Musik

PJ20 ; Kisah Panjang Sebuah Band

Pearl Jam

Berapa banyak band besar yang mampu bertahan selama 20 tahun, hanya dengan sedikit pergantian personil dan tetap aktif mengeluarkan album dan menggelar konser ? Pearl Jam adalah salah satunya.

Seattle, akhir dekade 80an. Kota di barat Amerika Serikat yang akrab dengan hujan itu tiba-tiba menjadi pusat perhatian dunia musik. Ketika jaman hair metal, glam rock atau apapun yang dinamakan orang perlahan memudar, era baru muncul dari Seattle. Orang menyebutnya sebagai grunge, sebagian menyebutnya alternatif rock meski mereka yang memainkannya tak pernah peduli apa jenis musik mereka.

Nirvana, Soundgarden, Alice in Chains,Pearl Jam. Itu nama-nama yang kemudian jadi makanan empuk industri musik. Dilempar ke pasaran, dikunyah pasar dan berhasil mendatangkan dollar. Sorotan lampu mengarah ke Seattle, sebagian besarnya mengarah ke sosok seperti Kurt Cobain, Chris Cornell dan Eddie Vedder para frontman dari band-band grunge paling terkenal masa itu.

Kurt tidak tahan sorotan dan menembak kepalanya di suatu hari di bulan April 1994. Chris Cornell dan Soundgarden bubar jalan, Alice in Chains meredup dan 20 tahun kemudian tersisa satu nama yang masih terus bertahan ; Pearl Jam.

Kenapa Pearl Jam bisa bertahan selama itu ?

Kesamaan visi adalah jawabannya. Band yang awalnya dibentuk oleh Stone Gossard dan Jeff Ament sebagai sebuah pilihan selepas bubarnya Mother Love Bone yang ditinggal mati Andy Wood sang vocalis ini berkembang menjadi salah satu band yang paling idealis. Mike McCready yang bergabung kemudian dan dilengkapi oleh sang penyanyi bersuara bariton Eddie Vedder menjadi band yang tidak mabuk oleh popularitas.

Ketika album pertama mereka Ten laku jutaan kopi di seluruh dunia, serta merta mereka menjadi rock star, diincar wartawan, masuk ke halaman depan majalah-majalah musik dunia, muncul di televisi dan seharusnya mencicipi kemewahan a la bintang. Tapi mereka menolak. Mereka sedapat mungkin tetap memijakkan kaki di tanah. Mereka menolak membuat video musik untuk single Black yang populer waktu itu.

Ketika sebuah band menjadi terkenal dan mulai mabuk ketenaran, Pearl Jam tidak. Mereka duduk dan merenungi tujuan mereka yang sebenarnya. Benarkah popularitas itu yang mereka cari ? Benarkah ketenaran itu yang jadi tujuan utama mereka ? Sebuah kebetulan yang sangat manis karena keempat anggota inti Pearl Jam ( di luar drummer yang sering berganti ) adalah orang-orang yang senang merenung, senang mencari jawaban dari semua kejadian. Bukan hanya menikmatinya.

Perjalanan 20 tahun mereka yang terekam dengan apik di PJ20 ibarat sebuah mozaik indah yang dikumpulkan keping demi keping untuk mendapatkan sebuah gambaran besar tentang sebuah band yang tetap memijak bumi meski ketenaran sudah ada di tangan mereka.

Hubungan antar anggota adalah hubungan yang sangat dalam. Ini juga yang menjadi satu kekuatan terbesar dari Pearl Jam. Eddie Vedder yang menjadi frontman dan memikul beban moral paling berat dari ketenaran itu tak lantas menjadikan dirinya tiran. Begitu juga dengan Stone dan Jeff yang sesungguhnya adalah pemilik Pearl Jam. Mereka semua membuat level yang sama, suara yang sama dan kesempatan yang sama.

The Fans

PJ20 juga memuat kisah unik anggota Pearl Jam yang menjalin kekerabatan luar biasa dengan fans mereka. Selama 20 tahun mereka terus berusaha membela kepentingan fans dan memberikan yang terbaik meski itu berarti mereka harus siap dengan hukuman akibat kalah melawan tirani ticketmaster. Fans menghormati mereka sebagai sebuah band yang punya respek sangat besar kepada fansnya.

Cameron Crowe sang sutradara yang berlatar belakang jurnalis itu memang punya sense yang tepat untuk membuat film dokumenter Pearl Jam. Gaya investigasinya sangat dalam dan berhasil mengangkat beberapa fakta yang selama ini mungkin hanya jadi pergunjingan penikmat musik rock. Salah satunya adalah soal pertikaian antara Kurt dan Eddie yang terlalu dibesar-besarkan media. Cameron sudah lama dekat dengan anggota Pearl Jam dan pemusik Seattle lainnya, jadi bukan masalah besar untuk menuliskan dan kemudian mengangkatnya ke layar lebar.

PJ20 adalah sebuah film dokumenter yang wajib disaksikan para penikmat musik, di dalamnya tersurat dengan jelas sebuah kisah sukses dari sebuah band yang melewati masa 20 tahun tidak dengan mudah. Ada banyak hal yang bisa dipetik dari perjalanan mereka. Tentang konsistensi, tanggung jawab, kedekatan, kerendah hatian dan perhatian pada fans.

” They never realize how much they do for us. The fans. And how we really really appreciate that “

Long live Pearl Jam !!

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. ooo…saya pikir Daeng menulis tentang band favoritnya, Pearl Jam. Ternyata ini review tentang PJ20 toh…:D

  2. saya gak komentar ya bro, soalnya gak ngerti sama sekali soal PJ *lah ini apa namanya kalo bukan komentar* :p

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.