tidak mau kalah dari musuh bebuyutannya, 4 gol bersarang di gawan Madrid meski mereka harus kebobolan 1 gol dari bintang Madrid, Cristiano Ronaldo.

Semifinal UEFA Champions League memang masih menyisakan satu partai lagi dan semua kemungkinan masih bisa terjadi. Muenchen bisa saja kemasukan 5 gol di Camp Nou dan Dortmund bisa kebobolan 3 gola di Santiago Bernabeu. Tapi apapun hasilnya nanti, dunia sudah tahu kalau dua klub Jerman sudah pernah melibas dua klub juara dari Spanyol, sama-sama dengan 4 gol.

Sekitar 70an tahun yang lalu panser Jerman merajai Eropa daratan. Bergerak ke utara menuju Moskow, ke barat menuju Paris dan bahkan jauh hingga ke Afrika Utara. Kita tahu hasilnya bagaimana, Jerman tidak mampu melawan keroyokan sekutu dari barat dan terjangan Russia dari utara. Tapi kehebatan panser mereka sudah terlanjur dikenal dan bahkan disematkan pada tim nasional mereka, der Panzer.

Tahun 2013, bermula dari jantung negeri Jerman dua klub mereka mulai bergerak meniti jalan menuju Wembley tempat final UCL digelar tanggal 25 Mei nanti. Panser-panser Jerman itu tinggal selangkah sebelum memasuki tanah Inggris. Mereka hanya harus sabar menghadapi para matador tanah Spanyol. Angin memang sedang berhembus ke arah panser-panser Jerman, tapi sampai kapan? Kita tunggu saja jawabannya selepas leg kedua semifinal UEFA Champions League. Nicht aufhoren der panzer [dG]

 

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. defence Spanyol kalah kuat musim ini dan kebetulan di akhir musim Barca dan Madrid terasa gak terlalu stabil

  2. Setelah final sesama Tim Spanyol, Italia dan Inggris, saatnya final sesama Tim Jerman 😀 #okesip

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.