Dinamika Kota

Bentor ; Kendaraan Penguji Nyali

Bentor sedang menunggu penumpang

Sekitar dua tahun belakangan ini sebuah moda transportasi baru masuk ke kota Makassar. Bukan transportasi massal memang karena maksimal hanya bisa memuat dua orang dewasa. Namanya Bentor, atau kadang disebut juga sebagai Bemor, gabungan antara becak dan motor.

Saya mengenal moda transportasi ini untuk pertama kalinya sekitar tahun 2002, itupun dari cerita beberapa kawan yang sedang bertugas di Gorontalo. Katanya di sana ada kendaraan umum yang merupakan perkawinan becak dan motor. Bagian depannya berbentuk becak sementara bagian belakangnya berbentuk motor. Namanya bentor.

Bertahun-tahun kemudian bentor kemudian masuk ke Makassar. Saya pertama melihatnya di daerah Antang. Waktu itu jumlahnya memang cuma beberapa buah, tapi lama-kelamaan kemudian bertambah banyak. Rupanya bentor masuk lebih dulu melalui kota-kota kabupaten di utara Makassar seperti Sidrap, Barru dan Pangkep.

Sekarang bentor sudah makin banyak. Di seputaran Makassar, khususnya di daerah pinggiran kota bagian utara dan timur, pangkalan bentor makin gampang ditemui. Perlahan-lahan bentor menyisihkan keberadaan ojek yang lebih dulu ada. Banyak tukang ojek yang terpaksa memodifikasi motor mereka dan mengawinkannya dengan becak agar menjadi bentor. Tentu saja ini jadi semacam tuntutan.

Makin banyak orang yang memilih bentor sebagai moda transportasi, khususnya untuk jalur yang tidak dilayani oleh transportasi umum seperti pete-pete. Keunggulan bentor adalah pada daya muatnya, karena ruang depannya berbentuk becak maka jelas bisa muat maksimal dua orang dewasa, atau satu orang dewasa plus beberapa barang yang biasanya adalah barang belanjaan. Ini jadi kelebihan bentor bila dibanding ojek.

Soal ongkos, bentor juga sedikit lebih mahal dari ojek. Sebagai perbandingan, dari daerah Antang ke Mall Panakkukang dengan jarak sekitar 4 KM, ongkos naik ojek paling mahal sekitar Rp. 10.000,- sedangkan dengan bentor sekitar Rp. 15.000,- . Bila bentor memuat dua orang, jelas harga ini jadi terasa murah. Orang juga banyak memilh menggunakan bentor yang ongkosnya lebih mahal dari pete-pete karena pertimbangan waktu tempuh. Bentor tidak perlu mengikuti rute khusus, persis seperti ojek.

Saya pernah bertanya kepada seorang supir bentor yang pernah saya tumpangi. Seorang lelaki muda dengan gaya masa kini. Rambut a la penyanyi K-Pop , kaos oblong dan celana skinny. Sayang saya lupa namanya. Dia masih baru jadi supir bentor, itupun katanya bentor yang dia bawa punya kakaknya yang kebetulan pulang ke Pangkep, sekitar 50KM sebelah utara kota Makassar.

Dalam sehari penghasilannya tidak menentu. Dia biasanya mangkal di jalan Boulevard, tidak jauh dari Mall Panakkukang yang jadi mall paling besar di timur kota Makassar. Bersama beberapa teman-temanya dia mangkal di sudut jalan, menunggu penumpang mulai dari pagi hingga larut malam.

Bentor, masih tanpa ijin dan uji kelayakan

Sayangnya sampai sekarang bentor belum dapat ijin trayek resmi dari pemerintah. Begitupula dengan uji kelayakan untuk keselamatannya. Beberapa waktu yang lalu dinas perhubungan kota Makassar pernah berniat menghapuskan bentor untuk sementara sampai uji kelayakan keluar. Rencana ini mendapat tentangan dari ratusan supir bentor yang berdemo di depan DPRD kota Makassar dan sampai sekarang rencana itu kembali mentah. Bentor masih berkeliaran dengan bebas, bahkan jumlahnya makin bertambah.

Belum adanya ijin dan uji kelayakan ini membuat bentor memang belum bisa dianggap sebagai sebuah kendaraan yang aman. Ini juga yang membuat bentor belum bisa masuk ke jalan-jalan protokol di kota Makassar.

Tidak semua orang suka naik bentor rupanya. Bentuknya yang menyerupai becak dengan kecepatan sebuah motor kadang membuat penumpang jadi tidak nyaman, seakan-akan duduk di kap sebuah mobil dan harus siap menjadi bemper kalau terjadi tabrakan. Itu belum ditambah dengan gaya menyupir yang ugal-uagalan, utamanya ketika macet. Para supir bentor kadang memaksakan bentornya untuk menerobos macet, lengkap dengan zig-zag-nya yang membuat penumpang ketar-ketir.

Musik dan Alat Kampanye

Suka atau tidak suka, bisnis bentor makin marak saat ini. Variasi bentorpun makin beragam. Beberapa bentor kemudian melengkapi diri dengan audio, meski kualitas suaranya memang lebih tepat disebut memekakkan telinga daripada membuat nyaman karena tentu saja tidak ada ruang yang cukup untuk memantulkan suara. Beda dengan audio yang terpasang pada mobil. Untuk pilihan lagu, biasanya berkutat antara lagu dangdut atau lagu house music, pokoknya yang terdengar meriah meski saya pernah juga mendapati sebuah bentor yang memutar Soldier Of Fortune-nya Deep Purple.

Bentor juga ternyata bisa jadi alat kampanye. Di kawasan Borong Raya dan Antang banyak bentor yang berseliweran dengan stiker besar bertuliskan RUDAL COMMUNITY. Awalnya saya sempat bingung mencari arti dari tulisan itu. Ternyata RUDAL adalah akronim dari Rusdin Abdullah, seorang pengusaha lokal yang sedang meretas jalan menuju kursi walikota Makassar.

Jika anda berkunjung ke Makassar, khususnya di daerah pinggiran kota maka saya yakin anda akan menemukan banyak kendaraan yang mungkin terlihat aneh karena merupakan hasil perkawinan silang antara motor dan becak. Silakan kalau anda mau mencoba. Hanya saja memang perlu kekuatan dan keberanian lebih.

Karena bentor menurut saya memang kendaraan yang menguji nyali kita.

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (22)

  1. masa sihhhhhh? *gak percaya*
    ke makassar nanti saya mesti coba
    #eh

  2. naik bentor kayak mau ki dikasih tabrak sama kendaraan lain 😀 seram..

  3. he’e ada musiknya ya daeng. Ajeb ajeb ajeb ajeb, gitu? hihihi boros bensin ndak ya?

  4. yang paling berkesan adalah: angin dan debu menerpa ke wajah tak tanggung2 :))

    mending naik ojek deh 😛

  5. di Medan ada yg kayak gitu, klo ga salah namanya becak mesin.
    cuma motornya di sebelah kanan, ya kayak becak gitu
    klo disuruh milih yo mending naik becak biasa,
    ga berisik soale hehehe

    • iPul dg.Gassing

      kalo di sebelah kanan kayaknya masih lebih nyaman deh, daripada di depan..
      serasa duduk di bemper mobil :))

  6. bahahahaha~ bener juga kl di paling depan jd serem gitu

  7. deeh, kalo ada tiba-tiba suara gaduh berupa house music atau disco koplo lewat disamping, pasti mi itu bentor. polusi udara

  8. Dulu pernah naik bentor di Padang dan itu memang menguji nyali karena satu bentor bisa muat banyak orang dan jalannya kayak Rossi..

  9. Belum pernahpa naik bentor saya…
    pernah saya baca di koran, bentor masih berbahaya desainnya untuk keselamatan penumpang..ka di depanq penumpangna…klo becak ndak masalahji ka paling tinggi kecepatanna 35km/jam…
    ada pernah desain yang disarankan posisi pengemudi disamping penumpang atau pengemudi di depan penumpang…

    • iPul dg.Gassing

      nah, sepertinya memang begitu
      karena belum ada keterangan lulus uji kelayakan makanya bentor masih dianggap berbahaya

  10. deh bentor yg bikin macet itu jalanan memang

  11. Dulu jaman baru ada bentor, coba naik 1 kali, dari MP ke rumah (hertasing). Ampuunnnmaaa, ndak lagi2. Dumba2nya bikin stress (-_-!!)

  12. BENTOR MENGHIDUPKAN EKONOMI RAKYAT MENENGAH KE BAWAH… MENEKAN PENGANGGURAN,KRIMINAL DLL.. LAGIAN BECAK TLL USANG U DI PERTAHANKAN DI ZAMAN SPRT SKRNG…

  13. YG PROTES BENTOR JUSTRU ORANG2 YG MEMILIKI SAHAM DI JASA ANGKUTAN TAXI DLL YG NOTA BENE MRK ADALAH ORANG2 KAYA..TP TAKUT RUGI… SALUT SM PAK WALIKOTA MAKASSAR YG SLL PEDULI KPD RKYT KECIL…

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.